Untuk mulai
menulis, harus diawali dengan ketertarikan dengan hal yang akan ditulis.
Terlebih, buku teks sifatnya lebih serius dibandingkan buku lainnya. Secara
umum sama saja, bagaimana kita menuangkan ide dalam tulisan. Hanya ada kaidah-kaidah
keilmuan di dalamnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat Strategi Penulisan pesan teks agar enak dibaca, yaitu :
Kenali Pebelajar
Kenali Pembaca Anda! Menulis di
media apa pun, termasuk media pembelajaran, harus disesuaikan dengan kebutuhan
dan kebiasaan pebelajar. Studi menunjukkan, pebelajar cenderung membaca tulisan
di media pembelajaran seperti buku teks secara cepat, bahkan sekilas,
“terburu-buru”, dan “tidak serius”.
Mereka juga cenderung lebih proaktif
dari pembaca media cetak atau pemirsa TV dalam berburu informasi. Tulisan Anda
juga berpotensi memiliki jangkauan global. Jadi, pertimbangkan apakah Anda
ingin membuatnya dimengerti user lokal, nasional, atau internasional.
Pikirkan dan Cari yang Berbeda
Pikirkan dulu dan cari yang beda.
Sebelum Anda mulai melaporkan dan menulis cerita Anda, tanyalah diri Anda: Apa
inti tulisan/pembelajaran yang akan saya ceritakan? Lalu, pikirkan cara terbaik
untuk menyampaikan cerita itu, apakah melalui audio, video, grafik yang bisa
diklik, teks, link, dsb. –atau gabungan semuanya.
Upayakan cerita Anda berbeda dan
lebih baik dari media lain dari segi penyajian dan sudut pandang.
Kumpulkan Data dan Olah Tulisan
Kumpulan informasi secara khusus dan
raciklah secara khusus pula untuk kebutuhan pebelajar. Desainer media cetak
cenderung mencari informasi. Desainer TV
mencari emosi pada kamera, ”potongan suara” (sound bites), dan gambar untuk
dipadukan dengan kata-kata (narasi).
Desainer pesan teks harus
terus-menerus memikirkan unsur-unsur yang berbeda dan bagaimana mereka saling
mengisi dan melengkapi satu sama lain: Carilah kata-kata untuk dipadukan dengan
gambar; audio dan video untuk dipadukan dengan kata-kata. Ingatlah, foto-foto
terlihat lebih baik di media pesan teks ketika dibidik atau di-crop secara
sempit, dan streaming video lebih mudah ditonton dengan latar belakang polos
dan zooming minimal.
Tulisan yang Hidup dan Ringkas
Buatlah tulisan yang “hidup” dan
ketat. Menulis untuk pesan teks pada pembelajaran seharusnya merupakan
persilangan antara naskah sumber belajar dan tulisan untuk media cetak pesan
teks (buku)–lebih ketat dan tajam dari media cetak, tetapi lebih rinci
dibandingkan naskah visual. Tulis dalam kalimat aktif, bukan pasif.
Naskah pesan tekas yang baik
menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, kalimat sederhana, dan satu gagasan
per kalimat, serta menghindari kalimat panjang. Menggunakan konsep penulisan
demikian dalam menulis secara online, membuat tulisan lebih mudah dipahami dan
lebih mengundang perhatian pembaca.
Gaya bertutur (conversational
styles) juga disenangi pebelajar. Siswa lebih menerima gaya penulisan yang
tidak konvensional. Pada saat yang sama, jangan lupa bahwa aturan tradisional
penulisan juga berlaku di media pembelajaran pesan teks.
Sayangnya, kualitas tulisan tidak
konsisten di sebagian situs berita online. Tulisan yang kacau, tidak menarik,
berbelit-belit, ceroboh, banyak salah ketik, tidak akan dimaafkan. Pembaca
tidak akan meneruskan bacaannya dan tidak akan kembali ke Pesan teks Anda.
Julaskan Secara Gamblang
Jelaskan. Menyajikan pesan teks
terbaru secepat mungkin itu baik. Kecepatan itu penting di media pembelajaran,
tapi pembaca juga tidak sekadar ingin tahu apa yang terjadi, namun juga mengapa
hal itu terjadi. Sajikan berita terbaru, dengan cepat, ringkas, padat, namun
tetap “lengkap” sehingga pembaca memahami cerita secara lengkap pula.
Jangan Lupakan Lead Pesan Teks
Jangan lupakan Lead, teras pesan
teks. Buatlah ringkasan atau inti cerita. Ketika menulis untuk media pesan teks,
hal sangat mendasar adalah menyampaikan kepada pembaca secara cepat inti cerita
dan mengapa mereka harus meneruskan bacaan.
Salah satu solusinya adalah dengan
menggunakan struktur cerita “Model T”. Dalam model ini, teras cerita (story’s
lead) –garis horizontal dalam huruf T– merangkum cerita dan, idealnya,
mengatakan mengapa cerita itu penting. Lead tidak perlu mencantumkan ending
atau akhir cerita, tapi hanya memberikan alasan untuk terus membaca.
Sisa cerita –garis vertikal dari
huruf T– dapat membentuk struktut apa saja: penulis dapat bercerita secara
naratif; menyajikan anekdot dan diikuti dengan sisa cerita; melompat dari satu
ide ke ide yang lain; atau hanya meneruskan cerita dengan model ”piramida
terbalik”.
Tulisan Pendek Tapi Menarik
Kebanyakan pembelajaran pesan teks terlalu
panjang/lama untuk pebelajar, dan beberapa pembaca menyelesaikannya. Menurut
Roy Peter Clark, cerita apa pun dapat diceritakan dalam 800 kata — pedoman yang
baik untuk tulisan pesan teks.
Tapi jadikan itu sebagai pedoman,
bukan aturan. Pembaca akan setia meneruskan bacaannya, meski tulisannya
panjang, jika ada alasan menarik untuk itu dan jika isi tulisan itu terus
memikat perhatian mereka. Membuat pembaca men-scroll ke bawah sisa tulisan,
umumnya lebih disukai daripada harus meng-klik halaman baru.
Namun dari Studi yang dilakukan “The
Poynter” menunjukkan, sekitar 75 persen teks artikel dibaca secara online –jauh
lebih besar ketimbang di-print. Lagi pula, jika naskah itu mereka print dulu
baru dibaca, mereka kehilangan kesempatan untuk proaktif berkomentar atau
mengklik link artikel terkait. Ini lah kelemahan pesan teks dari pada pesan on
line.
Pecah Tulisan Agar Jelas
Pecah, bagi-bagi! Blok teks yang lebih
besar membuat membaca di buku jadi sulit dan Anda lebih mungkin untuk
kehilangan pembaca. Menggunakan subjudul dan pointer (bullets/numbering) untuk
memisahkan teks dan ide-ide sangat membantu.
Tulisan harus tajam dan cepat
dibaca. Gunakan paragraf dan kalimat-kalimat pendek. Gunakan pula jarak
antar-paragraf. Berikan ruang bagi pembaca untuk ambil nafas (pausing for a
breath). Sediakan”ruang istirahat mata”.
Ambil Resiko, Tapi Ingat Basic
Gaya penulisan Pesan teks baru dan
terus berkembang. Tidak ada aturan, hanya ide. Ambil risiko itu –mencoba hal
baru, sesuatu yang berbeda, tapi jangan lupakan dasar-dasar penulisan pesan
teks.
Fakta tetap harus dicek secara
cermat, cek ulang. Tulisan masih tetap harus tajam, hidup, dan lugas (to the
point). Kita harus tetap berpegang pada dasar-dasar penulisan untuk
menghasilkan pembelajaran yang dapat bermanfaat bagi pebelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar