Wisata Literasi Siswa Berbasis
Media Sosial dalam Memahami Teks
Dalam
era digital saat ini bukanlah sesuatu yang mengherankan bagi setiap orang bahwa
segala sendi kehidupan masyarakat berkaitan dengan teknologi informasi dan
komunikasi berbentuk media elektronik seperti telepon genggam pintar (smart phone), komputer, televisi, serta
berbagai media digital lainnya. Begitu pula dengan dunia pendidikan saat ini,
dimana pemerintah sedang menggalakkan kurikulum yang berintegrasi dengan
teknologi komunikasi dan informasi. Segala mata pelajaran disekolah saat ini
diharapkan bisa berintegrasi dengan teknologi informasi dan komunikasi. Salah
satunya adalah mata pelajaran bahasa, baik itu Bahasa Indonesia maupun bahasa
asing lainya.
Bahasa
adalah alat untuk berkomunikasi antara seseorang dengan orang lain sehingga
terjadinya pemahaman antara mereka satu sama lain. Untuk jenjang pendidikan
sekolah menengah kejuruan (SMK), mata pelajaran bahasa termasuk kedalam
kategori mata pelajaran adaptif dimana proses pembelajarannya banyak sekali
mengadopsi dan mengadaptasi berbagai hal sebagai sumber belajar dan pembelajaran.
Namun saat ini, khususnya siswa SMK memiliki minat yang rendah terhadap mata
pelajaran bahasa. Hal ini dikarenakan banyak faktor, antara lain : guru yang
mengajar membosankan dengan mengggunakan metode monoton, penggunaan media
pembelajaran yang tidak efektif dan efisien serta kurang kreatifnya guru dalam
menciptakan strategi guna meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran bahasa.
Dilain pihak karena waktu siswa lebih banyak tersita untuk berintegrasi dengan
sesama menggunakan media sosial yang jauh lebih interaktif dan tidak
membosankan bagi mereka. Namun, dalam berintegrasi tersebut menggunakan
literasi bahasa yang sangat jauh dari harapan karena terlalu banyak menggunakan
bahasa keseharian atau lebih sering mereka sebut “bahasa gaul”.
Kondisi
yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan fakta terkini yang terjadi dalam
dunia pendidikan khususnya siswa SMK. Kemampuan literasi mereka sangat rendah
baik dalam membaca, menulis, memahami teks serta menggunakan semuanya kedalam
kehidupan sehari-hari mereka. Kita tahu bahwa literasi adalah kemampuan
memahami bacaan serta menulis dalam bahasa, namun apabila kemampuan ini
ternyata rendah, maka bangsa ini dapat dipastikan akan kehilangan generasi yang
bisa menunjukkan karakter bangsanya sendiri melalui bahasa nasional yang mereka
pahami. Oleh karena itu, harus ada upaya untuk membangkitkan lagi minat siswa
dalam membaca dan menulis, terutama dalam pelajaran bahasa sehingga adanya peningkatan
dalam mengembangkan literasi siswa terutama dalam memahami teks yang ada dalam
pelajaran bahasa disekolah.
Salah
satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan literasi siswa dalam
memahami teks adalah melalui wisata literasi berbasis media sosial. Sebagai
guru, kita tahu bahwa siswa kita saat ini hidup dalam era digital teknologi
tinggi. Mereka lebih banyak berintegrasi dan bersosialisasi melalui media
sosial dengan perangkat digital yang mereka punya, antara lain : e-mail, blog, facebook, twitter, path, instagram, dan lain-lain. Dalam
media sosial tersebut mereka bebas berekspresi mencurahkan pemikiran mereka
yang mereka tuangkan dalam bentuk tulisan dengan harapan apa yang mereka buat
bisa dibaca oleh orang lain sehingga orang lain tersebut memahami apa yang
menjadi buah fikirannya.
Interaksi
melalui media sosial yang dilakukan oleh siswa saat ini, khususnya siswa SMK
terkadang tidak sesuai dengan literasi yang diharapkan bahkan dirasa berlebihan
dan juga bisa menyebabkan semacam tindak kriminal dalam bentuk kekerasan verbal
melalui tulisan yang mereka buat. Hal ini lah yang hendaknya menjadi perhatian
semua pihak, terutama kita sebagai guru yang mendidik,mengajar dan membimbing mereka
menjadi lebih baik. Seperti yang disebutkan sebelumnya hendaknya ada upaya yang
dilakukan seperti “wisata literasi siswa berbasis media sosial”.
Wisata
literasi siswa berbasis media sosial adalah hal yang sangat positif, dimana
seorang guru dituntut harus “up to date”
dangan dunia kekinian siswanya dengan cara juga bergabung dalam media sosial
tersebut, kemudian guru bisa melakukan proses belajar mengajar khususunya bagi
guru bahasa dengan menggunakan media sosial sebagai basis proses belajar
mengajar bahasa. Dalam media sosial tersebut, guru sebagai filter bahasa bagi
siswanya yang sedang mengadakan proses belajar literasi.
Sebagai
contoh, apabila guru ingin mengajak siswa memahami teks, maka guru dan siswa
tidak perlu saling bertemu secara tatap
muka langsung didalam kelas sesungguhnya, tetapi guru cukup meng-upload teks yang akan dibahas ke media
sosial seperti facebook, tweeter, blog
dan lain-lain. Kemudian siswa bisa membaca teks tersebut kapan saja dan dimana saja, selanjutnya siswa dan
guru bisa berinteraksi secara on line
melalui media sosial tersebut guna membahas teks yang sudah dibaca. Melalui hal
ini, siswa secara psikologi merasa lebih nyaman senyaman mereka berintegrasi
dengan teman-temannya yang lain dalam media sosial karena mereka tidak
terganggu oleh keributan kelas ketika mereka bertanya, mereka bisa lebih
percaya diri dan tidak merasa rendah diri ketika mereka bertanya melalui media
sosial karena adanya ruang privacy
bagi mereka dengan gurunya untuk bertanya dari pada bertanya didalam kelas yang
teman-temannya nanti ditakutkan akan merendahkan dan mengejek mereka ketika
bertanya.
Selanjutnya melalui wisata literasi berbasis
media sosial ini tentunya menjadikan guru lebih leluasa untuk berkreativitas
memciptakan serta mengembangkan teks yang mudah dipahami oleh siswanya. Guru
menjadi lebih bisa berinovasi dengan menciptakan serta menampilkan teks yang
menarik dengan menyertakan audio-visual dan penggunaan narasi, teks, suara dan
gambar yang sesuai literasi. Melalui hal ini, diharapkan bisa menumbuhkan minat
siswa terhadap literasi terutama minat baca dan menulis dan khususnya pemahaman
teks.
Melalui
wisata literasi berbasis media sosial, siswa bebas untuk membaca kapan saja dan
dimana saja tanpa harus direpotkan dengan masalah urusan waktu dan tempat.
Mereka juga akan lebih bersemangat untuk membaca karena teks yang ditampilkan
tidak hanya sekedar narasi tulisan semata tetapi dilengkapi dengan sound (bunyi) dalam bentuk background music (musik pengiring) yang
sesuai dengan kesenangan mereka, adanya visual yang menarik serta penataan
bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka.
Dengan
wisata literasi berbasis media sosial, maka siswa bebas berselancar (browsing) dari satu teks ke teks yang
lainnya yang sudah disediakan oleh gurunya, tentunya ini merupakan salah satu
upaya yang baik dalam pengembangan literasi siswa terutama dalam memahami teks.
Walau demikian, guru tetap memberikan batasan penugasan bagi setiap siswa agar
bisa menuntaskan pemahaman terhadap teks minimal dalam seminggu terdapat satu
teks yang telah dipahami siswa. Sehingga, meskipun proses belajar mengajar
menggunakan media sosial, akan tetapi nilai tanggung jawab, kejujuran dan
kedisiplinan siswa akan tetap tumbuh dan
terjaga dengan baik. Guru sebagai filter (penyaring) terhadap pemahaman siswa
tentunya juga sangat berperan penting dalam menumbuhkembangkan minat literasi siswa menjadi lebih baik
sehingga gerakan literasi sebagai upaya pembentukan karakter bangsa dapat
terwujud sebagaimana yang diharapkan.