Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Keterampilan mengajar bukanlah
sesuatu yang bersifat turunan, melainkan hasil dari pengalaman. Walaupun
demikian, kita dapat menggunakan informasi-informasi dari orang lain yang telah
mengembangkan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Hal ini menambah
informasi yang banyak sekali bagi kita untuk dapat mengembangkan keefektifan
guru dan sekolah.
Satu hal yang penting bagi guru
dalam hubungannya dengan anak adalah mengetahui hakikat perkembangan anak
sehingga mereka akan mengerti bagaimana anak dan remaja tumbuh dan berkembang
dalam hal kognitif, sosial dan moral. Guru TK harus tahu seperti apa siswa
siswi mereka baik di dalam kelas maupun diluar kelas, demikian juga dengan guru
SD,SMP,SMA sampai Perguruan Tinggi.
Berdasarkan hal tersebutlah, maka
penulis memberikan penjelasan dari beberapa literatur yang telah dibaca tentang
bagaimana prinsip umum perkembangan manusia, bagaimana cara kerja otak dan
pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif serta perkembangan bahasa. Disamping
itu,penulis juga memberikan penjelasan tentang pengertian Teori Perkembangan
Kognitif Piaget dan Perspektif Sosiokultural Vygotsky.
1.2 Rumusan Makalah
Dalam makalah ini, penulis merumuskan
tentang :
a.
Prinsip Umum Perkembangan Manusia
b.
Otak dan Perkembangan Kognitif
c.
Perkembangan Bahasa
d.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget
e.
Perspektif Sosiokultural Vygotsky
1.3 Tujuan Perumusan Makalah
Adapun tujuan dari perumusan
makalah ini nantinya diharapkan akan diketahui tentang :
a.
Apa saja yang menjadi Prinsip Umum Perkembangan Manusia?
b.
Bagaimana penelitian tentang otak dan perkembangan
kognitif?
c.
Bagaimana cara perkembangan bahasa terhadap 6 tahun
pertama pada anak-anak?
d.
Pengertian Teori Perkembangan Kognitif Piaget?
e.
Bagaimana Perspektif Sosiokultural Vygotsky?
1.4 Manfaat Penulisan
Dari rumusan makalah dan tujuan
perumusan makalah diatas, maka diharapkan dengan adanya makalah ini bisa
memberikan pemahaman yang jelas tentang prinsip umum perkembangan manusia,
mengetahui bagaimana cara kerja otak dan pengaruhnya terhadap perkembangan
kognitif serta perkembangan bahasa. Disamping itu,pembaca diharapkan bisa
memahami dengan jelas tentang pengertian Teori Perkembangan Kognitif Piaget dan
Perspektif Sosiokultural Vygotsky.
Bab II
Pembahasan
2.1 Prinsip
Umum Perkembangan Manusia
Menurut Anita Woolfolk (2009:34),
perkembangan dalam pengertian psikologis secara umum mengacu pada
perubahan-perubahan tertentu yang terjadi pada manusia ( atau binatang) di
antara konsepsi dan kematian. Sementara menurut Rizki Takriyanti (2006:33),
perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju.
Jadi,
secara pengertian perkembangan adalah suatu perubahan tertentu kearah yang
lebih maju terjadi pada diri kita ( ataupun hewan) yang kita alami sejak
konsepsi sampai mati dalam proses atau tahapan secara berurutan. Perkembangan
manusia dapat dibagi menjadi sejumlah aspek yang berbeda antara lain
perkembangan fisik, perkembangan pribadi, perkembangan sosial dan perkembangan kognitif.
Perkembanngan
fisik, berhubungan dengan perubahan dalam struktur dan fungsi tubuh dari waktu
ke waktu. Perkembangan pribadi adalah istilah umum digunakan untuk perubahan
pada kepribadian individu selama dia tumbuh. Sementara itu, Perkembangan sosial,
merupakan perubahan dari waktu ke waktu dalam cara kita berhubungan dengan
orang lain. Selanjutnya, Perkembangan kognitif yang mengacu pada perubahan
dalam berfikir yang terjadi secara gradual dan berurutan pada berbagai proses
mental hingga menjadi lebih kompleks dan canggih.
Beberapa
teoritis berpendapat bahwa ada beberapa prinsip umum dalam perkembangan, antara
lain :
a.
Orang berkembang
dengan laju yang berbeda
Di kelas, guru pasti memiliki
contoh tingkat perkembangan yang berbeda terhadap siswanya. Contohnya :
sebagian siswa yang bertubuh lebih besar, memiliki koordinasi yang lebih baik
dan lebih matang dalam berfikir serta dalam hubungan sosialnya. Sebagian lainya
jauh lebih lambat matang di bidang ini.
b.
Perkembangan
relatif urut
Orang mengembangkan berbagai
kemampuan dengan urutan yang logis. Pada waktu bayi, mereka duduk sebelum
berjalan, meraban sebelum bicara, dan melihat dunia melalui matanya sebelum mereka
mulai membayangkan bagaimana orang lain melihat. Tetapi, keberurutan ini belum
tentu linier atau dapat diprediksi.
c.
Perkembangan
terjadi secara gradual
Sangat jarang perubahan muncul
dalam waktu semalam. Seorang siswa yang tidak dapat memanipulasi pensil atau
menjawab pertanyaan hipotesis dapat mengembangkan kemampuan ini dengan baik,
tetapi perubahannya cenderung membutuhkan waktu lama.
2.2 Otak dan
Perkembangan Kognitif
Beberapa peniliti mendeskripsikan
otak sebagai belantara lapisan dan lengkungan, sebuah sistem organik yang
interconnected (saling berhubungan)dan
kompleks. Pada dekade sekarang, kita bisa melihat semakin meningkatnya
penelitian tentang otak, perkembangan , belajar dan pengajaran. Sebagai contoh
adanya penulisan tentang neurosains dan kognitif pendidikan. Para penulis pada
edisi ini menekankan bahwa otak adalah sekumpulan sistem yang kompleks, yang
bekerja sama untuk mengkonstruksi pemahaman, mendeteksi pola, membuat aturan
dan memahami pengalaman. Sistem-sistem ini berubah sepanjang hidup selama
individu mencapai pematangan dan berkembang.
Ada beberapa bagian otak yang
berhubungan dengan fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi. Sebagai contoh : Serebelum yang mengkoordinasi gerakan
yang halus dan terampil,seperti gerakan penari yang anggun. Serebelum juga
berperan dalam fungsi kognitif yang lebih tinggi seperti pembelajaran. Hipokampus sangat penting dalam
mengingat informasi baru dan pengalaman baru,sementara Amigdala berfungsi mengarahkan emosi. Talamus terlibat dalam kemampuan kita untuk belajar informasi baru,
terutama informasi verbal. Retikuler
berperan dalam pemusatan perhatian dan rangsangan, memblokir beberapa pesan dan
mengirimkan sebagian lainnya ke pusat-pusat otak yang lebih tinggi untuk
diproses dan Korpus Kolasum berfungsi
memindahkan informasi dari sisi otak ke sisi otak lainnya.
Pada otak manusia, lapisan luar
setebal 1/8 inci yang menyelimuti selebrum adalah Kortek Serebral yang tampak berkerut-kerut. Pada kortek serebral
memungkinkan terjadinya pencapaian-pencapaian terhebat manusia, seperti
pengatasan masalah yang kompleks dan bahasa. Kortek serebral adalah bagian otak
yang berkembang paling akhir, jadi otak diyakini lebih rentan terhadap pengaruh
lingkungan dibanding daerah otak lainnya. Korteks serebral paling banyak
memiliki neuron.
Korteks yang memiliki lembaran kisut
neuron-neuron ini menjalankan tiga fungsi utama : menerima sinyal-sinyal dari
organ-organ pengindraan (misalnya sinyal visual atau auditorik), mengontrol
gerakan yang disengaja, dan membentuk asosiasi-asosiasi. Bagian korteks yang
mengontrol gerakan motorik fisik berkembang atau matang paling awal, setelah
itu daerah-daerah yang mengontrol pengindraan-pengindraan kompleks seperti
penglihatan dan pendengaran , dan terakhir lobus
frontal, yang mengontrol proses-proses berfikir tingkat tinggi.
Sekitar satu bulan setelah konsepsi,
sel neuron muncul dengan kecepatan luar biasa. Ketika kita lahir, kita semua
memilki kira-kira 100 sampai 200 miliar neuron. Dan setiap neuron memiliki
2.500 sinapsis ( celah kecil diantara neuron yang berfungsi untuk berbagi
informasi dan mengirimkan pesan yang berbahan kimia). Pada anak usia 2-3 tahun
memiliki 15.000 sinapsis jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa dan
menjadikannya oversupplied (terlalu
banyak) sehingga perlu adaptasi dengan lingkungan mereka. Dan neuron yang
dipergunakan saja yang bertahan hidup sedangkan yang tak berguna akan prunned (terpangkas).
Ada dua jenis proses over produksi
dan prunning terjadi yaitu experience-expectant dan experience-dependent. Pada proses experience-expectant, sinapsi menunggu
stimulasi. Sebagai contoh selama berbulan-bulan otak bayi yang baru lahir akan
mengharapkan stimulasi visual auditorik. Bila rentang penglihatan dan bunyi
yang normal terjadi, maka daerah visula dan auditoris otak akan berkembang.
Berbeda dengan bayi yang lahir dalam keadaan tuna rungu total, maka tidak akan
terjadi stimulasi auditoris apapun sehingga daerah pemroses auditoris akan
beralih fungsi guna memproses informasi visual saja, begitu juga sebalikanya
pada anak yang terlahir tuna netra.
Sementara itu, pada proses experience-expectant, koneksi sinapsis
dibentuk berdasarkan pengalaman individual. Proses bergantung pengalaman ini
terlibat dalam pembelajaran, seperti belajar pelafalan bunyi yang tidak
familier dalam bahasa kedua yang sedang kita pelajari.
Meskipun otak berkembang cepat
selama masa kanak-kanak awal, tetapi berlanjut seumur hidup. Devripasi
(kerusakan) berat stimulus pada usia dini dapat memiliki efek-efek abadi,
tetapi karena plastisitas atau daya adaptasi otak, beberapa kompensasi dapat
mengatasi deprivasi. Tentu ada banyak faktor selain devripasi stimulus,
misalnya asupan obat ( termasuk alkohol dan kafein) semasa ibu hamil, toksin di
lingkungan bayi seperti cat yang mengandung timah, atau gizi buruk, dapat
memiliki efek negatif yang langsung dan dramatis pada perkembangan otak.
Aspek fungsi otak lain yang memiliki
implikasi pada perkembangan kognitif adalah lateralisasi atau spesialisasi
kedua hemisfer(belahan otak). Kerusakan pada sisi kanan otak akan mempengaruhi
gerakan disisi kiri tubuh dan sebaliknya. Bagi kebanyakan orang, belahan otak
kiri adalah faktor utama dalam pemrosesan bahasa, sedangkan hemisfer kanan menangani
banyak informasi visual-spasial dan emosi (informasi non-verbal).
Saat ini, para pendidik semakin
banyak mendengar tentang pendidikan berbasis otak, tentang pentingnya stimulasi
dini untuk perkembangan otak, sebagai contoh tentang efek Mozart dan aktivitas
otak kiri dan otak kanan. Namun sebenarnya belajar berbasis otak bukanlah panasea (obat mujarab) maupun peluru
ajaib untuk mengatasi semua masalah pendidikan.
Penelitian terhadap binatang dan
manusia menunjukkan bahwa pengalaman dan pengajaran langsung menyebabkan
berbagai perubahan dalam organisasi dan struktur otak. Sebagai contoh, individu
tunarungu yeng menggunakan bahasa isyarat memilki pola aktivitas elektrik otak
yang berbeda dibandingkan dengan para penyandang tunarungu yang tidak
menggunakan bahasa isyarat. Selain itu, pengajaran dan latihan insentif yang
diberikan ketika seseorang mengalami stroke dapat membantu mengembalikan
fungsi, koneksi dan menggunakan daerah baru di otaknya.
Salah satu hubungan yang jelas
antara otak dan belajar di kelas terdapat di daerah emosi dan stress. Kecemasan
akan mengganggu belajar, sementara tantangan, minat dan ketertarikan serta rasa
ingin tahu dapat mendukung belajar. Mempertahankan tantangan dan dukungan pada
tingkat yang “pas” adalah tantangan bagi guru, membantu siswa untuk belajar
mengatur emosi dan motivasinya adalah tujuan penting pendidikan.
2.3
Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah suatu bentuk
komunikasi, entah itu lisan, tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada suatu
sistem dari simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh
masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan
mengkombinasikannya. Kita perlu bahasa untuk berbicara dengan orang lain,
mendengarkan orang lain, membaca dan menulis. Bahasa memampukan kita
mendeskripsikan kejadian di masa lalu dan merencanakan masa depan.
Semua anak di setiap budaya
menguasai sistem bahasa asli mereka yang rumit, kecuali jika ada deprivasi atau
masalah fisik berat yang menginterferensinya. Pengetahuan ini luar biasa,
paling sedikit bunyi,makna, kata-kata, dan sekuensi kata-kata, volume, nada
suara, infeksi(perubahan nada suara) dan aturan penggiliran semuanya harus
dikoordinasikan sebelum seorang anak dapat seorang anak dapat berkomunikasi
secara efektif dalam percakapan.
Bagaimanakah bahasa itu berkembang?
Kemungkinan besar ada banyak faktor antara bilogis dan pengalaman yang berperan
dalam perkembangan bahasa. Kita
mengetahui bahwa budaya berperan penting dengan menentukan perangkat bahasa
yang dibutuhkan dalam kehidupan orang-orang. Anak- anak mengembangkan bahasa
selama mereka membangun kemampuan kognitif lain dengan secara aktif memahami
apa yang mereka dengar, mencari pola-pola dan menyusun aturan-aturan.
Kejadian penting bayi dalam
perkembangan bahasa adalah menangis (lahir), mendekut ( usia 1-2 bulan),
celotehan (usia 6 bulan),transisi dari seorang ahli linguistik universal
menjadi pendengar bahasa yang spesifik ( 6 hingga 12 bulan), menggunakan bahasa
(8-12 bulan),pemahaman kata ( 8 hingga 12 bulan), pengucapan kata-kata
pertama(13 bulan), ledakan kosa kata (18 bulan), perkembangan pemahaman
kata-kata dengan pesat (18 hingga 24 bulan) dan ucapan-ucapan dua kata (18
hingga 24 bulan ).
Sementara itu perkembangan bahasa
anak-anak selama usia sekolah pada usia 5 atau 6 tahun ( kanak-kanak menengah
dan akhir), kebanyakan sudah menguasai dasar-dasar bahasa aslinya. Maka pada
fase ini, anak-anak semestinya menguasai tentang pelafalan,tata bahasa, perbendaharaan
kata dan arti kata, pragmatika dan kesadaran metalinguistik.
Di masa remaja, perubahan bahasa
mencakup penggunaan kata-kata yang lebih efektif, peningkatan kemampuan
memahami metafora dan karya-karya literatur dewasa,serta peningkatan kemampuan
menulis. Pada masa remaja, individu-individu sangat mahir memvariasikan gaya
bahasanya agar pas dengan situasinya. Jadi, mereka dapat berbicara dengan teman
sebayanya dengan bahasa slang yang
bagi orang dewasa terdengar tidak ada artinya, tetapi bahasa itu merupakan
tanda bahwa remaja yang bersangkutan adalah anggota kelompok tertentu.
Bagaimana kita bisa menjawab “ Apa
kaitan antara bahasa dan berfikir?”. Secara emosional, terdapat dua isu utama
dan terpisah terkait eksplorasi hubungan antara bahasa dan kognisi yaitu apakah
kognisi penting untuk bahasa dan apakah bahasa penting untuk kognisi. Untuk
persoalan pertama, beberapa ahli menyatakan bahwa perkembangan bahasa dan
kognitif terjadi secara beriringan namun independen, dan kognisi tidak penting
untuk perkembangan bahasa.
Sementara pada persoalan yang kedua,
para ahli mengambil hasil studi terhadap anak-anak tuli yang menunjukkan
kemampuan berfikir dan memecahkan masalah pada tingkat yang sama dengan anak
seusianya yang tidak mengalami gangguan pendengaran, bahkan anak tuli tersebut
tidak memiliki penguasaan bahasa isyarat. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa
tidak penting bagi perkembangan kognitif.
Meskipun demikian, tetap ada kaitanya
antara aktivitas kognitif dan bahasa pada anak. Pemikiran (kognitif) tampaknya
dapat mempengaruhi bahasa dan begitu juga sebaliknya,namun bukti yang terus
bermunculan menunjukkan bahwa bahasa dan pemikiran bukan bagian dari sebuah
sistem kognitif tunggal dan otomatis, melainkan berevolusi sebagai modul-modul
yang terpisah, yang secara biologis mempersiapkan komponen pemikiran.
2.4 Teori
Perkembangan Kognitif Piaget
Perkembangan kognitif lebih dari
sekedar penambahan fakta-fakta atau ide-ide baru ke simpanan informasi yang
sudah ada. Dalam penulisan makalah diskusi ini, penulis menjelaskan teori
perkembangan kognitif menurut Psikolog asal Swiss, Jean Piaget. Menurut Piaget, sejak lahir sampai mencapai
kematangan, prose berfikir berubah secara radikal, meskipun lamban karena kita
secara konstan berusaha memahami tentang dunia. Piaget mengidentifikasi empat
faktor terhadap hal tersebut yaitu : kematangan biologis, aktivitas, pengalaman
sosial dan ekuilibrasi.
Salah satu pengaruh terpenting
terhadap bagaimana kita memahami dunia adalah maturasi (kematangan), terbentangnya berbagai perubahan biologis
yang terprogram secara genetik. Orang
tua dan guru hanya memiliki dampak yang kecil pada aspek kognitif ini, kecuali
memastikan bahwa anak-anaknya mendapat gizi dan perawatan yang mereka butuhkan
agar tumbuh sehat.
Aktivitas
adalah pengaruh lainnya. Bersama-sama kematangan, tiba pula peningkatan
kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Saat kita menangani
lingkungan,saat kita mengekplorasi, menguji,mengobservasikan dan akhirnya
menoragnisasikan informasi, pada saat yang sama pula kita akan mengubah proses
berfikir kita.
Selama berkembang, kita juga
berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita. Menurut Piaget, perkembangan
kognitif kita dipengaruhi oleh tranmisi
sosial atau belajar dari orang lain. Tanpa tranmisi sosial, kita akan perlu
menemukan kembali semua pengetahuan yang sudah ditawarkan oleh budaya kita.
Seberapa banyak yang dapat dipelajari orang dari tranmisi sosial bervariasi
menurut tahap perkembangan kognitifnya. Pada faktor terakhir, Piaget mengatakan
bahwa perubahan aktual dalam berfikir terjadi melalui proses ekuilibrasi atau penyeimbangan. Dalam
mengorganisasikan, mengasimilasikan, dan mengakomodasikan dapat dipandang
sebagai semacam tindakan penyeimbangan yang kompleks.
Menurut Piaget, perkembangan manusia
melalui empat tahap perkembangan kognitif dari lahir hingga dewasa . setiap
tahap ditandai oleh munculnya kemampuan intelektual baru dimana manusia mulai
mengerti dunia yang bertambah kompleks. Berikut kita akan lihat tahap-tahap
perkembangan kognitif menurut Paiget, seperti yang terdapat dalam kolom berikut
:
Tahap
|
Umur
|
Karakteristik dan Kemampuan
|
Sensorimotor
|
0 hingga 2
tahun
|
Mulai
mempergunakan imitasi, ingatan dan fikiran, mulai mengerti bahwa objek tidak
hilang ketika disembunyikan.
|
Pra-Operasional
|
2 hingga 7
tahun
|
Secara gradual
mengembangkan penggunaan bahasa dan kemampuan untuk berfikir dalam bentuk
simbolik, berfikirnya masih egosentris dan berpusat. Anak mulai menjelaskan
dunia dengan kata dan gambar
|
Operasional-Konkret
|
7 hingga 11
tahun
|
Mampu
mengatasi masalah-masalah konkret secara logis, memahami hukum-hukum
percakapan, mampu mengklasifikasikan dan mengurutkan dari besar ke kecil
begitu juga sebaliknya
Memahami
reversibilitas ( kemampuan untuk memikirkan serangkaian langkah, lalu
membalikkan langkah itu secara mental kembali ke titik awal.
|
Operasional Formal
|
11 hingga
dewasa
|
Mampu berfikir
abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian
menyelesaikan masalah. Mengembangkan tentang isu-isu sosial dan identitas.
|
Teori perkembanngan kognitif Piaget
didasarkan pada asumsi bahwa orang berusaha memahami dunianya dan secara aktif
menciptakan pengetahuan melalui pengalaman langsung berbagai objek, orang dan
ide. Namun demikian, beberapa psikolog perkembangan telah memformulasikan
teori-teori neo-Piagetian yang
mengintegrasikan temuan tentang atensi, ingatan dan penggunaan strategi dengan insight Piaget tentang pemikiran dan
konstruksi pengetahuan oleh anak. Teori pemrosesan informasi di fokuskan pada
atensi, ingatan dan penggunaan strategi belajar serta keterampilan memproses
lain untuk menjelaskan bagaimana anak-anak mengembangkan berbagai aturan dan
strategi untuk memahami dunia dan mengatasi masalah.
Ada beberapa keterbatasan Teori
Piaget antara lain tentang masalah dengan penahapan, meremehkan kemampuan anak
serta kritik terhadap perkembangan kognitif dan budaya. Pada teori Piaget,
anak-anak dan orang dewasa sering kali berfikir dengan cara-cara yang tidak
konsisten dengan gagasan tahap-tahap yang tidak bervariasi. Piaget juga
meremehkan kemampuan anak, masalah yang disodorkan kepada anak kecil terlalu
sulit dan pengarahannya terlalu membingungkan. Penjelasn-penjelasan alternatif
memberi penekanan yang lebih besar kepada keterampilan memproses-informasi yang
berkembang pada siswa dan bagaimana guru meningkatkan perkembangannya. Hasil
karya Piaget juga dikritik karena tidak melihat faktor kultural dalam
perkembangan anak.
2.5
Perspektif Sosiokultural Vygotsky
Sama halnya dengan Piaget, ahli
perkembangan Rusia Lev Vygotsky (1846-1934) juga percaya bahwa anak secara
aktif menciptakan pengetahuan mereka sendiri. Meskipun demikian, Vygotsky
memberikan peran yang lebih penting pada interkasi sosial dan budaya dalam
perkembangan kognitif lebih dari yang dilakukan Piaget.
Menurut Vygotsky, terdapat tiga pengaruh
utama pada perkembangan kognitif antara lain : sumber-sumber untuk pemikiran
individual, peran perangkat kultural dalam belajar dan perkembangan (khususnya
alat bahasa) serta Zone of Proximal
Development. Ketiganya akan penulis coba jabarkan secara rinci dan jelas
berikutnya.
Vygotsky berasumsi bahwa setiap
fungsi perkembangan kultural anak muncul dua kali : pertama ditingkat sosial
dan kemudian ditingkat individual; pertama di antara orang (interpsikologis)
dan kemudian dalam diri anak(intrapsikologis) Interaksi sosial lebih dari
sekedar pengaruh, tetapi merupakan asal muasal proses-proses mental yang lebih
tinggi seperti mengatasi masalah.
Perkembangan anak sebagai sesuatu
yang tidak terpisahkan dari aktivitas sosial dan budaya. Perkembangan ingatan,
atensi dan penalaran mencakup belajar menggunakan penemuan masyarakat seperti
bahasa, sistem matematis, dan strategi ingatan. Dalam teori Vygotsky terdapat
pandangan bahwa pengetahuan dikondisikan
dan kolabortif yang berarti pengetahuan
tidak dihasilkan dari dalam individu melainkan lebih dibangun melalui interaksi
dengan orang lain dan benda budaya,seperti buku. Ini menunjukkan bahwa
pemahaman dapat ditingkatkan melalui interaksi dengan orang lain dalam
aktivitas yang kooperatif.
Menurut Vygotsky, terdapat alat-alat
psikologi kultural yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Alat-alat kultural
tersebut seperti alat material (pencetak,bajak,penggaris,sempoa,komputer dan
internet), alat psikologis ( isyarat dan sistem simbol, seperti angka, braile
dan bahasa isyarat) memainkan peran yang sangat penting terhadap perkembangan
kognitif. Alat psikologis mengubah proses berfikir dengan memungkinkan dan
membentuk fikiran. Banyak alat ini diteruskan dari orang dewasa kepada anak
melalui interaksi dan pengajaran formal.
Dalam perspektif sosiokultural,
bahasa adalah sistem simbol terpenting dalam kotak budaya, karena dengan
bahasalah yang memabntu mengisi kotak budaya dengan alat-alat lain. Bahasa
kritis bagi perkembangan kognitif karena ia menyediakan cara untuk
mengekspresikan ide dan melontarkan pertanyaan, kategori dan konsep untuk
berfikir, dan kaitan antara masa lampau dan masa depan. Bahasa membebaskan kita
dari situasi saat ini dan untuk memikirkan tentang apa yang sudah dan mungkin
akan terjadi.
Bahasa berubah dari waktu ke waktu
untuk mengindikasikan kebutuhan dan nilai budaya yang berubah. Vygotsky percaya
bahwa berfikir itu tergantung pada bicara, pada makna fikiran dan pada
pengalaman sosiokultural anak. Faktanya, dia percaya bahwa bahasa dalam bentuk private speech (bicara kepada diri)
memandu perkembangan bahasa.
Private
speech atau bicara sendiri memainkan peran penting dalam perkembangan
kognitif dengan membawa anak ke arah regulasi-diri : kemampuan merencanakan,
memantau dan memandu fikiran serta pengatasan masalah anak sendiri. Regulasi
diri tersebut berkembang di serangkaian tahapan. Pertama, perilaku anak
diregulasi oleh orang lain dengan menggunakan bahasa dan isyarat lain seperti
gestur. Berikutnya anak juga akan menggunakan private speech untuk meregulasi
perilaku dirinya sendiri. Terakhir, anak belajar meregulasi perilakunya dengan
menggunakan pembicaraan batin tanpa suara. Penggunaan private speech memuncak
pada sekitar usia 9 tahun kemudian berkurang, meskipun sebuah studi menemukan
bahwa sebagian anak mulai umur 11 sampai 17 tahun masih menggumam secara
spontan kepada diri selama menyelesaikan masalah.
Oleh karena private speech membantu siswa meregulasi pikirannya, masuk akal
untuk membiarkan atau bahkan mendorong, siswa untuk menggunakan private speech di sekolah. Guru yang
memaksa siswa-siswa yang masih kecil untuk diam selama mengerjakan soal yang
sulit dapat membuat pekerjaan itu semakin sulit bagi mereka. Perhatikan ketika
gumaman itu meningkat di kelas, itu mungkin tanda bahwa siswa perlu bantuan.
Sebuah pendekatan yang disebut cognitive
self-instruction, mengajari siswa untuk menggunakan bicara sendiri untuk
memandu belajar. Sebagai contoh, siswa belajar untuk mengingatkan dirinya untuk
bekerja perlahan-lahan dan teliti.
Vygotsky berpendapat bahwa pada
titik perkembangan manapun, ada masalah-masalah tertentu tatkala anak berada
pada ambang mampu mengatasi dan sebagian lainnya berada di luar jangkauan
kemampuan anak. Zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development) adalah wilayah tempat anak tidak
dapat menyelesaikan suatu masalah sendirian, tetapi bisa berhasil dengan
bimbingan orang dewasa atau dengan berkolaborasi bersama teman sebaya yang
lebih maju.
Menurut Vygotsky, belajar adalah
sebuah proses aktif yang tidak harus menunggu kesiapan. Faktanya “ belajar yang
diorganisasikan dengan baik menghasilkan perkembangan mental dan memulai
berbagai proses perkembangan sehingga mustahil dipisahkan dari belajar. Ia
melihat belajar sebagai alat dalam perkembangan, belajar menarik perkembangan
naik ke tingkat yang lebih tinggi dan interaksi sosial adalah kunci dalam
belajar. Dan ini berarti bahwa orang lain, termasuk guru memiliki peran yang
signifikan dalam perkembangan kognitif.
Bab III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Pada hasil penjelasan pada bab
sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan bahwa perkembangan adalah suatu
perubahan tertentu kearah yang lebih maju terjadi pada diri kita ( ataupun
hewan) yang kita alami sejak konsepsi sampai mati dalam proses atau tahapan
secara berurutan. Perkembangan manusia dapat dibagi menjadi sejumlah aspek yang
berbeda antara lain perkembangan fisik, perkembangan pribadi, perkembangan
sosial dan perkembangan kognitif. Masalah terpenting dalam perkembangan
mencakup masalah bawaan (nature) dan
juga bimbingan (nurture). Nature mewakili warisan bilogis
seseorang,sementara itu nurture pada
pengalaman lingkungannya.
Otak
dan belajar berhubungan erat dan sebagai pendidik (guru) hendaknya memahami
banyak fungsi kognitif yang terdiferensiasi, mereka berhubungan dengan
bagian-bagian otak yang berbeda. Jadi, pelajar cenderung memiliki pemrosesan
(visual atau verbal, misalnya) yang
lebih disukai dan kapabilitas yang berbeda–beda di berbagai cara pemrosesan
tersebut. Menggunakan modalitas yang berbeda untuk pengajaran dan aktivitas
dengan menggunakan indra yang berbeda dapat mendukung pembelajaran, misalnya
menggunakan peta dan lagu untuk mengajarkan geografi.
Otak relatif plastis, jadi
lingkungan aktif yang diperkaya dan strategi pengajaran yang fleksibel
berkemungkinan mendukung perkembangan kognitif pada anak-anak kecil dan
pembelajaran orang dewasa. Beberapa gangguan belajar mungkin memiliki basis
neurologis, jadi testing neurologis dapat membantu dalam menangani,
mendiagnosis dan mengevaluasi efek-efek penanganannya.
Anak-anak mengembangkan bahasa
selama mereka membangun berbagai kemampuan kognitif lain dengan secara aktif
memahami apa yang mereka dengar, mencari pola-pola dan menyusun aturan-aturan.
Dalam proses ini,bias-bias bawaan dan aturan-aturan dapat membatasi pencarian
dan pemanduan pengenalan pola. Reward
dan koreksi berperan dalam membantu anak-anak belajar mengoreksi penggunaan
bahasa, tetapi proses berfikir anak sangat penting.
Teori perkembangan kognitif Piaget
didasarkan pada asumsi bahwa orang berusaha memahami dunianya dan secara aktif
menciptakan pengetahuan melalui pengalaman langsung dengan berbagai objek, orang
dan ide. Kematangan, aktivitas, transmisi sosial dan kebutuhan akan
keseimbangan semuanya mempengaruhi bagaimana pikiran berproses dan pengetahuan
berkembang. Sebagai respon terhadap perubahan-perubahan dalam organisasi
pikiran (perkembangan skema-skema) dan melalui adaptasi, termasuk proses-proses
asimilasi(memasukkan kedalam skema-skema yang sudah ada) dan akomodasi
(mengubah skema-skema yang sudah ada )
Kelemahan Teori Piaget antara lain
tentang masalah dengan penahapan, meremehkan kemampuan anak serta kritik
terhadap perkembangan kognitif dan budaya. Pada teori Piaget, anak-anak dan
orang dewasa sering kali berfikir dengan cara-cara yang tidak konsisten dengan
gagasan tahap-tahap yang tidak bervariasi. Piaget juga meremehkan kemampuan
anak, masalah yang disodorkan kepada anak kecil terlalu sulit dan pengarahannya
terlalu membingungkan. Penjelasn-penjelasan alternatif memberi penekanan yang
lebih besar kepada keterampilan memproses-informasi yang berkembang pada siswa
dan bagaimana guru meningkatkan perkembangannya. Hasil karya Piaget juga
dikritik karena tidak melihat faktor kultural dalam perkembangan anak.
Sementara itu, menurut Vygotsky aktivitas
manusia harus dipahami dalam setting
kulturalnya. Ia percaya bahwa struktur dan proses mental spesifik kita dapat
ditelusuri dari interaksi kita dengan orang lain; bahwa perangkat budaya,
terutama perangkat bahasa adalah faktor kunci dalam perkembangan; dan zone of proximal development adalah
wilayah tempat belajar dan perkembangan itu dapat dimungkinkan.
Keterbatasan teori Vygotsky adalah
terlalu menekankan peran interaksi sosial dan perkembangan kognitif, anak-anak
tidak banyak menyelesaikan apa-apa sendirian. Selain itu, karena Vygotsky
meninggal dalam usia terlalu relatif muda, maka dia belum mengembangkan dan
mengelaborasi teori-teorinya. Siswa-siswanya dan orang lainlah yang meneruskan
pekerjaan itu.
3.2 Saran
Dari evaluasi dua teoritis kognitif;
Jean Piaget dan Vygotsky, maka implikasinya terhadap guru adalah terdapat problem of the match yaitu siswa tidak
boleh dibuat bosan oleh pekerjaan yang terlalu mudah atau tertinggal oleh
pengajaran yang tidak dapat mereka pahami. Kemudian hendaknya ada active learning, dimana
individu-individu mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri karena belajar adalah
sebuah proses konstruktif. Pada tingkat perkembangan kognitif, siswa harus
mampu memasukkan informasi ke dalam skemanya sendiri. Untuk itu mereka harus
melakukan sesuatu pada informasi itu dengan cara tertentu.
Pengalaman aktif anak dikelas,
seharusnya termasuk memanipulasi fisik terhadap objek-objek dan memanipulasi
terhadap ide-ide. Sebagai aturan umum, siswa seharusnya bertindak, memanipulasi
dan mengobservasi dan kemudian berbicara dan/atau menulis tentang apa yang
mereka alami. Pengalaman konkret menyediakan bahan mentah untuk berfikir.
Berkomunikasi dengan orang lain membuat siswa menggunakan, menguji dan
kadang-kadang mengubah kemampuan berfikirnya.
Berikutnya juga terdapat assisted learning (belajar dengan
bantuan) atau partisipasi terbimbing di kelas, membutuhkan scaffolding yaitu memberi informasi,prompts (mendorong), pengingat dan dorongan di waktu yang tepat dan
dengan jumlah yang tepat, dan setelah itu sedikit demi sedikit memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukannya sendiri.
Guru dapat membantu belajar dengan
mengadaptasikan materi atau soal-soal sesuai tingkat perkembangan siswa saat
ini, menuntun siswa menempuh langkah-langkah dalam soal-soal yang rumit,
mengerjakan sebagian soalnya, memberikan umpan balik terperinci dan memberikan
kesempatan revisi, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengembalikan
fokus perhatian siswa.
Daftar Pustaka
Woolfolk,Anita.
2009. Educational Psychology : Active
Learning Edition.Edisi
Bahasa Indonesia. Yogyakarta. Pustaka Belajar
Santrock,W.John.
2007. Child Development, eleventh edition.
Edisi Bahasa
Indonesia. Perkembangan
Anak. Jakarta. Penerbit Erlangga
Djiwandono,Sri
Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan.
Jakarta. PT.Grasindo
Takriyanti,Rizky.
2006. Psikologi Perkembangan. Jambi.
Program Akta IV
Fakultas Tarbiyah,
IAIN STS Jambi
terimakasih pak saipul
BalasHapussalam sehat selalu,
https://marketing.ruangguru.com/uji