Minggu, 09 Desember 2012

Strategi Penulisan Teks





Untuk mulai menulis, harus diawali dengan ketertarikan dengan hal yang akan ditulis. Terlebih, buku teks sifatnya lebih serius dibandingkan buku lainnya. Secara umum sama saja, bagaimana kita menuangkan ide dalam tulisan. Hanya ada kaidah-kaidah keilmuan di dalamnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Strategi Penulisan pesan teks agar enak dibaca, yaitu :
Kenali Pebelajar
Kenali Pembaca Anda! Menulis di media apa pun, termasuk media pembelajaran, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan pebelajar. Studi menunjukkan, pebelajar cenderung membaca tulisan di media pembelajaran seperti buku teks secara cepat, bahkan sekilas, “terburu-buru”, dan “tidak serius”.
Mereka juga cenderung lebih proaktif dari pembaca media cetak atau pemirsa TV dalam berburu informasi. Tulisan Anda juga berpotensi memiliki jangkauan global. Jadi, pertimbangkan apakah Anda ingin membuatnya dimengerti user lokal, nasional, atau internasional.
Pikirkan dan Cari yang Berbeda
Pikirkan dulu dan cari yang beda. Sebelum Anda mulai melaporkan dan menulis cerita Anda, tanyalah diri Anda: Apa inti tulisan/pembelajaran yang akan saya ceritakan? Lalu, pikirkan cara terbaik untuk menyampaikan cerita itu, apakah melalui audio, video, grafik yang bisa diklik, teks, link, dsb. –atau gabungan semuanya.
Upayakan cerita Anda berbeda dan lebih baik dari media lain dari segi penyajian dan sudut pandang.
Kumpulkan Data dan Olah Tulisan
Kumpulan informasi secara khusus dan raciklah secara khusus pula untuk kebutuhan pebelajar. Desainer media cetak cenderung mencari informasi. Desainer  TV mencari emosi pada kamera, ”potongan suara” (sound bites), dan gambar untuk dipadukan dengan kata-kata (narasi).
Desainer pesan teks harus terus-menerus memikirkan unsur-unsur yang berbeda dan bagaimana mereka saling mengisi dan melengkapi satu sama lain: Carilah kata-kata untuk dipadukan dengan gambar; audio dan video untuk dipadukan dengan kata-kata. Ingatlah, foto-foto terlihat lebih baik di media pesan teks ketika dibidik atau di-crop secara sempit, dan streaming video lebih mudah ditonton dengan latar belakang polos dan zooming minimal.
Tulisan yang Hidup dan Ringkas
Buatlah tulisan yang “hidup” dan ketat. Menulis untuk pesan teks pada pembelajaran seharusnya merupakan persilangan antara naskah sumber belajar dan tulisan untuk media cetak pesan teks (buku)–lebih ketat dan tajam dari media cetak, tetapi lebih rinci dibandingkan naskah visual. Tulis dalam kalimat aktif, bukan pasif.
Naskah pesan tekas yang baik menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, kalimat sederhana, dan satu gagasan per kalimat, serta menghindari kalimat panjang. Menggunakan konsep penulisan demikian dalam menulis secara online, membuat tulisan lebih mudah dipahami dan lebih mengundang perhatian pembaca.
Gaya bertutur (conversational styles) juga disenangi pebelajar. Siswa lebih menerima gaya penulisan yang tidak konvensional. Pada saat yang sama, jangan lupa bahwa aturan tradisional penulisan juga berlaku di media pembelajaran pesan teks.
Sayangnya, kualitas tulisan tidak konsisten di sebagian situs berita online. Tulisan yang kacau, tidak menarik, berbelit-belit, ceroboh, banyak salah ketik, tidak akan dimaafkan. Pembaca tidak akan meneruskan bacaannya dan tidak akan kembali ke Pesan teks Anda.
Julaskan Secara Gamblang
Jelaskan. Menyajikan pesan teks terbaru secepat mungkin itu baik. Kecepatan itu penting di media pembelajaran, tapi pembaca juga tidak sekadar ingin tahu apa yang terjadi, namun juga mengapa hal itu terjadi. Sajikan berita terbaru, dengan cepat, ringkas, padat, namun tetap “lengkap” sehingga pembaca memahami cerita secara lengkap pula.
Jangan Lupakan Lead Pesan Teks
Jangan lupakan Lead, teras pesan teks. Buatlah ringkasan atau inti cerita. Ketika menulis untuk media pesan teks, hal sangat mendasar adalah menyampaikan kepada pembaca secara cepat inti cerita dan mengapa mereka harus meneruskan bacaan.
Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan struktur cerita “Model T”. Dalam model ini, teras cerita (story’s lead) –garis horizontal dalam huruf T– merangkum cerita dan, idealnya, mengatakan mengapa cerita itu penting. Lead tidak perlu mencantumkan ending atau akhir cerita, tapi hanya memberikan alasan untuk terus membaca.
Sisa cerita –garis vertikal dari huruf T– dapat membentuk struktut apa saja: penulis dapat bercerita secara naratif; menyajikan anekdot dan diikuti dengan sisa cerita; melompat dari satu ide ke ide yang lain; atau hanya meneruskan cerita dengan model ”piramida terbalik”.
Tulisan Pendek Tapi Menarik
Kebanyakan pembelajaran pesan teks terlalu panjang/lama untuk pebelajar, dan beberapa pembaca menyelesaikannya. Menurut Roy Peter Clark, cerita apa pun dapat diceritakan dalam 800 kata — pedoman yang baik untuk tulisan pesan teks.
Tapi jadikan itu sebagai pedoman, bukan aturan. Pembaca akan setia meneruskan bacaannya, meski tulisannya panjang, jika ada alasan menarik untuk itu dan jika isi tulisan itu terus memikat perhatian mereka. Membuat pembaca men-scroll ke bawah sisa tulisan, umumnya lebih disukai daripada harus meng-klik halaman baru.
Namun dari Studi yang dilakukan “The Poynter” menunjukkan, sekitar 75 persen teks artikel dibaca secara online –jauh lebih besar ketimbang di-print. Lagi pula, jika naskah itu mereka print dulu baru dibaca, mereka kehilangan kesempatan untuk proaktif berkomentar atau mengklik link artikel terkait. Ini lah kelemahan pesan teks dari pada pesan on line.
Pecah Tulisan Agar Jelas
Pecah, bagi-bagi! Blok teks yang lebih besar membuat membaca di buku jadi sulit dan Anda lebih mungkin untuk kehilangan pembaca. Menggunakan subjudul dan pointer (bullets/numbering) untuk memisahkan teks dan ide-ide sangat membantu.
Tulisan harus tajam dan cepat dibaca. Gunakan paragraf dan kalimat-kalimat pendek. Gunakan pula jarak antar-paragraf. Berikan ruang bagi pembaca untuk ambil nafas (pausing for a breath). Sediakan”ruang istirahat mata”.
Ambil Resiko, Tapi Ingat Basic
Gaya penulisan Pesan teks baru dan terus berkembang. Tidak ada aturan, hanya ide. Ambil risiko itu –mencoba hal baru, sesuatu yang berbeda, tapi jangan lupakan dasar-dasar penulisan pesan teks.
Fakta tetap harus dicek secara cermat, cek ulang. Tulisan masih tetap harus tajam, hidup, dan lugas (to the point). Kita harus tetap berpegang pada dasar-dasar penulisan untuk menghasilkan pembelajaran yang dapat bermanfaat bagi pebelajar.
Description: http://image.slidesharecdn.com/orientasiteknikpenulisanbukuajarbukuteks-120803123827-phpapp01/95/slide-11-728.jpg?1344350316
Description: http://image.slidesharecdn.com/orientasiteknikpenulisanbukuajarbukuteks-120803123827-phpapp01/95/slide-12-728.jpg?1344350316
Description: http://image.slidesharecdn.com/orientasiteknikpenulisanbukuajarbukuteks-120803123827-phpapp01/95/slide-13-728.jpg?1344350316
Description: http://image.slidesharecdn.com/orientasiteknikpenulisanbukuajarbukuteks-120803123827-phpapp01/95/slide-15-728.jpg?1344350316
Description: http://image.slidesharecdn.com/orientasiteknikpenulisanbukuajarbukuteks-120803123827-phpapp01/95/slide-16-728.jpg?1344350316

Rabu, 05 Desember 2012

Penilaian Kebutuhan Program



BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang
Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai.
Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan. Dalam evaluasi terdapat perbedaan yang mendasar dengan penelitian meskipun secara prinsip, antara kedua kegiatan ini memiliki metode yang sama. Perbedaan tersebut terletak pada tujuan pelaksanaannya. Jika penelitian bertujuan untuk membuktikan sesuatu (prove) maka evaluasi bertujuan untuk mengembangkan (improve)
Program adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan seksama (Arikunto 2008: 291). Program adalah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh (Tayibnasis 2000: 9). Evaluasi program merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan secara cermat untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan atau keberhasilan suatu program dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya, baik terhadap program yang sedang berjalan maupun program yang telah berlalu.
Sementara itu, penilaian kebutuhan adalah suatu sistematika, penentuan pendidikan dan pelatihan yang diperoleh dari tiga jenis analisis. Ketiga analisis ini diperlukan dalam menentukan sasaran program pendidikan dan pelatihan. Ketiga analisis tersebut adalah analisis organisasi, analisis pekerjaan, dan analisis individu.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis akan menjelaskan tentang penilaian kebutuhan program dalam evaluasi pendidikan dalam makalah ini.
1.2  Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, akan dibahas tentang :
a.       Konsep Evaluasi Program
b.      Pengembangan Kriteria Dalam Evaluasi Program
c.       Perencanaan Evaluasi Program
d.      Penilaian Kebutuhan (Need Assesment)
e.       Langkah-langkah Evaluasi Program
f.       Analisis Data Dalam Evaluasi Program
g.      Menyusun Kesimpulan Dan Rumusan Rekomendasi
h.      Menyusun Laporan Evaluasi
1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari perumusan makalah ini nantinya diharapkan akan diketahui tentang :
a.         Bagaimana Konsep Evaluasi Program?
b.        Bagaimana Pengembangan Kriteria Dalam Evaluasi Program?
c.         Bagaimana Perencanaan Evaluasi Program?
d.        Bagaimana Penilaian Kebutuhan (Need Assesment)?
e.         Apa saja Langkah-langkah Evaluasi Program?
f.         Bagaimana Membuat Analisis Data Dalam Evaluasi Program?
g.        Bagaimana Menyusun Kesimpulan Dan Rumusan Rekomendasi?
h.        Bagaimana Menyusun Laporan Evaluasi?
1.4  Manfaat Penulisan
Dari rumusan makalah dan tujuan perumusan makalah diatas, maka diharapkan dengan adanya makalah ini bisa memberikan pemahaman yang jelas tentang penilaian kebutuhan program dalam evaluasi pendidikan dalam Kontek Bidang Instruksional Teknologi.



BAB II
PEMBAHASAN



2.1    Konsep Evaluasi Program
a.       Pengertian Program dan Evaluasi Program
Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit  yang berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang  realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan
b.      Kaitan antara Penelitian dengan Evaluasi program
Dalam kegiatan penelitian  peneliti ingin mengetahui gambaran tentang sesuatu kemudian dideskripsikan, sedangkan dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu sebagai hasil pelaksanaan program, setelah data terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu.
Dalam kegiatan penelitian, peneliti dituntun oleh rumusan masalah, sedangkan dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengatahui tingkat ketercapaian program, dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui letak kekurangan dan sebabnya. Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan diambil
c.       Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program
Ciri dan persyaratan evaluasi program mengacu pada kaidah yang berlaku, dilakukan secara sistematis, teridentrifikasi penentu keberhasilan dan kebelumberhasilan program, menggunakan tolok ukur baku, dan hasil evaluasi dapat digunkan sebagai tindak lanjut atau pengambilan keputusan
d.      Komponen, Subkomponen, dan Indikator Program
Program merupakan  satu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen yang saling berkait untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh sistem tersebut.  Komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Masing-masing komponen terdiri atas beberapa subkomponen dan masing-masng subkomponen terdapat beberapa indikator.
Dalam kegiatan evaluasi program, indikator merupakan petunjuk untuk mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan. Perlu diketahui bahwa ketidakberhasilan suatu kegiatan dapat juga dipengaruhi oleh komponen atau subkomponen yang lain
e.       Tujuan Evaluasi Program
Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya
f.       Manfaat Evaluasi Program
Evaluasi  sama artinya dengan kegiatan supervisi. Kegiatan evaluasi/supervisi dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau melakukan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi program dapat berupa penghentian program, merevisi program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan program
g.      Evaluator Program
Evaluator program harus orang-orang yang memiliki kompetensi yang mumpuni, di antaranya mampu melaksanakan, cermat, objektif, sabar dan tekun, serta hati-hati dan bertanggung jawab. Evaluator dapat berasal dari kalangan internal (evaluator dan pelaksana program) dan kalangana eksternal (orang di luar pelaksana program tetapi orang yang terkait dengan kebijakan dan implementasi program)
h.      Hakikat antara Tujuan Program dengan Tujuan Evaluasi Program
Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit  yang berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk diimplementasikan di lapangan. Sedangkan evaluasi program bertujuan  untuk mengumpulkan informasi berkenaan dengan implementasi program yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan tindak lanjut atau pengambilan keputusan

2.2    Pengembangan Kriteria Dalam Evaluasi Program
a.       Pengertian Kriteria
Kriteria diartikan sebagai patokan yang digunakan sebagai ukuran atau tolok ukur. Dalam evaluasi program, kriteria digunakan untuk mengukur ketercapaian suatu program berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan
b.      Perlunya Disusun Kriteria
Kriteria disusun sebagai pedoman evaluator dalam melaksakan evaluasi program. Disusunnya kriteria, evaluator menjadi lebih mantap karena ada patokan, dapat digunakan sebagai bukti pertanggungjawaban dari hasil evaluasi, untuk menghindari subjektivitas evaluator, dan hasil evaluasi sama walaupun evaluator berbeda
c.       Dasar Penyusunan Kriteria
Penyusun kriteria adalah calon-calon evaluator. Hal ini mengingat merekalah orang-orang yang memahami tentang program yang akan dievaluasi. Dasar penyusunan kriteria adalah, peraturan atau ketetentuan yang melatarbelakangi dikeluarkannya program, pedoman pelaksanaan program, dokumen dan sumber-sumber ilmiah yang umum digunakan, hasil penelitian yang relevan, petunjuk atau pertimbangan ahli evaluasi, tim evaluator, evaluator sendiri dengan menggunakan daya nalar dan kemampuan yang dimilikinya
d.      Cara Menyusun Kriteria
Wujud kriteria berupa tingkatan atau gradasi kondisi sesuatu yang dapat ditransfer menjadi nilai. Wujud kriteria berupa kriteria kuantitatif (angka-angka) dan kriteria kualitatif (menghitung jumlah indikator yang telah tercapai).
Kriteria kuantitatif dibedakan menjadi dua, yaitu (1) tanpa pertimbangan, yaitu membagi rentangan (mis. 10-100) dalam  kategaori secara sama, dan (2) banyaknya rentangan dalam tiap kategori tidak sama karena petimbangan tertentu.
Kriteria kualitatif dibedakan menjadi dua, yaitu (1) kriteria kualitatif tanpa pertimbangan, yaitu  menghitung jumlah indikator yang telah memenuhi persyaratan, dan (2) kriteria kualitatif dengan pertimbangan, yaitu dengan cara menghitung indikator yang telah memenuhi persyaratan dengan mempertimbangkan skala prioritas atau pembobotan

2.3    Perencanaan Evaluasi Program
Membicarakan tentang analisis kebutuhan adalah merupakan sarana atau alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan sebuah perubahan, yakni perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rasional sehingga kemudian perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada” dengan “bagaimana seharusnya” dengan sasarannya adalah siswa, kelas dan sekolah.
Dalam sistem pendidikan, karena pendidikan itu sendiri hanya merupakan alat belaka, sedangkan prestasi belajar siswa adalah hal yang menjadi tujuan, maka membuat rencana mengajar  merupakan proses penting untuk menentukan alat yang tepat dalam mencapai tujuan akhir. Setelah guru berhasil menentukan materi yang akan diajarkan, perlu secara hati-hati meninjau kembali apakah dalam pemilihan materinya  sudah tepat, dalam arti sudah sesuai benar dengan kebuituhan siswa.
Ada dua cara yang lazim dilakukan dalam melakukan analisis kebutuhan, yaitu secara obyektif dan subyektif. Kedua cara tersebut dimulai dari identifikasi lingkup tujuan penting dalam program, menentukan indikator dan cara pengukuran tujuan-tujuan, menyusun kriteria (standar) untuk tiap-tiap indikator dan membandingkan kondisi yang diperoleh dengan kriteria. Ciri khas dalam cara melakukan analisis kebutuhan secara subjektif adalah mengumpulkan semua evaluator untuk bersama-sama menentukan skala prioritas kebutuhan.
Selain dua cara tersebut evaluator dapat juga menggunakan gabungan dari keduanya, yaitu sebagian menggunakan cara obyektif, sebagian yang lain mernggunakan cara subyektif. Di samping itu, seorang evaluator dapat juga menambahkan bahan lain yang diambil dari pihak laur dirinya. Yang dimaksud dengan pihak luar diantaranya adalah kawan-kawan dekat atau anggota keluarga lain dari responden yang diperkirakan pihak tersebut memang diperlukan dan data yang diberikan dapat dipercaya.
Evaluasi program tidak lain adalah penelitian, dengan cirri-ciri khusus. Oleh karena evaluasi program sama dengan penelitian maka sebelum memulai kegiatan,seperti juga penelitian, harus membuat proposal. Isi dan langkah-langkah dalam penyusunan proposal sama dengan proposal dalam penelitian.
Dalam pembahasan kali ini hanya tiga hal yang akan dijelaskan secara khusus. Ketiga hal dimaksud, sekaligus butir yang rawan adalah sebagai berikut :
1.    Bagian pendahuluan, menentukan garis besar isi bagian ini
2.    Bagian metodologi berisi tiga hal pokok, yaitu penentuan sumber data, metode pengumpulan data, dan penentuan instrumen pengumpulan data. Ada tiga sumber data yang didahului dengan huruf P (kata bahasa Inggris), yaitu :Person (manusia), Place (tempat) dan paper (kertas dan lain-lain). Penentuan metode pengumpulan data harus disesuaikan dengan sumber data
3.    Bagian cara menentukan evaluasi. Instrumen pengumpul data evaluasi adalah alat yang diperlukan untuk mempermudah pengumpulan data. Jenis instrument sebanyak jenis metode yang digunakan dan selanjutnya pemilihan jenis instrument pengumpulan data harus disesuaikan dengan metode yang sudah ditentukan oleh evaluator. Instrumen merupakan alat untuk mempermudah penggunaan metode dalam pengumpulan data
Ada lima langkah yang harus dilalui dalam menyusun instumen yaitu :
1.      Identifikasi indikator sebagai obyek sasaran evaluasi.
2.      Membuat tabel hubungan antara komponen-indikator-sumber data-metode-instrumen,
3.      Menyusun butir-butir instrumen
4.      Menyusun kriteria-kriteria penilaian,dan
5.      Menyusun pedoman pegerjaan
Di dalam kisi-kisi yang merupakan alat bantu penyusunan instrumen tertentu secara khusus tidak lagi mencantumkan sumber data dan metode, tetapi langsung hubungan antara indikator dengan nomor-nomor instrumen. Di antara langkah-langkah penyusunan instrumen, yang merupakan alat bantu yang paling bermanfaat bagi penyusunan instrumen adalah kisi-kisi. Itulah sebabnya, kisi-kisi harus disusun secara cermat dan hati-hati. Petunjuk pengerjaan jangan terlupakan, agar responden tidak salah dalam membantu mengisi instrumen bagi evaluator

2.4    Penilaian Kebutuhan (Need Assesment)
Tujuan penentuan kebutuhan pelatihan ini adalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan guna mengetahui dan/atau menentukan apakah perlu tidaknya pelatihan dalam organisasi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Bernardin dan Russell (1993, 298) bahwa :
“A needs assessment is a systematic, objective determination of training needs, which involves conducting threee primary types of analysis. The three analysis consist of an organizational analysis, a job analysis and a person analysis.”
Pengertian bahwa penilaian kebutuhan adalah suatu sistematika, penentuan pendidikan dan pelatihan yang diperoleh dari tiga jenis analisis. Ketiga analisis ini diperlukan dalam menentukan sasaran program pendidikan dan pelatihan. Ketiga analisis tersebut adalah analisis organisasi, analisis pekerjaan, dan analisis individu.
Analisis Organisasi
Sebelum suatu program pendidikan dan pelatihan dilaksanakan oleh perusahaan, perlu dilakukan suatu analisis yang jelas tentang pendidikan dan pelatihan untuk kebutuhan perusahaan. Setelah melihat adanya kebutuhan perusahaan perlu dibuat program yang sesuai dan benar-benar mencapai sasaran kebutuhan perusahaan.
Milkovich dan Boudreau (1991, 409) mengemukakan : “We can categorize organizational. Level needs as organization maintenance, effciency, and culture.”
Pengertian yaitu analisis organisasi mencakup tiga hal, yaitu : analisis atas pemeliharaan organisasi, efisiensi, dan budaya organisasi.
Organizational maintenance (pemeliharaan organisasi) bertujuan untuk menjamin kestabilan/kelancaran di dalam tersedianya keterampilan pegawai yang tidak memadai. Kurangnya pengetahuan pegawai apabila akan dialih tugaskan akan menimbulkan adanya kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan.
Organization efficiency (efisiensi organisasi) menggambarkan model diagnosa yang objektif. Seperti keuntungan, biaya tenaga kerja, kualitas kinerja dan dengan adanya kesenjangan yang ada maka dapat diatasi melalui program pendidikan dan pelatihan. Dalam kenyataannya salah satu alasan yang penting diadakan pendidikan dan pelatihan dalam perusahaan yaitu dalam hal kemampuan memutuskan atau memecahkan masalah, bekerja dalam kelompok dan perilaku yang dapat meningkatkan mutu/ keterampilan tenaga kerja.
Organizational culture (budaya organisasi), merefleksikan sistem nilai atau filosofi organisasi. Dilakukan dengan melihat budaya kerja yang mendukung tercapainya tujuan organisasi. Menurut Dessler (1997, 247) mengemukakan : “Budaya organisasi dapat diartikan sebagai sikap dan persepsi yang dimiliki pegawai pada umumnya dalam suatu perusahaan tempat mereka bekerja.”
Dengan perkataan lain, para pegawai menangkap isyarat tentang perusahaan mereka dan dari syarat-syarat ini mereka membentuk suatu gambaran yang padu tentang jenis organisasi tempat mereka bekerja.
Menurut Dessler (1997, 251) analisis kebutuhan pelatihan itu adalah :
“The purpose of the needs analysis step is to :
·         Identify Specific job performance skill needed to improve performance and productivity.
·         Analyze the audience to ensure that the program will be suited to their specfic levels of education, experience, and skills, as well as their attitureds and personal motivations.
·         Use research to develop specific measurable knowledge and performance objectives.”
Tujuan dari langkah analisis kebutuhan pelatihan antara lain, yaitu :
·         Mengidentifasikan keterampilan kinerja jabatan khusus yang dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja dan produktivitas.
·         Menganalisis peserta untuk memastikan bahwa program akan sesuai dengan tingkat pendidikan khusus mereka, pengalaman, dan keterampilan juga sikap dan motivasi pribadi mereka.
·         Menggunakan penelitian untuk mengembangkan sasaran pengetahuan dan kinerja yang dapat diukur.
Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (Evaluation)
Agar program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan efektif maka program tersebut harus merupakan suatu solusi yang tepat bagi permasalahan perusahaan, yaitu bahwa pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan. Untuk meningkatkan usaha belajar, para pegawai harus menyadari perlunya memperoleh informasi yang baru atau memperoleh ketrampilan baru dan berkeinginan untuk belajar hendaknya tetap dapat dipertahankan.
Dessler (1997, 269) mengemukakan mengenai evaluasi sebagai berikut :
“There are two basic issues to address when evaluationg a training program. The first is the design of the evaluation study and in particular, whether controlled experimentation will be used. The second is the training effect to be measured.”
Terdapat dua masalah dasar yang harus dikemukakan bila mengevaluasi sebuah program pendidikan dan pelatihan. Pertama adalah rancangan dari telaah evaluasi dan terutama apakah eksperimentasi terkendali yang akan digunakan. Kedua adalah efek latihan yang dapat diukur. Eksperimen terkendali adalah metode terbaik untuk digunakan dalam mengevaluasi sebuah program pelatihan untuk menguji efektivitas sebuah program pelatihan, yang lebih disukai adalah dengan tes sebelum dan sesudahnya.
Bernardin dan Russell (1993, 312) mengemukakan mengenai kriteria dari evaluasi, yaitu : “Reactions, learning, behaviors, organizational results.” Uraian dari kriteria tersebut adalah :
a. Reaksi
Untuk mengetahui reaksi para peserta mengenai program pendidikan dan pelatihan. Dengan menggunakan kuesioner pada akhir pendidikan dan pelatihan para peserta ditanya tentang seberapa jauh mereka merasa puas terhadap pelatihan secara keseluruhan. Terutama didasarkan pada beberapa alasan utama, seperti untuk mengetahui sejauh mana para peserta merasakan kepuasaannya dengan program tersebut, untuk maksud diadakannya beberapa revisi atas program pendidikan dan pelatihan, untuk menjamin agar peserta lain bersikap mau menerima (reseptif).
b. Pelajaran
Informasi yang ingin diperoleh melalui jenis evaluasi ini adalah untuk mengetahui penguasaan konsep-konsep dari peserta, pengetahuan dan keterampilan yang diberikan. Ini biasanya dilakukan dengan tes tertulis, tes prestasi, dan latihan simulasi.
c. Tingkah laku
Perilaku dari para peserta, sebelum dan sesudah pelatihan dapat dibandingkan guna mengetahui tingkat pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap perubahan prestasi mereka. Langkah ini penting karena sasaran dari pendidikan dan pelatihan untuk mengubah perilaku atau prestasi para peserta. Perilaku atau prestasi dari para peserta dapat diukur berdasarkan sistem evaluasi kinerja guna mendapatkan tingkat kinerja yang dikumpulkan oleh para supervisor untuk dibandingkan dengan kinerja sesudah pendidikan dan pelatihan.
d. Hasil
Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini untuk menguji dampak pendidikan dan pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan. Data bisa dikumpulkan sebelum dan sesudah pendidikan dan pelatihan atas dasar kriteria produktivitas, pergantian, tingkat kehadiran, perbaikan kualitas, keluhan-keluhan, kepuasan klien, dan sejenisnya.
Ditambahkan pula oleh Milkovich dan Boudreau (1991, 315) mengenai biaya :
“Some of the costs that should be measured for a training program include needs assessment costs, salaries of training designers, purchase of equipment, program development costs, evaluation costs, trainers’ costs, facilities rental, trainee wages during training, and other traineer costs.”
Ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang dipakai untuk program pendidikan dan pelatihan dan apakah besarnya biaya tersebut terhitung kecil atau besar dibandingkan biaya yang timbul dari permasalahan yang dialami oleh organisasi. Training program costs adalah pengeluaran – pengeluaran yang terjadi di dalam pengembangan, implementasi, dan evaluasi program

2.5    Langkah-langkah Evaluasi Program
Beberapa langkah atau tahapan dalam melaksanakan evaluasi program. Secara garis besar tahapan tersebut meliputi : tahapan persiapan evaluasi program, tahap pelaksanaan, dan tahap monitoring. Penjelasan tentang langkah-langkah tersebut dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :
Persiapan Evaluasi Program
·  Penyusunan evaluasi
·  Penyusunan instrumen evaluasi
·  Validasi instrumen evaluasi
·  Menentukan jumlah sampel yang diperlukan
·  Penyamaan persepsi antar evaluator sebelum data di ambil
Penyusunan terkait dengan model diantaranya; model CIFF, model Metfessel and Michael, model Stake, model Kesenjangan, model Glaser, model Michael Scriven, model Evaluasi Kelawanan, dan model Need Assessment. Langkah langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrument evaluasi :
·      Merumuskan tujuan yang akan dicapai
·      Membuat kisi-kisi
·      Membuat butir-butir instrument
·      Menyunting instrument
·      Instrumen yang telah tersusun perlu di validasi
·      Dapat dilakukan dengan metode Sampling
·      Beberapa hal yang perlu disamakan : tujuan program, tujuan evaluasi, kriteria keberhasilan program, wilayah generalisasi, teknik sampling, jadwal kegiatan
Pelaksanaan Evaluasi Program
Evaluasi program dapat dikategorikan evaluasi reflektif, evaluasi rencana, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Keempat jenis evaluasi tersebut mempengaruhi evaluator dalam mentukan metode dan alat pengumpul data yang digunakan.
Dalam pengumpulan data dapat menggunakan berbagai alat pengumpul data antara lain : pengambilan data dengan tes, pengambilan data dengan observasi ( bias berupa check list, alat perekam suara atau gambar ), pengambilan data dengan angket, pengambilan data dengan wawancara, pengambilan data dengan metode analisis dokumen dan artifak atau dengan teknik lainya
Tahap Monitoring (Pelaksanaan)
Monitoring pelaksanaan evaluasi berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan rencana program. Sasaran monitoring adalah seberapa pelaksaan program dapat diharapkan/ telah sesuai dengan rencana program, apakah berdampak positif atau negatif.
Teknik dan alat monitoring dapat berupa :
·      Teknik pengamatan partisipatif
·      Teknik wawancara
·      Teknik pemanfaatan dan analisis data dokumentasi
·      Evaluator atau praktisi atau pelaksana program
·      Perumusan tujuan pemantauan
·      Penetapan sasaran pemantauan
·      Penjabaran data yang dibutuhkan
·      Penyiapan metode/alat pemantauan sesuai dengan sifat dan sumber/jenis data
·      Perencanaan analisis data pemantauan dan pemaknaannya dengan berorientasi pada tujuan monitoring
Melanjutkan mengenai sampel ada 7 jenis sampel yang dapat dijadikan sebagai metode dalam evaluasi program diantaranya adalah : (1). Proportional sampel, (2). Startified sampel, (3). Purposive sampel, (4). Quota sampel, (5). Double sampel, (6). Area probability sampel, (7). Cluster sampel

2.6    Analisis Data Dalam Evaluasi Program
Dalam penelitian data di bagi dua yaitu data kuantitatif dan kualitatif, dengan kedua jenis ini kemudian data diolah. Jenis pertama terkait dengan statistika sedangkan yang kedua sebaliknya atau nonstatistika. Dalam menganalisis dan mengolah data kuantitatif hendaknya dilakukan dengan tabulasi data. Tabulasi merupakan coding sheet untuk memudahkan peneliti dalam mengolah dan menganalisis data. Karena memahami secara tabulasi lebih mudah dibandingkan dengan bentuk uraian narasi yang panjang. Analisis data kuantitatif dapat dilakukan dengan dua cara, Pertama. Statistik Deskriptif adalah suatu teknik pengolahan data yang tujuannya melukiskan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik kesimpulan atas populasi yang diamati. Kedua, Statistik Inferensial yaitu mencakup metode-metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data yang dilakukan untuk meramalkan dan menarik kesimpulan atas data dan akan berlaku bagi keseluruhan gugus atau induk dari data tersebut. Statistik ini juga disebut dengan statistik parametrik berlaku untuk data interval atau rasional jika datanya normal. Dan apabila datanya tidak normal serta berbentuk ordinal atau nominal, maka jenis statistik yang digunakan adalah statistik nonparametrik.
Tidak semua data dilapangan berbentuk simbol-simbol yang bisa dikuantifikasi dan dihitung secara matematis. Ada kalanya datanya abstrak yang tidak dapat dimanipulasi menjadi numerik sehingga data jenis ini hanya dapat dilakukan dengan analisis kualitatif.
Kegiatan dalam menganalisis data kualitaitif dapat melalui tahapan-tahapan berikut :
1. Dengan mereduksi/menyiangi data
2. Display data
3. Menafsirkan data
4. Menyimpulkan dan verifikasi
5. Meningkatkan keabsahan hasil
6. Narasi hasil analisis.
Pengolahan data kan lebih mudah dengan menggunakan bantuan computer sehingga hasilnya akan dapat. diperoleh lebih cepat

2.7    Menyusun Kesimpulan Dan Rumusan Rekomendasi
Kesimpulan adalah sesuatu yang merupakan inti dari sederetan informasi atau sajian yang menyatakan tentang status program yang sedang dievaluasi.
Kesimpulan berbentuk kalimat pernyataan kualitatif yang menunjukkan keadaan atau sifat sesuatu sehingga di dalam gerak kegiatan programdengan cepat dapat diketahui dimana posisinya.Kesimpulan sangat penting kedudukan dan isi rumusannya untuk dilanjutkan menjadi rekomendasi.
Rekomendasi disusun setelah kesimpulan dibuat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rekomendasi, yaitu mengenai perlunya melihat dengan cermat alas an yang diusulkan responden tentang upaya peningkatan kualitas program yang dievaluasi dimasa yang akan datang

2.8    Menyusun Laporan Evaluasi
Menyusun laporan evaluasi adalah kegiatan akhir dari evaluasi program. Laporan hasil evaluasi disusun dalam bentuk tulisan dan dapat dipublikasikan. Secara garis besar laporan evaluasi program terdiri dari empat pokok hal yaitu : permasalahan, metodologi evaluasi, hasil evaluasi dan kesimpulan hasil evaluasi.
Laporan evaluasi tidak ubahnya seperti laporan penelitian, ada yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dan ada yang menggunakan pendekatan kualitatif. Laporan evaluasi menggunakan pendekatan kuantitatif umumnya tersusun dari lima atau enam bab, yaitu : pendahuluan, pembahasan kepustakaan, metodologi evaluasi, hasil evaluasi dan pembahasan (hasil evaluasi, pembahasan ), serta kesimpulan dan rekomendasi.
Laporan evaluasi menggunakan pendekatan kualitatif umumnya tersusun dari beberapa bab dan sub bab yang dapat diidentifikasi menjadi tiga bagian pokok, yaitu : pendahuluan, inti pembahasan dan kesimpulan.
Secara garis besar laporan hasil evaluasi diharapkan diususun secara ringkas, padat, jelas dan paling tidak memuat hal-hal berikut : ringkasan eksekutif, pendahuluan, kajian pustaka, komponen dalam metodologi evaluasi, hasil evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi yang terakhir adalah daftar pustaka.
 


BAB III
PENUTUP



3.1         Kesimpulan
Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan seberapa jauh tujuan pendidikan dapat dicapai. Evaluasi juga merupakan suatu proses untuk membantu dan memperbaiki sesuatu menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas.
Sementara itu, Program adalah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh (Tayibnasis 2000: 9). Evaluasi program merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan secara cermat untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan atau keberhasilan suatu program dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya, baik terhadap program yang sedang berjalan maupun program yang telah berlalu
Tujuan penentuan kebutuhan pelatihan ini adalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan guna mengetahui dan/atau menentukan apakah perlu tidaknya pelatihan dalam organisasi tersebut.
3.2         Saran
Pengertian bahwa penilaian kebutuhan adalah suatu sistematika, penentuan pendidikan dan pelatihan yang diperoleh dari tiga jenis analisis. Ketiga analisis ini diperlukan dalam menentukan sasaran program pendidikan dan pelatihan. Ketiga analisis tersebut adalah analisis organisasi, analisis pekerjaan, dan analisis individu.
Tujuan pendidikan dan pelatihan merupakan tolok ukur dari berhasil tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan perusahaan. Tujuan pendidikan dan pelatihan dapat digunakan sebagai dasar dan pedoman untuk melakukan penyusunan program pendidikan, dalam pelaksanaan dan dalam pengawasannya serta evaluasi keberhasilan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan dari pendidikan dan pelatihan itu untuk dapat memenuhi kepentingan bagi organisasi maupun individu.


Daftar Pustaka

 
Marvin C. Alkin, 2004. Evaluatioon Root. Sage Publ

E. Jane Davidson,2005. Evaluation Methodology Basics. Sage Publ

James C. Mc.David dan Laura R.L Hawthorn, 2006. Program Evaluation and Performance Measurement. Sage Publ