Kamis, 03 Mei 2012

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA


Bab I
Pendahuluan


1.1  Latar Belakang
Keterampilan mengajar bukanlah sesuatu yang bersifat turunan, melainkan hasil dari pengalaman. Walaupun demikian, kita dapat menggunakan informasi-informasi dari orang lain yang telah mengembangkan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Hal ini menambah informasi yang banyak sekali bagi kita untuk dapat mengembangkan keefektifan guru dan sekolah.
Satu hal yang penting bagi guru dalam hubungannya dengan anak adalah mengetahui hakikat perkembangan anak sehingga mereka akan mengerti bagaimana anak dan remaja tumbuh dan berkembang dalam hal kognitif, sosial dan moral. Guru TK harus tahu seperti apa siswa siswi mereka baik di dalam kelas maupun diluar kelas, demikian juga dengan guru SD,SMP,SMA sampai Perguruan Tinggi.
Berdasarkan hal tersebutlah, maka penulis memberikan penjelasan dari beberapa literatur yang telah dibaca tentang bagaimana prinsip umum perkembangan manusia, bagaimana cara kerja otak dan pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif serta perkembangan bahasa. Disamping itu,penulis juga memberikan penjelasan tentang pengertian Teori Perkembangan Kognitif Piaget dan Perspektif Sosiokultural Vygotsky.
  
1.2  Rumusan Makalah
Dalam makalah ini, penulis merumuskan tentang :
a.       Prinsip Umum Perkembangan Manusia
b.      Otak dan Perkembangan Kognitif
c.       Perkembangan Bahasa
d.      Teori Perkembangan Kognitif Piaget
e.       Perspektif Sosiokultural Vygotsky


1.3  Tujuan Perumusan Makalah
Adapun tujuan dari perumusan makalah ini nantinya diharapkan akan diketahui tentang :
a.       Apa saja yang menjadi Prinsip Umum Perkembangan Manusia?
b.      Bagaimana penelitian tentang otak dan perkembangan kognitif?
c.       Bagaimana cara perkembangan bahasa terhadap 6 tahun pertama pada anak-anak?
d.      Pengertian Teori Perkembangan Kognitif Piaget?
e.       Bagaimana Perspektif Sosiokultural Vygotsky?

1.4  Manfaat Penulisan
Dari rumusan makalah dan tujuan perumusan makalah diatas, maka diharapkan dengan adanya makalah ini bisa memberikan pemahaman yang jelas tentang prinsip umum perkembangan manusia, mengetahui bagaimana cara kerja otak dan pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif serta perkembangan bahasa. Disamping itu,pembaca diharapkan bisa memahami dengan jelas tentang pengertian Teori Perkembangan Kognitif Piaget dan Perspektif Sosiokultural Vygotsky.














Bab II
Pembahasan


2.1  Prinsip Umum Perkembangan Manusia
   Menurut Anita Woolfolk (2009:34), perkembangan dalam pengertian psikologis secara umum mengacu pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi pada manusia ( atau binatang) di antara konsepsi dan kematian. Sementara menurut Rizki Takriyanti (2006:33), perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju.
Jadi, secara pengertian perkembangan adalah suatu perubahan tertentu kearah yang lebih maju terjadi pada diri kita ( ataupun hewan) yang kita alami sejak konsepsi sampai mati dalam proses atau tahapan secara berurutan. Perkembangan manusia dapat dibagi menjadi sejumlah aspek yang berbeda antara lain perkembangan fisik, perkembangan pribadi, perkembangan sosial dan perkembangan kognitif.
Perkembanngan fisik, berhubungan dengan perubahan dalam struktur dan fungsi tubuh dari waktu ke waktu. Perkembangan pribadi adalah istilah umum digunakan untuk perubahan pada kepribadian individu selama dia tumbuh. Sementara itu, Perkembangan sosial, merupakan perubahan dari waktu ke waktu dalam cara kita berhubungan dengan orang lain. Selanjutnya, Perkembangan kognitif yang mengacu pada perubahan dalam berfikir yang terjadi secara gradual dan berurutan pada berbagai proses mental hingga menjadi lebih kompleks dan canggih.
Beberapa teoritis berpendapat bahwa ada beberapa prinsip umum dalam perkembangan, antara lain :
a.         Orang berkembang dengan laju yang berbeda
Di kelas, guru pasti memiliki contoh tingkat perkembangan yang berbeda terhadap siswanya. Contohnya : sebagian siswa yang bertubuh lebih besar, memiliki koordinasi yang lebih baik dan lebih matang dalam berfikir serta dalam hubungan sosialnya. Sebagian lainya jauh lebih lambat matang di bidang ini. 

b.        Perkembangan relatif urut
Orang mengembangkan berbagai kemampuan dengan urutan yang logis. Pada waktu bayi, mereka duduk sebelum berjalan, meraban sebelum bicara, dan melihat dunia melalui matanya sebelum mereka mulai membayangkan bagaimana orang lain melihat. Tetapi, keberurutan ini belum tentu linier atau dapat diprediksi.
c.         Perkembangan terjadi secara gradual
Sangat jarang perubahan muncul dalam waktu semalam. Seorang siswa yang tidak dapat memanipulasi pensil atau menjawab pertanyaan hipotesis dapat mengembangkan kemampuan ini dengan baik, tetapi perubahannya cenderung membutuhkan waktu lama.
2.2  Otak dan Perkembangan Kognitif
            Beberapa peniliti mendeskripsikan otak sebagai belantara lapisan dan lengkungan, sebuah sistem organik yang interconnected (saling berhubungan)dan kompleks. Pada dekade sekarang, kita bisa melihat semakin meningkatnya penelitian tentang otak, perkembangan , belajar dan pengajaran. Sebagai contoh adanya penulisan tentang neurosains dan kognitif pendidikan. Para penulis pada edisi ini menekankan bahwa otak adalah sekumpulan sistem yang kompleks, yang bekerja sama untuk mengkonstruksi pemahaman, mendeteksi pola, membuat aturan dan memahami pengalaman. Sistem-sistem ini berubah sepanjang hidup selama individu mencapai pematangan dan berkembang.
            Ada beberapa bagian otak yang berhubungan dengan fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi. Sebagai contoh : Serebelum yang mengkoordinasi gerakan yang halus dan terampil,seperti gerakan penari yang anggun. Serebelum juga berperan dalam fungsi kognitif yang lebih tinggi seperti pembelajaran. Hipokampus sangat penting dalam mengingat informasi baru dan pengalaman baru,sementara Amigdala berfungsi mengarahkan emosi. Talamus terlibat dalam kemampuan kita untuk belajar informasi baru, terutama informasi verbal. Retikuler berperan dalam pemusatan perhatian dan rangsangan, memblokir beberapa pesan dan mengirimkan sebagian lainnya ke pusat-pusat otak yang lebih tinggi untuk diproses dan Korpus Kolasum berfungsi memindahkan informasi dari sisi otak ke sisi otak lainnya.
            Pada otak manusia, lapisan luar setebal 1/8 inci yang menyelimuti selebrum adalah Kortek Serebral yang tampak berkerut-kerut. Pada kortek serebral memungkinkan terjadinya pencapaian-pencapaian terhebat manusia, seperti pengatasan masalah yang kompleks dan bahasa. Kortek serebral adalah bagian otak yang berkembang paling akhir, jadi otak diyakini lebih rentan terhadap pengaruh lingkungan dibanding daerah otak lainnya. Korteks serebral paling banyak memiliki neuron.
            Korteks yang memiliki lembaran kisut neuron-neuron ini menjalankan tiga fungsi utama : menerima sinyal-sinyal dari organ-organ pengindraan (misalnya sinyal visual atau auditorik), mengontrol gerakan yang disengaja, dan membentuk asosiasi-asosiasi. Bagian korteks yang mengontrol gerakan motorik fisik berkembang atau matang paling awal, setelah itu daerah-daerah yang mengontrol pengindraan-pengindraan kompleks seperti penglihatan dan pendengaran , dan terakhir lobus frontal, yang mengontrol proses-proses berfikir tingkat tinggi.
            Sekitar satu bulan setelah konsepsi, sel neuron muncul dengan kecepatan luar biasa. Ketika kita lahir, kita semua memilki kira-kira 100 sampai 200 miliar neuron. Dan setiap neuron memiliki 2.500 sinapsis ( celah kecil diantara neuron yang berfungsi untuk berbagi informasi dan mengirimkan pesan yang berbahan kimia). Pada anak usia 2-3 tahun memiliki 15.000 sinapsis jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa dan menjadikannya oversupplied (terlalu banyak) sehingga perlu adaptasi dengan lingkungan mereka. Dan neuron yang dipergunakan saja yang bertahan hidup sedangkan yang tak berguna akan prunned (terpangkas).
            Ada dua jenis proses over produksi dan prunning terjadi yaitu experience-expectant dan experience-dependent. Pada proses experience-expectant, sinapsi menunggu stimulasi. Sebagai contoh selama berbulan-bulan otak bayi yang baru lahir akan mengharapkan stimulasi visual auditorik. Bila rentang penglihatan dan bunyi yang normal terjadi, maka daerah visula dan auditoris otak akan berkembang. Berbeda dengan bayi yang lahir dalam keadaan tuna rungu total, maka tidak akan terjadi stimulasi auditoris apapun sehingga daerah pemroses auditoris akan beralih fungsi guna memproses informasi visual saja, begitu juga sebalikanya pada anak yang terlahir tuna netra.
            Sementara itu, pada proses experience-expectant, koneksi sinapsis dibentuk berdasarkan pengalaman individual. Proses bergantung pengalaman ini terlibat dalam pembelajaran, seperti belajar pelafalan bunyi yang tidak familier dalam bahasa kedua yang sedang kita pelajari.
            Meskipun otak berkembang cepat selama masa kanak-kanak awal, tetapi berlanjut seumur hidup. Devripasi (kerusakan) berat stimulus pada usia dini dapat memiliki efek-efek abadi, tetapi karena plastisitas atau daya adaptasi otak, beberapa kompensasi dapat mengatasi deprivasi. Tentu ada banyak faktor selain devripasi stimulus, misalnya asupan obat ( termasuk alkohol dan kafein) semasa ibu hamil, toksin di lingkungan bayi seperti cat yang mengandung timah, atau gizi buruk, dapat memiliki efek negatif yang langsung dan dramatis pada perkembangan otak.
            Aspek fungsi otak lain yang memiliki implikasi pada perkembangan kognitif adalah lateralisasi atau spesialisasi kedua hemisfer(belahan otak). Kerusakan pada sisi kanan otak akan mempengaruhi gerakan disisi kiri tubuh dan sebaliknya. Bagi kebanyakan orang, belahan otak kiri adalah faktor utama dalam pemrosesan bahasa, sedangkan hemisfer kanan menangani banyak informasi visual-spasial dan emosi (informasi non-verbal).
            Saat ini, para pendidik semakin banyak mendengar tentang pendidikan berbasis otak, tentang pentingnya stimulasi dini untuk perkembangan otak, sebagai contoh tentang efek Mozart dan aktivitas otak kiri dan otak kanan. Namun sebenarnya belajar berbasis otak bukanlah panasea (obat mujarab) maupun peluru ajaib untuk mengatasi semua masalah pendidikan.
            Penelitian terhadap binatang dan manusia menunjukkan bahwa pengalaman dan pengajaran langsung menyebabkan berbagai perubahan dalam organisasi dan struktur otak. Sebagai contoh, individu tunarungu yeng menggunakan bahasa isyarat memilki pola aktivitas elektrik otak yang berbeda dibandingkan dengan para penyandang tunarungu yang tidak menggunakan bahasa isyarat. Selain itu, pengajaran dan latihan insentif yang diberikan ketika seseorang mengalami stroke dapat membantu mengembalikan fungsi, koneksi dan menggunakan daerah baru di otaknya.
            Salah satu hubungan yang jelas antara otak dan belajar di kelas terdapat di daerah emosi dan stress. Kecemasan akan mengganggu belajar, sementara tantangan, minat dan ketertarikan serta rasa ingin tahu dapat mendukung belajar. Mempertahankan tantangan dan dukungan pada tingkat yang “pas” adalah tantangan bagi guru, membantu siswa untuk belajar mengatur emosi dan motivasinya adalah tujuan penting pendidikan.
2.3  Perkembangan Bahasa
            Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi, entah itu lisan, tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya. Kita perlu bahasa untuk berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca dan menulis. Bahasa memampukan kita mendeskripsikan kejadian di masa lalu dan merencanakan masa depan.
            Semua anak di setiap budaya menguasai sistem bahasa asli mereka yang rumit, kecuali jika ada deprivasi atau masalah fisik berat yang menginterferensinya. Pengetahuan ini luar biasa, paling sedikit bunyi,makna, kata-kata, dan sekuensi kata-kata, volume, nada suara, infeksi(perubahan nada suara) dan aturan penggiliran semuanya harus dikoordinasikan sebelum seorang anak dapat seorang anak dapat berkomunikasi secara efektif dalam percakapan.
            Bagaimanakah bahasa itu berkembang? Kemungkinan besar ada banyak faktor antara bilogis dan pengalaman yang berperan dalam perkembangan bahasa.  Kita mengetahui bahwa budaya berperan penting dengan menentukan perangkat bahasa yang dibutuhkan dalam kehidupan orang-orang. Anak- anak mengembangkan bahasa selama mereka membangun kemampuan kognitif lain dengan secara aktif memahami apa yang mereka dengar, mencari pola-pola dan menyusun aturan-aturan.
            Kejadian penting bayi dalam perkembangan bahasa adalah menangis (lahir), mendekut ( usia 1-2 bulan), celotehan (usia 6 bulan),transisi dari seorang ahli linguistik universal menjadi pendengar bahasa yang spesifik ( 6 hingga 12 bulan), menggunakan bahasa (8-12 bulan),pemahaman kata ( 8 hingga 12 bulan), pengucapan kata-kata pertama(13 bulan), ledakan kosa kata (18 bulan), perkembangan pemahaman kata-kata dengan pesat (18 hingga 24 bulan) dan ucapan-ucapan dua kata (18 hingga 24 bulan ).
            Sementara itu perkembangan bahasa anak-anak selama usia sekolah pada usia 5 atau 6 tahun ( kanak-kanak menengah dan akhir), kebanyakan sudah menguasai dasar-dasar bahasa aslinya. Maka pada fase ini, anak-anak semestinya menguasai tentang pelafalan,tata bahasa, perbendaharaan kata dan arti kata, pragmatika dan kesadaran metalinguistik.
            Di masa remaja, perubahan bahasa mencakup penggunaan kata-kata yang lebih efektif, peningkatan kemampuan memahami metafora dan karya-karya literatur dewasa,serta peningkatan kemampuan menulis. Pada masa remaja, individu-individu sangat mahir memvariasikan gaya bahasanya agar pas dengan situasinya. Jadi, mereka dapat berbicara dengan teman sebayanya dengan bahasa slang yang bagi orang dewasa terdengar tidak ada artinya, tetapi bahasa itu merupakan tanda bahwa remaja yang bersangkutan adalah anggota kelompok tertentu.
            Bagaimana kita bisa menjawab “ Apa kaitan antara bahasa dan berfikir?”. Secara emosional, terdapat dua isu utama dan terpisah terkait eksplorasi hubungan antara bahasa dan kognisi yaitu apakah kognisi penting untuk bahasa dan apakah bahasa penting untuk kognisi. Untuk persoalan pertama, beberapa ahli menyatakan bahwa perkembangan bahasa dan kognitif terjadi secara beriringan namun independen, dan kognisi tidak penting untuk perkembangan bahasa.
            Sementara pada persoalan yang kedua, para ahli mengambil hasil studi terhadap anak-anak tuli yang menunjukkan kemampuan berfikir dan memecahkan masalah pada tingkat yang sama dengan anak seusianya yang tidak mengalami gangguan pendengaran, bahkan anak tuli tersebut tidak memiliki penguasaan bahasa isyarat. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak penting bagi perkembangan kognitif.
            Meskipun demikian, tetap ada kaitanya antara aktivitas kognitif dan bahasa pada anak. Pemikiran (kognitif) tampaknya dapat mempengaruhi bahasa dan begitu juga sebaliknya,namun bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa bahasa dan pemikiran bukan bagian dari sebuah sistem kognitif tunggal dan otomatis, melainkan berevolusi sebagai modul-modul yang terpisah, yang secara biologis mempersiapkan komponen pemikiran.
2.4  Teori Perkembangan Kognitif Piaget
            Perkembangan kognitif lebih dari sekedar penambahan fakta-fakta atau ide-ide baru ke simpanan informasi yang sudah ada. Dalam penulisan makalah diskusi ini, penulis menjelaskan teori perkembangan kognitif menurut Psikolog asal Swiss, Jean Piaget.  Menurut Piaget, sejak lahir sampai mencapai kematangan, prose berfikir berubah secara radikal, meskipun lamban karena kita secara konstan berusaha memahami tentang dunia. Piaget mengidentifikasi empat faktor terhadap hal tersebut yaitu : kematangan biologis, aktivitas, pengalaman sosial dan ekuilibrasi.
            Salah satu pengaruh terpenting terhadap bagaimana kita memahami dunia adalah maturasi (kematangan), terbentangnya berbagai perubahan biologis yang terprogram secara genetik.  Orang tua dan guru hanya memiliki dampak yang kecil pada aspek kognitif ini, kecuali memastikan bahwa anak-anaknya mendapat gizi dan perawatan yang mereka butuhkan agar tumbuh sehat.
            Aktivitas adalah pengaruh lainnya. Bersama-sama kematangan, tiba pula peningkatan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Saat kita menangani lingkungan,saat kita mengekplorasi, menguji,mengobservasikan dan akhirnya menoragnisasikan informasi, pada saat yang sama pula kita akan mengubah proses berfikir kita.
            Selama berkembang, kita juga berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita. Menurut Piaget, perkembangan kognitif kita dipengaruhi oleh tranmisi sosial atau belajar dari orang lain. Tanpa tranmisi sosial, kita akan perlu menemukan kembali semua pengetahuan yang sudah ditawarkan oleh budaya kita. Seberapa banyak yang dapat dipelajari orang dari tranmisi sosial bervariasi menurut tahap perkembangan kognitifnya. Pada faktor terakhir, Piaget mengatakan bahwa perubahan aktual dalam berfikir terjadi melalui proses ekuilibrasi atau penyeimbangan. Dalam mengorganisasikan, mengasimilasikan, dan mengakomodasikan dapat dipandang sebagai semacam tindakan penyeimbangan yang kompleks.
            Menurut Piaget, perkembangan manusia melalui empat tahap perkembangan kognitif dari lahir hingga dewasa . setiap tahap ditandai oleh munculnya kemampuan intelektual baru dimana manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks. Berikut kita akan lihat tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Paiget, seperti yang terdapat dalam kolom berikut :
Tahap
Umur
Karakteristik dan Kemampuan
Sensorimotor
0 hingga 2 tahun
Mulai mempergunakan imitasi, ingatan dan fikiran, mulai mengerti bahwa objek tidak hilang ketika disembunyikan.
Pra-Operasional
2 hingga 7 tahun
Secara gradual mengembangkan penggunaan bahasa dan kemampuan untuk berfikir dalam bentuk simbolik, berfikirnya masih egosentris dan berpusat. Anak mulai menjelaskan dunia dengan kata dan gambar
Operasional-Konkret
7 hingga 11 tahun
Mampu mengatasi masalah-masalah konkret secara logis, memahami hukum-hukum percakapan, mampu mengklasifikasikan dan mengurutkan dari besar ke kecil begitu juga sebaliknya
Memahami reversibilitas ( kemampuan untuk memikirkan serangkaian langkah, lalu membalikkan langkah itu secara mental kembali ke titik awal.
Operasional Formal
11 hingga dewasa
Mampu berfikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah. Mengembangkan tentang isu-isu sosial dan identitas.


            Teori perkembanngan kognitif Piaget didasarkan pada asumsi bahwa orang berusaha memahami dunianya dan secara aktif menciptakan pengetahuan melalui pengalaman langsung berbagai objek, orang dan ide. Namun demikian, beberapa psikolog perkembangan telah memformulasikan teori-teori neo-Piagetian yang mengintegrasikan temuan tentang atensi, ingatan dan penggunaan strategi dengan insight Piaget tentang pemikiran dan konstruksi pengetahuan oleh anak. Teori pemrosesan informasi di fokuskan pada atensi, ingatan dan penggunaan strategi belajar serta keterampilan memproses lain untuk menjelaskan bagaimana anak-anak mengembangkan berbagai aturan dan strategi untuk memahami dunia dan mengatasi masalah.  
            Ada beberapa keterbatasan Teori Piaget antara lain tentang masalah dengan penahapan, meremehkan kemampuan anak serta kritik terhadap perkembangan kognitif dan budaya. Pada teori Piaget, anak-anak dan orang dewasa sering kali berfikir dengan cara-cara yang tidak konsisten dengan gagasan tahap-tahap yang tidak bervariasi. Piaget juga meremehkan kemampuan anak, masalah yang disodorkan kepada anak kecil terlalu sulit dan pengarahannya terlalu membingungkan. Penjelasn-penjelasan alternatif memberi penekanan yang lebih besar kepada keterampilan memproses-informasi yang berkembang pada siswa dan bagaimana guru meningkatkan perkembangannya. Hasil karya Piaget juga dikritik karena tidak melihat faktor kultural dalam perkembangan anak.
2.5  Perspektif Sosiokultural Vygotsky
            Sama halnya dengan Piaget, ahli perkembangan Rusia Lev Vygotsky (1846-1934) juga percaya bahwa anak secara aktif menciptakan pengetahuan mereka sendiri. Meskipun demikian, Vygotsky memberikan peran yang lebih penting pada interkasi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif lebih dari yang dilakukan Piaget.
            Menurut Vygotsky, terdapat tiga pengaruh utama pada perkembangan kognitif antara lain : sumber-sumber untuk pemikiran individual, peran perangkat kultural dalam belajar dan perkembangan (khususnya alat bahasa) serta Zone of Proximal Development. Ketiganya akan penulis coba jabarkan secara rinci dan jelas berikutnya.
            Vygotsky berasumsi bahwa setiap fungsi perkembangan kultural anak muncul dua kali : pertama ditingkat sosial dan kemudian ditingkat individual; pertama di antara orang (interpsikologis) dan kemudian dalam diri anak(intrapsikologis) Interaksi sosial lebih dari sekedar pengaruh, tetapi merupakan asal muasal proses-proses mental yang lebih tinggi seperti mengatasi masalah.
            Perkembangan anak sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari aktivitas sosial dan budaya. Perkembangan ingatan, atensi dan penalaran mencakup belajar menggunakan penemuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematis, dan strategi ingatan. Dalam teori Vygotsky terdapat pandangan bahwa pengetahuan dikondisikan dan kolabortif yang berarti pengetahuan tidak dihasilkan dari dalam individu melainkan lebih dibangun melalui interaksi dengan orang lain dan benda budaya,seperti buku. Ini menunjukkan bahwa pemahaman dapat ditingkatkan melalui interaksi dengan orang lain dalam aktivitas yang kooperatif.
            Menurut Vygotsky, terdapat alat-alat psikologi kultural yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Alat-alat kultural tersebut seperti alat material (pencetak,bajak,penggaris,sempoa,komputer dan internet), alat psikologis ( isyarat dan sistem simbol, seperti angka, braile dan bahasa isyarat) memainkan peran yang sangat penting terhadap perkembangan kognitif. Alat psikologis mengubah proses berfikir dengan memungkinkan dan membentuk fikiran. Banyak alat ini diteruskan dari orang dewasa kepada anak melalui interaksi dan pengajaran formal.
            Dalam perspektif sosiokultural, bahasa adalah sistem simbol terpenting dalam kotak budaya, karena dengan bahasalah yang memabntu mengisi kotak budaya dengan alat-alat lain. Bahasa kritis bagi perkembangan kognitif karena ia menyediakan cara untuk mengekspresikan ide dan melontarkan pertanyaan, kategori dan konsep untuk berfikir, dan kaitan antara masa lampau dan masa depan. Bahasa membebaskan kita dari situasi saat ini dan untuk memikirkan tentang apa yang sudah dan mungkin akan terjadi.
            Bahasa berubah dari waktu ke waktu untuk mengindikasikan kebutuhan dan nilai budaya yang berubah. Vygotsky percaya bahwa berfikir itu tergantung pada bicara, pada makna fikiran dan pada pengalaman sosiokultural anak. Faktanya, dia percaya bahwa bahasa dalam bentuk private speech (bicara kepada diri) memandu perkembangan bahasa.
            Private speech atau bicara sendiri memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif dengan membawa anak ke arah regulasi-diri : kemampuan merencanakan, memantau dan memandu fikiran serta pengatasan masalah anak sendiri. Regulasi diri tersebut berkembang di serangkaian tahapan. Pertama, perilaku anak diregulasi oleh orang lain dengan menggunakan bahasa dan isyarat lain seperti gestur. Berikutnya anak juga akan menggunakan private speech untuk meregulasi perilaku dirinya sendiri. Terakhir, anak belajar meregulasi perilakunya dengan menggunakan pembicaraan batin tanpa suara. Penggunaan private speech memuncak pada sekitar usia 9 tahun kemudian berkurang, meskipun sebuah studi menemukan bahwa sebagian anak mulai umur 11 sampai 17 tahun masih menggumam secara spontan kepada diri selama menyelesaikan masalah.
            Oleh karena private speech membantu siswa meregulasi pikirannya, masuk akal untuk membiarkan atau bahkan mendorong, siswa untuk menggunakan private speech di sekolah. Guru yang memaksa siswa-siswa yang masih kecil untuk diam selama mengerjakan soal yang sulit dapat membuat pekerjaan itu semakin sulit bagi mereka. Perhatikan ketika gumaman itu meningkat di kelas, itu mungkin tanda bahwa siswa perlu bantuan. Sebuah pendekatan yang disebut cognitive self-instruction, mengajari   siswa untuk menggunakan bicara sendiri untuk memandu belajar. Sebagai contoh, siswa belajar untuk mengingatkan dirinya untuk bekerja perlahan-lahan dan teliti.
            Vygotsky berpendapat bahwa pada titik perkembangan manapun, ada masalah-masalah tertentu tatkala anak berada pada ambang mampu mengatasi dan sebagian lainnya berada di luar jangkauan kemampuan anak. Zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development) adalah wilayah tempat anak tidak dapat menyelesaikan suatu masalah sendirian, tetapi bisa berhasil dengan bimbingan orang dewasa atau dengan berkolaborasi bersama teman sebaya yang lebih maju.
            Menurut Vygotsky, belajar adalah sebuah proses aktif yang tidak harus menunggu kesiapan. Faktanya “ belajar yang diorganisasikan dengan baik menghasilkan perkembangan mental dan memulai berbagai proses perkembangan sehingga mustahil dipisahkan dari belajar. Ia melihat belajar sebagai alat dalam perkembangan, belajar menarik perkembangan naik ke tingkat yang lebih tinggi dan interaksi sosial adalah kunci dalam belajar. Dan ini berarti bahwa orang lain, termasuk guru memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan kognitif.




























Bab III
Penutup


3.1  Kesimpulan
            Pada hasil penjelasan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan bahwa perkembangan adalah suatu perubahan tertentu kearah yang lebih maju terjadi pada diri kita ( ataupun hewan) yang kita alami sejak konsepsi sampai mati dalam proses atau tahapan secara berurutan. Perkembangan manusia dapat dibagi menjadi sejumlah aspek yang berbeda antara lain perkembangan fisik, perkembangan pribadi, perkembangan sosial dan perkembangan kognitif. Masalah terpenting dalam perkembangan mencakup masalah bawaan (nature) dan juga bimbingan (nurture). Nature mewakili warisan bilogis seseorang,sementara itu nurture pada pengalaman lingkungannya.
Otak dan belajar berhubungan erat dan sebagai pendidik (guru) hendaknya memahami banyak fungsi kognitif yang terdiferensiasi, mereka berhubungan dengan bagian-bagian otak yang berbeda. Jadi, pelajar cenderung memiliki pemrosesan (visual atau  verbal, misalnya) yang lebih disukai dan kapabilitas yang berbeda–beda di berbagai cara pemrosesan tersebut. Menggunakan modalitas yang berbeda untuk pengajaran dan aktivitas dengan menggunakan indra yang berbeda dapat mendukung pembelajaran, misalnya menggunakan peta dan lagu untuk mengajarkan geografi.
            Otak relatif plastis, jadi lingkungan aktif yang diperkaya dan strategi pengajaran yang fleksibel berkemungkinan mendukung perkembangan kognitif pada anak-anak kecil dan pembelajaran orang dewasa. Beberapa gangguan belajar mungkin memiliki basis neurologis, jadi testing neurologis dapat membantu dalam menangani, mendiagnosis dan mengevaluasi efek-efek penanganannya.
            Anak-anak mengembangkan bahasa selama mereka membangun berbagai kemampuan kognitif lain dengan secara aktif memahami apa yang mereka dengar, mencari pola-pola dan menyusun aturan-aturan. Dalam proses ini,bias-bias bawaan dan aturan-aturan dapat membatasi pencarian dan pemanduan pengenalan pola. Reward dan koreksi berperan dalam membantu anak-anak belajar mengoreksi penggunaan bahasa, tetapi proses berfikir anak sangat penting.
            Teori perkembangan kognitif Piaget didasarkan pada asumsi bahwa orang berusaha memahami dunianya dan secara aktif menciptakan pengetahuan melalui pengalaman langsung dengan berbagai objek, orang dan ide. Kematangan, aktivitas, transmisi sosial dan kebutuhan akan keseimbangan semuanya mempengaruhi bagaimana pikiran berproses dan pengetahuan berkembang. Sebagai respon terhadap perubahan-perubahan dalam organisasi pikiran (perkembangan skema-skema) dan melalui adaptasi, termasuk proses-proses asimilasi(memasukkan kedalam skema-skema yang sudah ada) dan akomodasi (mengubah  skema-skema yang sudah ada )
            Kelemahan Teori Piaget antara lain tentang masalah dengan penahapan, meremehkan kemampuan anak serta kritik terhadap perkembangan kognitif dan budaya. Pada teori Piaget, anak-anak dan orang dewasa sering kali berfikir dengan cara-cara yang tidak konsisten dengan gagasan tahap-tahap yang tidak bervariasi. Piaget juga meremehkan kemampuan anak, masalah yang disodorkan kepada anak kecil terlalu sulit dan pengarahannya terlalu membingungkan. Penjelasn-penjelasan alternatif memberi penekanan yang lebih besar kepada keterampilan memproses-informasi yang berkembang pada siswa dan bagaimana guru meningkatkan perkembangannya. Hasil karya Piaget juga dikritik karena tidak melihat faktor kultural dalam perkembangan anak.
            Sementara itu, menurut Vygotsky aktivitas manusia harus dipahami dalam setting kulturalnya. Ia percaya bahwa struktur dan proses mental spesifik kita dapat ditelusuri dari interaksi kita dengan orang lain; bahwa perangkat budaya, terutama perangkat bahasa adalah faktor kunci dalam perkembangan; dan zone of proximal development adalah wilayah tempat belajar dan perkembangan itu dapat dimungkinkan.
            Keterbatasan teori Vygotsky adalah terlalu menekankan peran interaksi sosial dan perkembangan kognitif, anak-anak tidak banyak menyelesaikan apa-apa sendirian. Selain itu, karena Vygotsky meninggal dalam usia terlalu relatif muda, maka dia belum mengembangkan dan mengelaborasi teori-teorinya. Siswa-siswanya dan orang lainlah yang meneruskan pekerjaan itu.

3.2  Saran
            Dari evaluasi dua teoritis kognitif; Jean Piaget dan Vygotsky, maka implikasinya terhadap guru adalah terdapat problem of the match yaitu siswa tidak boleh dibuat bosan oleh pekerjaan yang terlalu mudah atau tertinggal oleh pengajaran yang tidak dapat mereka pahami. Kemudian hendaknya ada active learning, dimana individu-individu mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri karena belajar adalah sebuah proses konstruktif. Pada tingkat perkembangan kognitif, siswa harus mampu memasukkan informasi ke dalam skemanya sendiri. Untuk itu mereka harus melakukan sesuatu pada informasi itu dengan cara tertentu.
            Pengalaman aktif anak dikelas, seharusnya termasuk memanipulasi fisik terhadap objek-objek dan memanipulasi terhadap ide-ide. Sebagai aturan umum, siswa seharusnya bertindak, memanipulasi dan mengobservasi dan kemudian berbicara dan/atau menulis tentang apa yang mereka alami. Pengalaman konkret menyediakan bahan mentah untuk berfikir. Berkomunikasi dengan orang lain membuat siswa menggunakan, menguji dan kadang-kadang mengubah kemampuan berfikirnya.
            Berikutnya juga terdapat assisted learning (belajar dengan bantuan) atau partisipasi terbimbing di kelas, membutuhkan scaffolding yaitu memberi informasi,prompts (mendorong), pengingat dan dorongan di waktu yang tepat dan dengan jumlah yang tepat, dan setelah itu sedikit demi sedikit memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya sendiri.
            Guru dapat membantu belajar dengan mengadaptasikan materi atau soal-soal sesuai tingkat perkembangan siswa saat ini, menuntun siswa menempuh langkah-langkah dalam soal-soal yang rumit, mengerjakan sebagian soalnya, memberikan umpan balik terperinci dan memberikan kesempatan revisi, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengembalikan fokus perhatian siswa.




Daftar Pustaka


Woolfolk,Anita. 2009. Educational Psychology : Active Learning Edition.Edisi
Bahasa Indonesia. Yogyakarta. Pustaka Belajar

Santrock,W.John. 2007. Child Development, eleventh edition. Edisi Bahasa
Indonesia. Perkembangan Anak. Jakarta. Penerbit Erlangga

Djiwandono,Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT.Grasindo

Takriyanti,Rizky. 2006. Psikologi Perkembangan. Jambi. Program Akta IV
Fakultas Tarbiyah,  IAIN STS Jambi

1 komentar: