Minggu, 09 Desember 2012

Strategi Penulisan Teks





Untuk mulai menulis, harus diawali dengan ketertarikan dengan hal yang akan ditulis. Terlebih, buku teks sifatnya lebih serius dibandingkan buku lainnya. Secara umum sama saja, bagaimana kita menuangkan ide dalam tulisan. Hanya ada kaidah-kaidah keilmuan di dalamnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Strategi Penulisan pesan teks agar enak dibaca, yaitu :
Kenali Pebelajar
Kenali Pembaca Anda! Menulis di media apa pun, termasuk media pembelajaran, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan pebelajar. Studi menunjukkan, pebelajar cenderung membaca tulisan di media pembelajaran seperti buku teks secara cepat, bahkan sekilas, “terburu-buru”, dan “tidak serius”.
Mereka juga cenderung lebih proaktif dari pembaca media cetak atau pemirsa TV dalam berburu informasi. Tulisan Anda juga berpotensi memiliki jangkauan global. Jadi, pertimbangkan apakah Anda ingin membuatnya dimengerti user lokal, nasional, atau internasional.
Pikirkan dan Cari yang Berbeda
Pikirkan dulu dan cari yang beda. Sebelum Anda mulai melaporkan dan menulis cerita Anda, tanyalah diri Anda: Apa inti tulisan/pembelajaran yang akan saya ceritakan? Lalu, pikirkan cara terbaik untuk menyampaikan cerita itu, apakah melalui audio, video, grafik yang bisa diklik, teks, link, dsb. –atau gabungan semuanya.
Upayakan cerita Anda berbeda dan lebih baik dari media lain dari segi penyajian dan sudut pandang.
Kumpulkan Data dan Olah Tulisan
Kumpulan informasi secara khusus dan raciklah secara khusus pula untuk kebutuhan pebelajar. Desainer media cetak cenderung mencari informasi. Desainer  TV mencari emosi pada kamera, ”potongan suara” (sound bites), dan gambar untuk dipadukan dengan kata-kata (narasi).
Desainer pesan teks harus terus-menerus memikirkan unsur-unsur yang berbeda dan bagaimana mereka saling mengisi dan melengkapi satu sama lain: Carilah kata-kata untuk dipadukan dengan gambar; audio dan video untuk dipadukan dengan kata-kata. Ingatlah, foto-foto terlihat lebih baik di media pesan teks ketika dibidik atau di-crop secara sempit, dan streaming video lebih mudah ditonton dengan latar belakang polos dan zooming minimal.
Tulisan yang Hidup dan Ringkas
Buatlah tulisan yang “hidup” dan ketat. Menulis untuk pesan teks pada pembelajaran seharusnya merupakan persilangan antara naskah sumber belajar dan tulisan untuk media cetak pesan teks (buku)–lebih ketat dan tajam dari media cetak, tetapi lebih rinci dibandingkan naskah visual. Tulis dalam kalimat aktif, bukan pasif.
Naskah pesan tekas yang baik menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, kalimat sederhana, dan satu gagasan per kalimat, serta menghindari kalimat panjang. Menggunakan konsep penulisan demikian dalam menulis secara online, membuat tulisan lebih mudah dipahami dan lebih mengundang perhatian pembaca.
Gaya bertutur (conversational styles) juga disenangi pebelajar. Siswa lebih menerima gaya penulisan yang tidak konvensional. Pada saat yang sama, jangan lupa bahwa aturan tradisional penulisan juga berlaku di media pembelajaran pesan teks.
Sayangnya, kualitas tulisan tidak konsisten di sebagian situs berita online. Tulisan yang kacau, tidak menarik, berbelit-belit, ceroboh, banyak salah ketik, tidak akan dimaafkan. Pembaca tidak akan meneruskan bacaannya dan tidak akan kembali ke Pesan teks Anda.
Julaskan Secara Gamblang
Jelaskan. Menyajikan pesan teks terbaru secepat mungkin itu baik. Kecepatan itu penting di media pembelajaran, tapi pembaca juga tidak sekadar ingin tahu apa yang terjadi, namun juga mengapa hal itu terjadi. Sajikan berita terbaru, dengan cepat, ringkas, padat, namun tetap “lengkap” sehingga pembaca memahami cerita secara lengkap pula.
Jangan Lupakan Lead Pesan Teks
Jangan lupakan Lead, teras pesan teks. Buatlah ringkasan atau inti cerita. Ketika menulis untuk media pesan teks, hal sangat mendasar adalah menyampaikan kepada pembaca secara cepat inti cerita dan mengapa mereka harus meneruskan bacaan.
Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan struktur cerita “Model T”. Dalam model ini, teras cerita (story’s lead) –garis horizontal dalam huruf T– merangkum cerita dan, idealnya, mengatakan mengapa cerita itu penting. Lead tidak perlu mencantumkan ending atau akhir cerita, tapi hanya memberikan alasan untuk terus membaca.
Sisa cerita –garis vertikal dari huruf T– dapat membentuk struktut apa saja: penulis dapat bercerita secara naratif; menyajikan anekdot dan diikuti dengan sisa cerita; melompat dari satu ide ke ide yang lain; atau hanya meneruskan cerita dengan model ”piramida terbalik”.
Tulisan Pendek Tapi Menarik
Kebanyakan pembelajaran pesan teks terlalu panjang/lama untuk pebelajar, dan beberapa pembaca menyelesaikannya. Menurut Roy Peter Clark, cerita apa pun dapat diceritakan dalam 800 kata — pedoman yang baik untuk tulisan pesan teks.
Tapi jadikan itu sebagai pedoman, bukan aturan. Pembaca akan setia meneruskan bacaannya, meski tulisannya panjang, jika ada alasan menarik untuk itu dan jika isi tulisan itu terus memikat perhatian mereka. Membuat pembaca men-scroll ke bawah sisa tulisan, umumnya lebih disukai daripada harus meng-klik halaman baru.
Namun dari Studi yang dilakukan “The Poynter” menunjukkan, sekitar 75 persen teks artikel dibaca secara online –jauh lebih besar ketimbang di-print. Lagi pula, jika naskah itu mereka print dulu baru dibaca, mereka kehilangan kesempatan untuk proaktif berkomentar atau mengklik link artikel terkait. Ini lah kelemahan pesan teks dari pada pesan on line.
Pecah Tulisan Agar Jelas
Pecah, bagi-bagi! Blok teks yang lebih besar membuat membaca di buku jadi sulit dan Anda lebih mungkin untuk kehilangan pembaca. Menggunakan subjudul dan pointer (bullets/numbering) untuk memisahkan teks dan ide-ide sangat membantu.
Tulisan harus tajam dan cepat dibaca. Gunakan paragraf dan kalimat-kalimat pendek. Gunakan pula jarak antar-paragraf. Berikan ruang bagi pembaca untuk ambil nafas (pausing for a breath). Sediakan”ruang istirahat mata”.
Ambil Resiko, Tapi Ingat Basic
Gaya penulisan Pesan teks baru dan terus berkembang. Tidak ada aturan, hanya ide. Ambil risiko itu –mencoba hal baru, sesuatu yang berbeda, tapi jangan lupakan dasar-dasar penulisan pesan teks.
Fakta tetap harus dicek secara cermat, cek ulang. Tulisan masih tetap harus tajam, hidup, dan lugas (to the point). Kita harus tetap berpegang pada dasar-dasar penulisan untuk menghasilkan pembelajaran yang dapat bermanfaat bagi pebelajar.
Description: http://image.slidesharecdn.com/orientasiteknikpenulisanbukuajarbukuteks-120803123827-phpapp01/95/slide-11-728.jpg?1344350316
Description: http://image.slidesharecdn.com/orientasiteknikpenulisanbukuajarbukuteks-120803123827-phpapp01/95/slide-12-728.jpg?1344350316
Description: http://image.slidesharecdn.com/orientasiteknikpenulisanbukuajarbukuteks-120803123827-phpapp01/95/slide-13-728.jpg?1344350316
Description: http://image.slidesharecdn.com/orientasiteknikpenulisanbukuajarbukuteks-120803123827-phpapp01/95/slide-15-728.jpg?1344350316
Description: http://image.slidesharecdn.com/orientasiteknikpenulisanbukuajarbukuteks-120803123827-phpapp01/95/slide-16-728.jpg?1344350316

Tidak ada komentar:

Posting Komentar