1.1 Tahap Awal Pengembangan
1.1.1 Penetapan Tujuan
Tujuan pembelajaran
menjelaskan apa yang akan mampu dikerjakan siswa jika mereka menyelesaikan
bahan-bahan pelajaran. Ini menggambarkan konteks dunia nyata, di luar situasi
belajar, di mana pelajar akan menggunakan keterampilan dan pengetahuan. Ketika
tujuan pembelajaran diubah menjadi tujuan kinerja, ini disebut sebagai
tujuan akhir. Tujuan akhir menggambarkan persis apa yang dapat mahasiswa
lakukan ketika ia menyelesaikan suatu unit pengajaran. Konteks untuk melaksanakan
tujuan akhir dibuat dalam situasi belajar, bukan dunia nyata.
Demikian juga,
keterampilan yang diperoleh melalui analisis langkah-langkah dalam tujuan
disebut keterampilan bawahan. Tujuan yang menggambarkan keterampilan yang
membuka jalan untuk mencapai tujuan akhir disebut sebagai tujuan bawahan.
Tujuan bawahan menggambarkan blok bangunan ketrampilan yang harus dikuasai
pebelajar dalam mencapai tujuan akhir. Tujuan kinerja berasal dari keterampilan
dalam analisis pembelajaran. Satu atau lebih tujuan harus ditulis untuk setiap
keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis pembelajaran
Model untuk menyusun tujuan adalah
pernyataan yang mengandung tiga komponen utama yaitu :
1.
Komponen tujuan pertama menggambarkan keterampilan
atau tingkah laku yang diidentifikasi dalam analisis pembelajaran, Tujuan harus
menguraikan apa yang dapat dikerjakan atau diperbuat pebelajar.
2.
Komponen tujuan kedua menggambarkan kondisi
pelajar atau keadaan yang menjadi syarat. yang hadir pada waktu pebelajar
berbuat. Apakah pebelajar akan diberikan tes tertulis ? Apakah dibenarkan
menggunakan kamus ? Apakah mereka akan diberikan sebuah paragraph untuk
dikupas. Ini semua adalah pernyataan tentang kondisi siswa berbumpilkan
perilaku yang dikehendaki.
3.
Komponen tujuan ketiga menggambarkan kriteria
yang akan digunakan untuk menilai unjuk perbuatan siswa yang dimaksud tujuan.
Kriteria sering dinyatakan dalam batas-batas, atau rentangan, jawaban atau
respon yang akan diterima. Kriteria menjawab pertanyaan siswa “Apakah
jawaban saya harus betul mutlak ?” Kriteria menunjukkan berapa batas yang dapat
ditenggang bagi respon atau jawaban siswa.
a.
Derivation
of Behaviours (Perilaku)
Dalam penyusunan tujuan diperlukan
kata kerja operasional yang terukur dari masing-masing ranah. Kadang-kadang
kita menemukan bahwa pernyataan tujuan terlalu samar, dalam hal ini, perancang
harus hati-hati mempertimbangkan kata kerja yang dapat digunakan untuk
menggambarkan perilaku. Penulisan tujuan harus mampu mengungkapkan jenis
perilaku yang dirumuskan melalui proses identifikasi dalam analisis
pembelajaran.
Keterampilan intelektual dapat
dijelaskan dengan kata kerja seperti sebagai mengidentifikasi, mengklasifikasi,
menunjukkan, atau menghasilkan. Kata kerja ini, seperti yang dijelaskan oleh
Gagne, Wager, Golas, dan Keller (2004), mengacu pada kegiatan khusus seperti
sebagai pengelompokan objek serupa, membedakan satu hal dari yang lain, atau
memecahkan masalah. Gagne tidak menggunakan kata kerja tahu, mengerti,
atau menghargai karena kata akerja ini terlalu samar dan sulit diukur.
Ketika kata-kata ini digunakan pada tujuan, tahu biasanya mengacu pada
informasi lisan, keterampilan intelektual memahami, dan menghargai sikap. Kata
kerja ini samar-samar harus diganti dengan performa kata kerja yang lebih
spesifik.
Tujuan yang berhubungan dengan
keterampilan psikomotorik biasanya dinyatakan dalam suatu perilaku (misalnya,
berlari, melompat, atau mengemudi). Ketika tujuan melibatkan sikap, biasanya
diharapkan untuk memilih alternatif tertentu atau rangkaian alternatif. Di sisi
lain, hal itu mungkin melibatkan pelajar membuat pilihan dari di antara
berbagai kegiatan
b.
Derivations of conditions (Kondisi)
Kondisi merujuk suatu keadaan dan
sumber daya yang akan tersedia bagi pelajar dalam mencapai tujuan. Dalam
memilih kondisi yang sesuai perlu mempertimbangkan perubahan perilaku
yang akan dicapai dan karakteristik sasaran. Kita harus membedakan factor-faktor
yang mempengaruhi kondisi. Faktor-faktor ini meliputi:
a. Apakah
sebuah isyarat akan disediakan pada pembelajar dalam mendapatkan informasi
(stimulus)
b. Karakteristik
dari setiap bahan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas
c. Ruang
lingkup dan kompleksitas tugas,
d. Relevan atau
kesesuaian kinerja dengan dunia nyata.
Pertama, pertimbangkan isyarat atau
stimulus yang disediakan bagi pelajar adalah pertimbangan yang sangat penting
untuk menguji informasi lisan. Misalnya, apabila kita ingin memastikan bahwa
peserta didik dapat menghubungkan konsep tertentu dengan definisi? Ada beberapa
kondisi yang dapat digunakan untuk menggambarkan rangsangan pembelajar akan
membantu mereka mengingat informasi lisan. Perhatikan daftar rangsangan berikut
(kondisi) dan perilaku, masing-masing yang dapat memungkinkan pembelajar untuk
menunjukkan bahwa mereka tahu atau dapat mengasosiasikan konsep dengan
definisi.
Kedua, Karakteristik dari
sumber-sumber daya yang diperlukan untuk melakukan tugas tertentu. Sumber
daya seperti bahan-bahan tersebut adalah: (1) ilustrasi seperti tabel, diagram,
atau grafik; (2) bahan-bahan tertulis seperti laporan, cerita, atau artikel
surat kabar, (3) benda-benda fisik seperti batuan, daun, slide, mesin , atau
alat; dan (4) bahan referensi seperti kamus, manual, database, buku, atau web.
Ketiga, ruang lingkup dan
kompleksitas tugas untuk melakukan perubahan sesuai dengan kemampuan dan
pengalaman dari populasi target.
Keempat adalah membantu transfer pengetahuan dan
keterampilan dari instruksional pengaturan ke pengaturan kinerja. Dalam
menentukan kondisi-kondisi ini yang harus dipertimbangan adalah sifat
rangsangan materi, dan karakteristik target populasi
c.
Derivations of criteria (Kriteria)
Bagian akhir dari tujuan adalah
kriteria dalam menentukan keterampilan kinerja yang dapat diterima. Dalam
menetapkan kriteria yang logis, harus mempertimbangkan tugas yang harus
dilakukan. Beberapa keterampilan intelektual dan tugas informasi lisan hanya
memiliki satu jawaban yang akan dianggap benar. Dalam hal ini, kriteria adalah
bahwa peserta didik dapat menghasilkan respon yang tepat. Beberapa desainer
menambahkan kata dengan benar untuk kriteria ini
1.1.2 Analisis
Pebelajar
Sebelum kita membahas analisis
pembelajar, baik kita tahu dulu siapa pembelajar dalam desain yang akan dibuat.
Pembelajar disini kadang disebut sebagai populasi target atau kelompok sasaran.
Mari kita mulai dengan mempertimbangkan bahwa pebelajar mendapatkan seperangkat
Instruksional. Kita akan mengacu pada pebelajar ini sebagai target population
yaitu mereka adalah orang-orang yang akan dikenai Instruksional secara tepat.
Informasi yang berguna yang akan
didapat meliputi (1). Entry behaviour (Perilaku awal), (2). Pengetahuan awal
tentang topik tertentu, (3). Sikap terhadap isi dan sistem penyampaian, (4).
Motivasi belajar, (5). Tingkat pendidikan dan kemampuan, (6). Pembelajaran yang
disukai, (7). Sikap terhadap pengelolana pemberian Instruksional, dan (8).
Karakteristik kelompok. Paragraf berikut akan membahas secara lengkap informasi
tersebut.
1) Perilaku Masukan.
Perilaku masukan maksudnya anggota
populasi sasaran harus telah menguasai keterampilan tertentu sebelum proses
Instruksional dimulai. Pada peta konsep perilaku masukan berada di bawah garis
entry behaviors.
2) Pengetahuan Sebelumnya Tentang
Topik.
Menekankan pentingnya menentukan apa
yang peserta didik sudah tahu tentang topik yang akan diajarkan secara parsial.
Mereka membangun pengetahuan baru dengan membangun pemahaman mereka sebelumnya,
sehingga hal ini sangat penting bagi desainer untuk menentukan jangkauan dan
sifat pengetahuan sebelumnya.
3) Sikap Terhadap Isi dan Sistem
Penyampaian.
Sikap atau kesan pebelajar terhadap
isi materi dan bagaimana akan disajikan akan mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran. Harapan populasi tentang cara penyampaian materi akan menimbulkan
motivasi.
4) Motivasi Akademik.
Tingkat motivasi pebelajar merupakan
faktor yang sangat penting dalam mencapai pembelajaran yang sukses.
Ketika pebelajar mempunyai tingkat motivasi atau interest yang rendah
terhadap topik tertentu, pembelajaran hampir tidak terjadi. Keller (1987)
mengembangkan sebuah model motivasi ARCS (perhatian, relevansi, kepercayaan dan
kepuasan) yang diperlukan dalam kesuksesan belajar tersebut.
5) Pendidikan Dan Tingkat Kemampuan.
Menentukan tingkat prestasi dan
kemampuan umum pebelajar. Informasi ini akan membantu mendapatkan gambaran
jenis pengalaman pembelajaran yang mereka alami dan mungkin kemampuan mereka
dalam mengatasi masalah terhadap pendekatan baru dan berbeda dalam
pembelajaran.
6) Pembelajaran yang disukai.
Temukan keterampilan belajar dan
kesukaan serta minat pebelajar untuk mendapatkan model pembelajaran yang
sesuai. Dengan kata lain, apakah pebelajar menyukai pendekatan ceramah atau
diskusi dalam belajar atau apakah mereka mengalami pendekatan belajar yang lain
seperti studi kasus, pembelajaran berbasis masalah, kelas seminar atau
pembelajaran mandiri melalui web site.
7) Sikap Terhadap Organisasi
Pelatihan / Pendidikan
Populasi sasaran yang mempunyai
sikap positif dan konstruktif terhadap organisasi yang menyediakan belajar.
Beberapa penelitian telah mengindikasikan bahwa sikap-sikap yang menunjang
terhadap kesuksesan pembelajaran adalah berkaitan dengan keterampilan baru yang
dapat diterapkan di tempat kerja.
8) Karakteristik Kelompok.
Analisa pebelajar secara benar akan
menghasilkan dua jenis informasi tambahan yang dapat mempengaruhi dalam
merancang pembelajaran. Pertama, tingkat keragaman populasi pebelajar. Kedua,
interaksi langsung yang terjadi pada populasi pebelajar. Hal ini untuk
mendapatkan dan mengembangkan kesan terhadap apa yang mereka ketahui dan
bagaimana perasaan mereka.
Semua Variabel pembelajar ini akan
digunakan untuk memilih dan mengembangkan tujuan Instruksional, dan mereka akan
sangat mempengaruhi berbagai komponen dari siasat Instruksional. Mereka akan
membantu para desainer mengembangkan strategi motivasi untuk Instruksional dan
akan menyarankan berbagai jenis contoh yang dapat digunakan untuk
mengilustrasikan poin, cara-cara di mana belajar dapat (atau tidak) akan
disajikan, dan cara untuk membuat praktek keterampilan yang relevan bagi
pembelajar
1.2 Tahap Pengembangan
1.2.1 Prinsip
Pengembangan Desain Pesan
Ada sejumlah prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan materi pembelajaran atau materi pembelajaran.
Prinsip-prinsip yang dimaksud meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan
kecukupan.
Prinsip relevansi
artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau
ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar dan
standar isi. Sebagai contoh, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa
berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa
fakta.
Prinsip konsistensi artinya
keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa satu macam, maka
materi pembelajaran yang harus diajarkan juga harus meliputi satu macam.
Misalnya Kompetensi Dasar 6.3 Mendeskripsikan keragaman pada sistem
organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme, maka
kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan mendeskripsikan
keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai
organisme. Dalam hal ini meliputi kemampuan melihat keragaman tingkat seluler
(misalkan membedakan antara sel hewan dan tumbuhan), keragaman jaringan pada
hewan dan tumbuhan (membedakan perbedaan macam jaringan yang dimiliki sel hewan
dan tumbuhan), begitu juga dengan kemampuan untuk mendeskripsikan macam-macam
organ pada tumbuhan dan hewan yang akan menyusun suatu organisme.
Prinsip kecukupan
artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit,
dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu
banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk
mempelajarinya
1.2.2
Pemberian Jeda
Jeda
adalah hentian sebentar dalam ujaran. Jeda ini juga akan memberikan makna yang
berbeda pada kalimat itu.
Jeda berhubungan dengan
intonasi, penggunaan intonasi yang baik dapat ditentukan pula oleh penjedaan
kalimat yang tepat. Untuk kalimat panjang penempatan jeda dalam pengucapan
menentukan ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat memahami
pokok-pokok isi kalimat yang diungkapkan
Penggunaan jeda yang
tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak dapat dipahami. Dalam
bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan. Pada bahasa tulis jeda ditandai
dengan spasi atau dilambangkan dengan garis miring [/], tanda koma [,], tanda
titik koma [;], tanda titik dua [:], tanda hubung [-], atau tanda pisah [--].
Jeda juga dapat memengaruhi pengertian atau makna kalimat.
Contoh Pemberian Jeda : Menurut
pemeriksaan dokter Joko Susanto memang sakit
Kalimat ini dapat mengandung pengertian
yang berbeda jika jedanya berubah.
Misalnya:
Misalnya:
*
Menurut pemeriksaan / dokter Joko
Susanto / memang sakit.
(yang sakit dokter Joko Susanto)
(yang sakit dokter Joko Susanto)
*
Menurut pemeriksaan dokter / Joko
Susanto / memang sakit.
(yang memeriksa dokter dan yang sakit ialah Joko Susanto)
(yang memeriksa dokter dan yang sakit ialah Joko Susanto)
*
Menurut pemeriksaan dokter Joko/
Susanto/ memang sakit.
(yang memeriksa bernama dokter Joko, yang sakit Susanto)
(yang memeriksa bernama dokter Joko, yang sakit Susanto)
1.2.3 Pengggunaan
Petunjuk
Petunjuk berguna untuk memudahkan
kita melakukan sesuatu. Macam-macam petunjuk:
1. Petunjuk
Memakai Obat
2. Petunjuk
Membuat Sesuatu
3. Petunjuk
Melakukan
Sesuatu
4. Petunjuk Arah
dalam
denah
Teks bacaan tersebut sering
kita temukan pada kemasan-kemasan produk di majalah atau surat kabar.
Nah, apa yang dapat kamu simpulkan setelah melihat contoh-contoh petunjuk di
atas?
Berikut ini adalah beberapa
ciri pada masing-masing contoh petunjuk di atas, yaitu
- Petunjuk memakai obat biasanya terdapat pada kemasan atau lembaran obat, seperti obat batuk, balsem, minyak kayu putih, obat pusing, minyak angin, obat batuk.
- Petunjuk membuat sesuatu biasanya terdapat pada kemasan makanan, seperti cara membuat puding, black forest, cap cay, nastar, dan es krim atau memakai bumbu-bumbu penyedap masakan.
- Petunjuk melakukan sesuatu biasa kita kenal dengan tips dan biasanya terdapat di majalah.
- Petunjuk arah atau denah harus bisa memudahkan kita untuk membaca arah dari sebuah denah. Terlebih lagi, kita bisa mengikuti arah atau denah tersebut saat hendak menuju tempat tertentu, seperti denah yang ada di undangan pernikahan, acara seminar, workshop, atau denah menuju tempat-tempat yang ada di Jakarta, seperti Monas, Taman Ismail Marzuki, dan Mall Taman Anggrek.
Petunjuk yang baik harus
mengungkapkan alur kegiatan yang tersusun dengan rapi, sistematis, urutannya
tepat, dan menggunakan bahasa yang lugas, mudah dipahami, dan efektif
2.1 Kesimpulan
Menyampaikan
pembelajaran sesuai dengan
konsep teknologi pendidikan dan pembelajaran pada hakikatnya merupakan kegiatan
menyampaikan pesan kepada siswa oleh narasumber dengan menggunakan bahan, alat,
teknik, dan dalamlingkungan tertentu. Pembelajar menggunakan beberapa
media untuk menarik perhatian peserta belajar. Semakin baik perhatian siswa,
proses dan hasil belajar akan semakin baik pula. Sebaliknya, jika siswa kurang
memperhatikan maka hasil belajar akan menurun. Biasanya mereka menggunakan
media komputer yang dapat menggabungkan beberapa jenis media (multimedia).
Desain pesan pembelajaran merupakan tahapan yang penting untuk
dilakukan oleh guru, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara
efektif. Dengan mendesain materi belajar terlebih dahulu, akan memudahkan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Pesan desain
merupakan kesimpulan akhir dari pengolahan data pangsa pasar dan konsep desain.
Kesimpulan ini mencerminkan tema utama yang menyeluruh dan mewakili desain yang
disampaikan agar dapat diterima atau merupakan titik pandang utama sebuah
desain bagi khalayak yang dituju
2.2
Saran
Agar
penyampaian pesan tersebut efektif, perlu diperhatikan beberapa prinsip desain
pesan pembelajaran. Prinsip yang dimaksud antara lain:
1. Kesiapan dan Motivasi (readuness and motivation)
2. Penggunaan Alat Pemusat Perhatian (attention directing devices)
3. Partisipasi Aktif siswa (student’s active participation)
4. Pertualangan (repetition)
5. Umpan Balik (feedback)
Daftar
Pustaka
Kemp,J.E.Morrison dan S.M.Ross (1994), Designing Effective Instructional, New
York.Macmillan College Publishing Company
Barbara B. Seels dan Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran Definisi dan
Kawasannya, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,1994
Dick, W. And Carey, L. 1985 the systematic design of intruction.
Glecview, Ilionis: Scot, Foresman and Company