1.
Pengertian
Analisis Tujuan Pembelajaran
Analisis
Pembelajaran adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus
yang tersusun secara logis dan sistematis, dengan demikian akan tergambar
susunan perilaku khusus dari yang awal sampai yang paling akhir.
Gagne, Briggs, dan Wager (1988) mengemukakan
bahwa tujuan analisis pembelajaran adalah untuk menntukan
keterampilan-keterampilan yang akan dijangkau oleh tujuan pembelajaran, serta
memungkinkan untuk membuat keputusan yang diperlukan dalam urutan mengajar.
Salah satu langkah yang harus dilakukan dalam
mendesain pembelajaran dengan menggunakan model Dick and Carey adalah
melakukan analisis pembelajaran. Pertanyaannya adalah mengapa dilakukan
analisis pembelajaran ? Dengan analisis pembelajaran akan diidentifikasi
keterampilan-keterampilan bawahan (sub ordinate skills). Jadi posisi
analisis pembelajaran dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku
prasyarat, sebagai perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung lebih
dulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dulu atau secara
kronologis terjadi lebih awal sehingga analisis ini merupakan acuan dasar dalam
melanjutkan langkah-langkah desain berikutnya.
Dick and Carey (1985) mengatakan bahwa tujuan
pembelajaran yang telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali
keterampilan-keterampilan bawahan (sub ordinate skills) yang
mengharuskan anak didik belajar menguasainya dan langkah-langkah procedural
bawaan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu.
2.
Taksonomi Tujuan
Pembelajaran ( Taksonomi Bloom )
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi
yang dibuat untuk tujuan pendidikan.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom
pada tahun 1956.
Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan
pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
- Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
- Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
- Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
A. Kognitif
Bloom
membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua
bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua
berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
1.
Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali
dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan
manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik
definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas
minimum untuk produk, dan sebagainya.
2. Pemahaman
(Comprehension). Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami
gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh,
orang di level ini bisa memahami apa yg diuraikan dalam fish bone diagram,
pareto chart, dan sebagainya.
3. Aplikasi
(Application). Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja.
Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di
produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan
menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram atau
pareto chart.
4. Analisis
(Analysis). Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg
rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab
meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap
penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg
ditimbulkan.
5. Sintesis
(Synthesis). Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat
sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang
sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini
seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat
reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya
kualitas produk.
6. Evaluasi
(Evaluation). Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap solusi, gagasan, metodologi, dan sebagainya dengan menggunakan
kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu
menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas,
urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dan sebagainya.
B. Afektif
Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan
untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran
bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
Tanggapan (Responding)
Memberikan
reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan,
kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
Penghargaan
(Valuing)
Berkaitan
dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau
tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai
tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
Pengorganisasian
(Organization)
Memadukan
nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk
suatu sistem nilai yang konsisten.
Karakterisasi
Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Memiliki
sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik
gaya-hidupnya.
C. Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi
oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam
membantu gerakan.
Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan
gerakan.
Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang
kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari
sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri
dari pola-pola gerakan yang kompleks.
Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat
disesuaikan dalam berbagai situasi.
Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan
baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu
3.
Prosedur
analisis tujuan dan sub tujuan sesuai taksonomi
Prosedur
menganalisis tujuan adalah daftar langkah-langkah spesifik yang akan dilakukan
pebelajar saat mewujudkan tujuan Instruksional. Setiap langkah ini dinyatakan
dalam sebuah kotak seperti ditunjukkan pada diagram alur di bawah ini:
Seorang pebelajar
yang ingin menguasai tujuan Instruksional harus mengerjakan langkah-langkah
tersebut. Setelah melakukan langkah 1, para pelajar akan kemudian melakukan
langkah 2, lalu 3, 4, dan 5. Setelah melakukan langkah 5, proses akan lengkap,
dan jika dilakukan dengan benar, akan dianggap sebagai demonstrasi kinerja
tujuan.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan
analisis intruksional adalah sebagai berikut:
1. Menuliskan
perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU untuk mata pelajaran yang
dikembangkan
2. Menuliskan
setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku umum tersebut
3. Menyusun
perilaku khusus tersebut kedalam suatu daftar dalam urutan yang logis dimulai
dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling “dekat” hubungannya dengan
perilaku umum diteruskan “mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari
perilaku umum
4. Menambah
perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu. Tanamkan dalam pikiran
anda bahwa anda harus berusaha melengkapi daftar perilaku khusus tersebut.
5. Menulis
setiap perilaku khusus dalam suatu lembar kartu atau kertas ukuran 3x5 cm
6. Menyusun
kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam struktur
hirarkial, prosedural atau pengelompokan menurut kedudukan masing-masing
terhadap kartu yang lain. Letakkan kartu-kartu tersebut sejajar atau horizontal
untuk perilaku-perilaku yang menyerupai struktur prosedural dan pengelompokan
serta letakkan secara vertical untuk perilaku-perilaku yang hirarkial
7. Jika
perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu atau
dikurangi bila dianggap lebih
8. Menggambarkan
letak perilaku-perilaku tersebut dalam perilaku-perilaku dalam kotak-kotak diatas
kertas lebar sesuai dengan latak kartu yang telah disusun. Hubungkan letak
kotak-kotak tersebut dengan kertas vertical dan horizontal untuk menyatakan
hubungannya yang hirarkial , prosedural atau pengelompokan.
9. Meneliti
kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain atau
perilaku-perilaku khusus yang khusus yang berada dibawah perilaku umum yang
berbeda.
1 Memberi
nomor urut pada setiap perilaku khusus dimuali dari yang terjauh sampai yang
terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor akan menunjukkan urutan perilaku
tersebut.
1 Mengkombinasikan
atau mendiskusikan bagan yang telah disusun dengan memperhatikan:
a.
Lengkap
tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap perilaku umum
b.
Logis
tidaknya dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum
c.
Struktur
hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hirarkial, presedural,
pengelompokan atau kombinasi)
4.
Identifikasi
kemampuan bawahan dan kemampuan awal
Untuk menemukan
keterampilan-keterampilan bawahan yang bersumber dari tujuan pembelajaran
digunakan pendekatan hierarki. Mengapa harus menggunakan pendekatan hierarki ?
karena anak didik dituntut harus mampu memecahkan masalah atau melakukan
kegiatan informasi yang tidak dijumpai sebelumnya, seperti mengklasifikasi
dengan ciri-cirinya, menerapkan dalil atau prinsip untuk memecahkan
masalah.
Menganalisis sub ordinate
skills sangatlah diperlukan, karena apabila keterampilan bawahan
yang seharusnya dikuasai tidak diajarkan maka banyak anak didik tidak akan
memiliki latar belakang yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian,
pembelajaran menjadi tidak efektif. Sebaliknya, apabila keterampilan bawahan
berlebihan, pembelajaran akan memakan waktu lebih lama dari semestinya, dan
keterampilan yang tidak perlu diajarkan malah mengganggu anak didik dalam
belajar menguasai keterampilan yang diperlukan.
Cara yang digunakan
untuk mengidentifikasi sub ordinate skills adalah dengan cara memilih
keterampilan bawahan yang berhubungan langsung dengan ranah tujuan
pembelajaran. Biasanya unuk mata pelajaran tertentu, keseluruhan tujuan
merupakan keterampilan intelektual. Teknik analisis keterampilan bawahannya
menggunakan pendekatan heararki, yaitu dengan memilih apa yang harus dikuasai
dan dilakukan oleh anak didik sehingga dengan usaha pembelajaran sesedikit
mungkin untuk dipelajari atau dikuasai melalui belajar.
Untuk mengungkap kemampuan awal, dapat dilakukan dengan pemberian tes
dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan dengan materi ajar sesuai dengan
panduan kurikulum. Sedangkan minat, motivasi, kemampuan berfikir, gaya belajar
dan lain-lainnya dapat dilakukan dengan bantuan tes baku yang telah dirancang
oleh para ahli.
Beberapa Komponen yang dapat
dianalisis dalam kegiatan Menganalisis Karakteristik Awal Siswa meliputi:
a. Pengalaman siswa
b. Pengetahuan siswa
c.
Kegemaran siswa
d. Kondisi fisik siswa
e. Lingkungan keluarga siswa
f.
Lingkungan sosial
g. Status sosial siswa
Teknik yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi karakteristik awal siswa sama dengan teknik yang digunakan
dalam mengidentifikasi perilaku awal, yaitu
a. Kuesioner: bisa berupa tes yang berisi
pertanyaan
b. Interview: wawancara secara terstruktur
c.
Observasi: pengamatan terhadap proses pembelajaran
d. Tes:
secara lisan atau tulisan (objektif dan essay)
Empat rana belajar gagne dan
menentukan langkah-langkah umum dalam mencapai sebuah tujuan.
a.
Informasi Verbal.
Informasi Verbal adalah kapabilitas
seseorang untuk mengungkapkan informasi, fakta, atau label yang tersimpan dalam
bentuk bahasa baik secara lisan maupun tertulis. Dalam informasi verbal tidak
ada manipulasi simbolik, tidak ada penyelesaian masalah atau juga tidak ada
aturan penerapan. Informasi verbal hanya menyimpan informasi itu dan menariknya
kembali untuk dites. . Teknik analisa Instruksional yang digunakan bagi
informasi verbal disebut analisa rumpun (cluster analysis).
Contohnya : mengenal bahan-bahan
yang digunakan untuk membuat kartu ucapan.
b. Keterampilan Intelektual.
Keterampilan
intelektual adalah keterampilan yang memerlukan aktivitas kognitif yang khas
dalam arti bahwa pelajar harus dapat memecahkan masalah atau melakukan suatu
kegiatan dengan informasi atau contoh yang tidak dijumpai sebelumnya.
Keterampilan intelektual terdiri dari tiga macam, yaitu membentuk konsep,
menerapkan aturan, dan memecahkan masalah. Analisa yang digunakan untuk
mendapatkan keterampilan bawahan intelektual menggunakan pendekatan hierarki.
Contohnya :
mampu menentukan letak titik yang menjadi perpotongan antara kedua titik yang
saling berpotongan dalam bidang gambar.
c.
Keterampilan Psikomotor.
Keterampilan
psikomotorik adalah keterampilan yang harus dikuasai pebelajar yang memerlukan
aktivitas motorik (tindakan otot atau fisik), dengan atau tanpa perlengkapan,
walaupun harus disertai dengan tindakan mental / kognitif untuk mencapai tujuan
tertentu. Analisa yang digunakan untuk mengenali keterampilan psikomotor adalah
analisa prosedural.
Contohnya :
Mampu menempel accesoris pada media yang akan dijadikan kartu ucapan.
d.
Sikap.
Tujuan sikap adalah tujuan yang mengharuskan pebelajar memilih
mengerjakan sesuatu, atau keputusan tertentu untuk bertindak dalam keadaan
tertentu. Misalnya, kita ingin orang-orang memilih menjadi pegawai yang baik,
memilih memelihara lingkungan, memilih makanan yang bergizi, dan sebagainya.
Ciri Tujuan sikap yang lain ialah bahwa tujuan itu barangkali tidak akan
tercapai pada akhir Instruksional. Itu kerap kali merupakan tujuan jangka
panjang yang sangat penting, tetapi sangat sulit menilainya dalam jangka
pendek.
Tujuan sikap terkadang menyertai tujuan kemampuan intelektual atau
keterampilan psikomotorik, atau informasi verbal.
e. Siasat Kognitif
Siasat
kognitif adalah meta processes yang digunakan untuk mengatur cara kita berpikir
tentang hal-hal dan memastikan belajar kita sendiri, mengingat dan berpikir
serta belajar teknik berpikir, cara menganalisis masalah, ancangan untuk
memecahkan masalah. Cara mengingat nama, cara mengirit bensin. Keterampilan
berada lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan intelek. Karena pada
siasat kognitif kita sudah menggunakan keterampilan intelek untuk mencari cara
dalam memecahkan masalah
5.
Aplikasi hubungan keterampilan bawahan dalam diagram/
peta konsep
Hasil dari analisa
tujuan berupa langkah-langkah yang ditulis dalam kotak-kotak yang diberi nomor
urut dan disusun secara horizontal dari kiri ke kanan. Nomor urut pada kotak
merupakan urutan langkah keterampilan dalam mencapai tujuan Instruksional.
Selanjutnya kita akan melakukan mengidentifikasi keterampilan bawahan.
Keterampilan bawahan adalah semua keterampilan yang mendukung tercapainya
keterampilan-keterampilan pada langkah-langkah hasil analisa tujuan.
Keterampilan bawahan
seringkali melibatkan beberapa domain belajar, identifikasi keterampilan
bawahan sampai pada keterampilan paling bawah dan murni. Keterampilan bawahan
tersebut bisa berbentuk konsep, teori, aturan, pengertian, definisi, hukum,
atau fakta. Terkadang secara sendiri keterampilan bawahan tidak begitu berarti tetapi
dalam rangka mendukung tercapainya keterampilan diatas (super-ordinat)
sangatlah berfungsi. Tanpa keterampilan itu mungkin tujuan Instruksional tidak
akan tercapai. Keterampilan bawahan dalam peta analisis ditempat pada
kotak-kotak di bawah kotak-kotak langkah-langkah analisis tujuan.
Bagan diatas
menggambar posisi keterampilan bawahan dalam peta analisa. Keterampilan pada
langkah 1, langkah 2, langkah 3, langkah 4 dan langkah 5 merupakan keterampilan
super-ordinat. Keterampilan bawahan pada langkah 1 merupakan hasil analisis
hierarki. Keterampilan bawahan pada langkah 2 merupakan hasil analisis rumpun.
Dan Keterampilan bawahan pada langkah 3 merupakan hasil analisa prosedural.
Analisa keterampilan bawahan ini akan dibahas berikut.
a. Analisis Hierarki
Analisa hierarkis
digunakan untuk menganalisis langkah-langkah individu dalam analisis tujuan
intelektual atau psikomotorik. Setelah kita mengidentifikasi seluruh
keterampilan-keterampilan bawahan yang mendukung tercapainya tujuan.. Kemudian
keterampilan-keterampilan bawahan ditulis kotak-kotak untuk memudahkan dalam
penyusunan dalam peta konsep yang akan dibuat.
Pendekatan dengan
analisa hierarki adalah sebuah analisa yang memperhatikan bahwa
keterampilan-keterampilan disusun dari keterampilan tertinggi sampai pada titik
keterampilan terendah. Ada satu hal yang harus dipertimbangkan bahwa
keterampilan bawahan merupakan syarat untuk keterampilan di atas. Hal ini yang
merupakan ciri dari analisa hierarki.
Setelah anda merasa
puas sudah mengidentifikasikan semua sub-keterampilan yang diperlukan pebelajar
untuk dapat menguasai tujuan Instruksional anda, anda kemudian memeriksa hasil
analisa anda, dan membeberkannya dalam satu peta analisa.
Dalam mendiagramkan
analisa hierarki digunakan cara kebiasaan berikut:
1. Tujuan
akhir Instruksional diletakkan di dalam kotak di puncak susunan hierarki.
2. Semua
keterampilan intelek subordinat diperlihatkan di dalam kotak-kotak yang
dihubungkan dengan garis-garis yang berasal dari kotak-kotak atas dan bawahnya.
3. Keterampilan-keterampilan
informasi verbal dan sikap dihubungkan dengan garis-garis mendatar, sebagaimana
juga diperlihatkan dalam. bagian-bagian berikutnya.
4. Anak-anak
panah harus menunjukkan bahwa alur keterampilan arahnya ke atas menuju ke
tujuan akhir.
5. Rumusan
semua keterampilan subordinat harus menggunakan kata kerja yang menunjukkan apa
yang pebelajar harus mampu lakukan. Hindari rumusan yang hanya menggunakan kata
benda.
6. Dalam
kenyataan sebenarnya, hierarki tidak perlu simetri. Bentuknya bisa segala
macam. Tidak ada “satu” wujud penampakan hierarki yang benar.
Adalah penting untuk
memeriksa kembali analisa anda beberapa kali, untuk memastikan bahwa anda telah
mengenali semua keterampilan bawahan yang diperlukan pebelajar bagi menguasai
tujuan Instruksional. Pada tahap ini anda harus kembali menempuh prosedur
langkah mundur, dari keterampilan yang tertinggi, paling kompleks dalam
hierarki anda ke keterampilan yang terendah, paling sederhana yang diperlukan
oleh pebelajar-pebelajar anda. Ini akan memungkinkan anda menentukan apakah
anda sudah memasukkan semua keterampilan bawahan yang perlu.
b. Analisis Prosedural
Analisa
prosedural ialah satu teknik yang digunakan untuk mengenali langkah-langkah
keterampilan bawahan dalam analisis untuk tujuan intelektual atau keterampilan
psikomotorik. Setelah keterampilan bawahan atau lebih pas mungkin rincian
keterampilan untuk mencapai keterampilan diatas. Keterampilan ini lebih
merupakan rincian langkah untuk mencapai tujuan diatasnya, setiap langkah
ibawahnya bukan merupakan syarat untuk langkah selanjutnya. Analisa prosedural
merupakan jenis analisis subskills seperti terlihat di bawah
Langkah 1
sampai 5 adalah langkah-langkah asli dalam analisis Instruksional. Langkah 2.1
adalah langkah bawahan dari langkah 2 seperti halnya dalam hubungan hierarki
khas. Langkah 4.1, 4.2, dan 4.3 adalah subskills dari langkah 4 dan
merupakan langkah prosedural dari langkah 4. Langkah 4.2.1 adalah langkah
hierarkis dari langkah 4.2. Kotak-kotak keterampilan bawahan dalam
analisa prosedural disusun sejajar dimulai dari sebelah kanan sebagai
keterampilan paling bawah atau prosedur pertama.
c. Analisis Rumpun
Analisa
rumpun (cluster analysis) biasa digunakan pada tujuan informasi verbal. Analisa
rumpun lebih berfungsi mengidentifikasi kategori atau komponen-komponen utama
dari tujuan informasi verbal yang akan dicapai. Setiap kategori dalam informasi
verbal tersebut hampir tidak memiliki hubungan baik secara hierarki maupun
prosedural, tetapi mungkin hanya memiliki kemiripan atau memiliki fungsi sama
dalam pencapaian tujuan yang dianalisa. Contohnya : tujuan menuliskan nama-nama
profinsi di pulau sumatra
Langkah yang
harus dilakukan dalam analisa rumpun adalah menempatkan kotak-kotak
keterampilan bawahan hasil Identifikasi pada posisi yang sama seperti pada
analisis prosedural tetapi bukan, hubungannya dengan keterampilan super-ordinat
seperti dalam analisis hierarki tetapi bukan.
d.
Perilaku Masukan
Proses
analisis Instruksional juga berfungsi membantu perancang mengidentifikasi
Instruksional tentang apa yang sudah harus tahu atau mampu lakukan pembelajar
sebelum mereka mulai belajar, keahlian ini disebut sebagai perilaku masukan.
Prosedur yang
digunakan untuk mengidentifikasi perilaku masukan secara langsung berkaitan
dengan proses analisis keterampilan bawahan. Anda tahu bahwa dengan analisis
hirarkis Anda bertanya, “Apa yang pembelajar perlu tahu dalam rangka untuk
mempelajari keterampilan ini?” Jawaban atas pertanyaan ini adalah satu atau lebih
keterampilan bawahan. Jika Anda melanjutkan proses ini dengan masing-masing
berturut-turut set keterampilan bawahan, bagian bawah hirarki akan berisi
keterampilan yang sangat dasar.
Asumsikan
Anda memiliki peta analisis Instruksional yang begitu lengkap. Ini mewakili
berbagai keahlian yang dibutuhkan untuk mengambil pelajar dari tingkat yang
paling dasar pemahaman sampai tujuan Instruksional Anda. Jika mayoritas peserta
didik sudah menguasai beberapa keterampilan dasar yang ada pada peta analisis
sebelum memulai Instruksional maka, maka diatas keterampilan tersebut dibuat
garis putus-putus. Garis putus-putus tersebut adalah garis entry behaviors
(perilaku masukan)
Semua
keterampilan dalam peta analisis adalah bagian yang akan kita belajarkan
sedangkan yang dibawah garis disebut perilaku masukan tidak perlu di
belajarkan, karena sudah dikuasai oleh pembelajar.
e.
Sifat Kesementaraan
Dalam
perancangan sebuah material kurikulum terkadang hanya diperuntukkan bagi
pebelajar-pebelajar yang tercerdas dalam populasi sasaran. Keadaan ini
tercermin dalam analisa Instruksional garis entry behaviors terlalu
tinggi, yang menunjukkan bahwa pebelajar-pebelajar populasi sasaran sudah
memiliki sebagian besar keterampilan yang ada pada peta. Kalau tingkah laku
masukan yang dianggap sudah ada itu ternyata belum dikuasai oleh sebagian
besar populasi sasaran, maka material Instruksional itu
kehilangan fungsinya bagi banyak pebelajar. Tanpa persiapan yang memadai untuk
menguasai keterampilan masukan, usaha-usaha para pebelajar menjadi tidak
berdaya guna dan materialnya tidak berhasil guna.
Kesalahan
kedua terjadi apabila garis putus-putus itu ditarik terlalu rendah pada bagan
analisa Instruksional. Dalam keadaan ini praduganya ialah pebelajar-pebelajar
sedikit saja atau sama sekali tidak memiliki keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan Instruksional. Kesalahan seperti ini bisa
berakibat fatal dari sudut pengembangan material Instruksional yang sebenarnya
tidak diperlukan para pebelajar, dan dari sudut waktu yang diperlukan bagi para
pebelajar untuk mempelajari hal-hal guna mencapai tujuan yang sebenarnya sudah
mereka kuasai
Akhir dari analisis ini sampai dihasilkan sebuah peta analisis atau peta
konsep seperti pada gambar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar