BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan bagi
sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang
dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget (1896) pendidikan berarti menghasilkan,
menciptakan, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh
pembandingan dengan penciptaan yang lain. Menurut Syaiful Sagala ( 2010 :1)
pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu
sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup. Sedangkan para ahli psikologi memandang pendidikan adalah
pengaruh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa agar mempunyai kemampuan
yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas
sosialnya dalam bermasyarakat.
Pada dasarnya pendidikan dilakukan di lingkungan
keluarga, dalam masyarakat dan melalui sistem sekolah. Karena setiap manusia
bermula kehidupannya dengan dilahirkan ibunya dalam lingkungan keluarganya,
maka dapat dikatakan bahwa Pendidikan di Lingkungan Keluarga menjadi landasan
segenap usaha pendidikan sepanjang hidup manusia. Pendidikan sudah harus
dimulai sejak bayi masih dalam kandungan. Berbagai usaha dilakukan agar dapat
dikomunikasikan kepada si calon bayi hal-hal yang menjadikannya nanti manusia
yang baik dan bermutu. Jadi intinya Pendidikan
di Lingkungan Keluarga sebagai landasan kehidupan bangsa.
Anak yang diserahkan
kepada sekolah untuk dididik bukan berarti tanggung jawab pendidikan itu berada
pada sekolah akan tetapi keluarga juga harus turut berperan dalam mendidik anak
yang sedang berkembang. Keluarga bertanggung jawab atas anak-anaknya baik di
rumah maupun di sekolah. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga, baik yang
berupa benda-benda dan orang-orang serta peraturan-peraturan dan adat istiadat
yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan corak
perkembangan anak-anak. Hal inilah yang membuat bahwa pengaruh keluarga sangat
kuat terhadap perkembangan pendidikan anak-anak.
Saat ini, sedang
terjadi fenomena yang sangat mengkhawatir dalam dunia pendidikan khususnya
fenomena pendidikan dalam lingkungan keluarga. Pendidikan dalam keluarga
adalah tanggungjawab orang tua, dengan peran Ibu lebih banyak. Karena Ayah
biasanya pergi bekerja dan kurang ada di rumah, maka hubungan Ibu dan anak
lebih menonjol. Meskipun begitu peran Ayah juga amat penting, terutama sebagai
tauladan dan pemberi pedoman, terutama soal cinta Tanah Air dan patriotisme.
Kalau anak sudah mendekat dewasa peran Ayah sebagai penasehat juga amat
penting, karena dapat memberikan aspek berbeda dari yang diberikan Ibu.
Sementara itu, Makin banyaknya jumlah
Ibu-bekerja (working mother) menimbulkan persoalan tidak sedikit bagi
pendidikan anak. Sebaliknya, kalau penghasilan keluarga tergantung pada
penghasilan Ayah saja yang kurang memadai untuk kehidupan keluarga, juga akan
timbul persoalan pendidikan yang tidak sedikit. Sebab itu gejala yang makin
meluas tentang Ibu-bekerja tidak harus ditolak, tetapi dicari jalan agar tidak
terja di kekurangan yang fatal
untuk pendidikan. Salah satu cara
adalah kehadiran nenek di lingkungan
keluarga. Juga penempatan anak dalam lembaga Penitipan Anak ketika anak
itu masih kecil merupakan cara yang tidak salah, asalkan diketahui bahwa penyelenggaraannya
dilakukan oleh orang-orang yang dapat dipercaya.
Meskipun demikian, para Ibu-bekerja harus selalu mengusahakan waktu maksimal
untuk dapat berhubungan dengan anaknya
Berdasarkan hal
tersebut diatas, maka penulis menuliskan makalah berjudul “Fenomena
Pendidikan di Lingkungan Keluarga dan Relevansi Pendidikan dengan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM) Tenaga Kependidikan yang Handal”. Judul ini adalah
bagian dari sub pokok bahasan terhadap mata kuliah Konsep Belajar dan
Pembelajaran
1.2 BATASAN MASALAH
Dalam
penjelasan makalah ini, penulis membuat batasan permasalahan terfokus pada :
1.
Fenomena Pendidikan di Lingkungan
Keluarga
2.
Relevansi Pendidikan dengan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM) Tenaga Kependidikan yang Handal
1.3 TUJUAN
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.
Fenomena pendidikan yang terjadi dalam
lingkungan keluarga secara jelas dan rinci
2.
Keterkaitan pendidikan dengan
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kependidikan yang handal
1.4 MANFAAT
Manfaa
penulisan makalah ini adalah Sebagai bahan acuan akademik terhadap mata kuliah
Konsep Belajar Pembelajaran bagi mahasiswa program Pasca Sarjana Magister
Teknologi Pendidikan dan Sebagai input yang mendukung terhadap dunia
pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Fenomena Pendidikan di Lingkungan Keluarga
Lingkungan
pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar peserta didik, baik berupa
fisik maupun non fisik yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
proses pendidikan. Dengan demikian keluarga sebagai lingkugan pendidikan
mencakup lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik terdiri dari manusia
yang berada di lingkungan keluarga atau rumah dengan segala perlengkapannya
sebagai tempat tinggal. Sedang lingkungan non fisik seperti; suasana hubungan
sosial, suasana psikologis, dan suasana religius. Pendidikan keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa
anak. Hal ini disebabkan karena keluargalah tempat pertama dan utama bagi
anak-anak dalam memperoleh pendidikan. Keluarga merupakan tempat anak-anak
diasuh, tumbuh dan berkembang.
Keluarga sebagai lingkungan awal pertumbuhan anak harus diisi dengan
hal-hal yang bersifat positif sehingga menjadi star yang baik bagi
pertumbuhannya. Pengalaman sukses bagi anak di awal pertumbuhannya terus
diusahakan, sebab pengalaman seperti itu akan membuka peluang demi kemajuan
yang lebih tinggi lagi. Akan tetapi sebaliknya, pengalaman gagal di awal
pertumbuhannya bisa mengakibatkan penghambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak pada fase berikutnya.
Selain itu, hubungan orang tua dengan anak-anaknya akan mempengaruhi
perkembangan jiwa anak. Hubungan yang serius, penuh pengertian dan kasih sayang
akan membawa pada pembinaan pribadi yang tenang dan terbuka. Hal ini disebabkan
karena ia memdapat kesempatan yang cukup baik untuk tumbuh dan berkembang.
Tetapi hubungan yang tidak serasi, banyak perselisihan dan percekcokan, akan
membawa anak kepada pertumbuhan pribadi yang sukar dan tidak mudah dibentuk
karena ia tidak mendapatkan suasana yang baik untuk berkembang, karena selalu
terganggu oleh suasana orang tuanya.
Dalam kaitannya dengan penataan non fisik, salah satunya adalah penataan
psikologis. Penataan psikologis ini menyangkut emosi dan suasana kejiwaan yang
menyertai dan dirasakan dalam kehidupan keluarga.
2.2 Faktor-faktor Yang
Menjadi Penyebab Terciptanya Pendidikan Keluarga
Dalam Upaya Mengembangkan Kepribadian Anak
Dilihat dari peran orang tua terhadap pembinaan keluarga adalah sangat
penting artinya. Dalam hal ini orang tua merupakan obyek sekaligus menjadi
subyek, karna tidak bisa disangkal lagi bahwa keluarga adalah pondasi dari
suatu negara yang akan membentuk watak-watak generasi muda sebagai anak bangsa.
Faktor-faktor yang penulis maksudkan di sini adalah:
1. Kematangan fisik dan mental.
2. Menghilangkan ketergantungan kepada orang tua.
3. Tingkat pendidikan.
4. Kesehatan
5. Ekonomi
Hal yang penting yang juga harus diperhatikan dalam
kehidupan keluarga adalah terciptanya kasih sayang bersama. Bila dalam suatu
keluarga senantiasa didasari oleh rasa kasih sayang di antara semua anggota
keluarga terutama oleh kedua orang tua terhadap anak-anaknya, maka seluruh
anggota keluarga akan merasakan betapa nikmatnya hidup dalam naungan keluarga
yang bahagia
Pendidikan dalam Keluarga
dapat memberikan pengaruh besar kepada karakter orang. Sebab itu kunci utama
untuk menjadikan Manusia Indonesia tidak manja dan hidup energik terletak dalam
pendidikan dalam keluarga. Kalau
kita membaca pernyataan berbagai pemimpin besar dunia, maka banyak di antara
mereka memberikan nilai penting kepada pendidikan dalam keluarga. Juga ada yang menyebutkan
pengaruh kuat dari Kakek atau Nenek. Antara lain Bung Karno selalu mengagungkan
pengaruh Ibu. Juga Ki Hadjar Dewantara mengemukakan pentingnya pendidikan dalam keluarga.
Dan karakter yang
ditumbuhkan adalah faktor yang amat penting dalam kepribadian orang, karena
banyak mempengaruhi prestasi dalam berbagai bidang. Baik itu bagi pemimpin
masyarakat, olahragawan, kaum bisnis maupun para pendidik sendiri. Ilmu
pengetahuan dan kemampuan teknik adalah penting bagi pencapaian keberhasilan,
tetapi tidak akan mampu mencapai hasil maksimal kalau tidak disertai karakter.
Kita melihat sekarang keadaan masyarakat Indonesia yang prestasinya tidak
sebanding dengan kemampuan teknik dan penguasaan ilmu pengetahun. Hal itu
terutama karena pada waktu ini faktor karakter kurang menjadi perhatian dalam
penyelenggaraan pendidikan. Rendahnya patriotisme adalah gambaran lemahnya
karakter bangsa. Ini semua harus menjadi salah satu hasil penting usaha
pendidikan bangsa, baik dalam pendidikan dalam keluarga, pendidikan sekolah
maupun pendidikan dalam masyarakat. Akan tetapi karena pendidikan pada anak
paling dulu dimulai dalam pendidikan dalam keluarga, maka pendidikan dalam keluarga yang seharusnya
memberikan landasan yang kemudian diperkuat dan dilengkapi dalam pendidikan
sekolah dan pendidikan dalam
masyarakat.
Sudah amat perlu diadakan
seruan, ajakan dan pemberian tauladan kepada para orang tua untuk memperhatikan
pendidikan yang harus mereka lakukan dalam keluarga.
Mungkin sekali banyak di antara para orang tua merasa kurang mengetahui apa
yang harus mereka lakukan. Maka sangat penting Pemerintah atau organisasi lain
mengeluarkan Buku Pedoman yang dapat menjadi pegangan
bagi para orang tua dalam melaksanakan pendidikan dalam keluarga. Akhirnya memang tergantung
pada para orang tua sendiri apakah pedoman itu dilaksanakan atau tidak. Akan tetapi
karena secara alamiah orang tua ingin anaknya baik dan sukses, maka besar
kemungkinan mayoritas orang tua akan berusaha menerapkan pedoman itu dalam
hidup mereka
2.3 Relevansi Pendidikan dengan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Tenaga Kependidikan yang Handal
Usaha mengembangkan kualitas sumber daya manusia
menjadi semakin penting bagi setiap bangsa dalam menghadapi era persaingan
global. Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, suatu bangsa pasti akan
tertinggal dari bangsa lain dalam percaturan dan persaingan kehidupan dunia
internasional yang semakin kompetitif.
Pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang
berkualitas menjadi tanggung jawab pendidikan nasional, terutama dalam
mempersiapkan peserta didik untuk menjadi subjek yang memiliki peran penting
dalam menampilkan dirinya sebagai manusia yang tangguh, kreatif, mandiri, dan
profesional pada bidangnya (Mulyasa, 2002:3). Berkenaan dengan upaya
pengembangan sumber daya manusia Indonesia, Depdiknas sebagai institusi yang
bertanggung jawab dalam bidang pendidikan nasional telah mengembangkan
visi insan Indonesia yang cerdas dan kreatif dan misimewujudkan
pendidikan yang mampumembangun insan Indonesia cerdas dan kompetitif dengan
adil, bermutu, dan relevan untuk kebutuhan masyarakat global (www.
ktsp.diknas.co.id/ktsp sd/ppt3). Visi dan misi tersebut selanjutnya dijadikan
kerangka acuan dalam melakukan pembaharuan sistem pendidikan nasional
Upaya untuk mewujudkan visi dan
misi tersebut mengalami kesulitan jika berbagai masalah dalam proses pendidikan
muncul. Masalah dapat diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan
dengan apa yang terjadi. Jika apa yang terjadi atau yang tercapai dalam
pendidikan tidak seperti yang diharapkan maka masalah pendidikan telah terjadi.
Masalah-masalah pendidikan di
Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: masalah partisipasi/kesempatan
memperoleh pendidikan, masalah efisiensi, masalah efektivitas, dan masalah
relevansi pendidikan (Redja Mudyahardjo, 2001: 496)
a. Masalah partisipasi pendidikan
Masalah
partisipasi atau kesempatan memperoleh pendidikan adalah rasio atau perbandingan
antara masukan pendidikan (raw input) atau jumlah penduduk yang
tertampung dalam satuan-satuan pendidikan. Keberadaan masalah ini dapat
diketahui dari individu-individu yang mestinya menjadi peserta didik pada
satuan pendidikan tertentu tetapi kenyataannya tidak demikian. Misalnya saja di
berbagai daerah masih banyak anak-anak yang mestinya menjadi peserta didik pada
satuan pendidikan TK tetapi belum menjadi bagian dari satuan pendidikan
tersebut. Hal demikian tentunya akan menimbulkan masalah pada saat mereka masuk
sekolah dasar. Demikian juga banyaknya individu lulusan SMA yang tidak
melanjutkan pendidikannya pada perguruan tinggi. Untuk bekerja mereka belum
memiliki bekal yang mamadai.
b. Masalah
efisiensi pendidikan
Masalah
efisiensi pendidikan berkenaan dengan proses pengubahan atau transformasi
masukan produk (raw input) menjadi produk (output). Salah satu cara menentukan
mutu transformasi pendidikan adalah mengitung besar kecilnya penghamburan
pendidikian (educational wastage), dalam arti mengitung jumlah
murid/mahasiswa/peserta didik yangputus sekolah, meng-ulang atau selesai tidak
tepat waktu.
Jika peserta
didik sebenarnya memiliki potensi yang memadai tetapi mereka tidak naik kelas,
putus sekolah, tidak lulus berarti ada masalah dalam efisiensi pendidikan.
Masalah efisiensi pendidikan juga terjadi di perguruan tinggi. Masalah tersebut
dapat diketahui dari adanya para mahasiswa yang sebenarnya potensial tetapi
putus kuliah dan gagal menyelesaikan pendidikannya pada waktu yang tepat.
c. Masalah
efektivitas pendidikan
Masalah
efektivitas pendidikan berkenaan dengan rasio antara tujuan pendidian dengan
dengan hasil pendidikan (output), artinya sejauh mana tingkat kesesuaian antara
apa yang diharapkan dengan apa yang dihasilkan, baik dalam hal kuantitas maupun
kualitas. Pendidikan merupakan proses yang bersifat teleologis, yaitu diarahkan
pada tujuan tertentu, yaitu berupa kualifikasi ideal. Jika peserta didik telah
menyelesaikan pendidikannya namun belum menunjukkan kemampuan dan karakteristik
sesuai dengan kualifiksi yang diharapkan berarti adalah masalah efektivitas
pendidikan.
d. Masalah
relevansi pendidikan
Masalah ini
berkenaan dengan rasio antara tamatan yang dihasilkan satuan pendidikan dengan
yang diharapkan satuan pendidikan di atasnya atau indtitusi yang membutuhkan
tenaga kerja, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Masalah relevansi terlihat dari
banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang tidak siap secara
kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan di
atasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya lulusan dari
satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang
belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja.
2.4 Fakta dan Penyebab Masalah Pendidikan di Indonesia
1. Fakta adanya masalah
efisiensi, efektivitas, dan relevansi pendidikan
Dari ke
empat masalah pendidikan sebagaimana disebutkan di atas, hanya masalah
partisipasi yang sekarang mengecil. Hal ini disebabkan karena semakin
meningkatnya warga masyarakat akan pentingnya pendidikan dan semakin banyaknya
satuan-satuan pendidikan yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan akan
pendidikan. Sedangkan ketiga masalah pendidikan berikutnya, yaitu masalah
efisiensi, efektivitas, dan relevansi sampai sekarang masih terjadi dan ada
kecenderungan bahwa masalah-masalah pendidikan tersebut semakin besar. Ketiga
masalah pendidikan tersebut tidak saling terpisahkan. Masalah efiseinsi
berpeluang menimbulkan masalah efektivitas, dan selanjutnya berpeluang pula
menimbulkan masalah relevansi.
Masalah
pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang serius. Bukti untuk hal itu
dapat disimak dari peringkat Human Development Index (HDI) yang dipantau oleh
UNDP yang menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia dari tahun 1996 bearada
pada eringkat 102 dari 174 negara, tahun 1999 peringkat 105 dari 174 negara,
dan tahun 2000 peringkat 109 dari 174 negara dan dalam prestasi belajar yang
dipantau oleh IAEA (International Association for the Evaluation of Educational
Achievement) di bidang kemampuan membaca siswa SD, Indonesia berada pada
urutan ke-26 dari 27 negara; kemampuan matematika siswa SLTP berada di
urutan 34 dari 38 negara; kemampuan bidang IPA siswa SLTP berada pada urutan ke
32 dari 38 negara (T. Raka Joni, 2005).
2. Faktor penyebab
terjadinya masalah pendidikan di Indonesia
Masalah
efisiensi pendidikan dapat terjadi karena berbagai faktor, yaitu tenaga
kependidikan, peserta didik, kurikulum, program belajar dan pembelajaran,
sarana/prasarana pendidikan, dan suasana sosial budaya. Demikian pula masalah
efektivitas pendidikan juga dapat terjadi karena faktor tenaga kependidikan,
peserta didik, kurukulum, program belajar dan pembelajaran, serta
sarana/prasarana pendidikan.
Masalah
relevansi pendidikan berhubungan dengan : tuntutan satuan pendidikan yang lebih
atas yang terus meningkat dalam upaya mencapai pendidikan yang lebih
berkualitas, aspirasi dan tuntutan masyarakat yang terus meningkat dalam upaya
mencapai kehidupan yang berkualitas, ketersediaan lapangan pekerjaan di
masyarakat. Kesenjangan terjadi jika komponen-komponen sistem pendidikan yang
telah disebutkan di atas tidak mampu memenuhi tuntutan dan aspiranya yang ada.
2.5 Solusi untuk Mengatasi Masalah
Pendidikan di Indonesia dari Perspektif
Manajemen Pendidikan
1. Tenaga
Kependidikan sebagai figur utama proses pendidikan
Masalah yang terjadi dalam dunia
pendidikan merupakan masalah yang sangat mendesak untuk mendapatkan pemecahan.
Sebab jika masalah tersebut dibiarkan agar lahir generasi-genarasi penerus yang
yang tidak bisa diandalkan untuk menghadapi kompetisi global. Jika hal demikian
betul-betul terjadi maka bangsa Indonesia akan semakin terpuruk.
Upaya memecahkan masalah
pendidikan hendaknya dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dengan
pendekatan ini pendidikan dipandang sebagai suatu sistem, suatu kesatuan yang
terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan untuk mencapai suatu
tujuan. Dari berbagai komponen system pendidikan, yaitu : peserta didik (raw
input), instrumental inpu,t termasuk di dalamnya tenaga
kependidkian, danenvironmental input, dari perspektif manajemen
pendidikan komponen tenaga kependidikan merupakan komponen yang penting untuk
dibahas.
Sampai sekarang dan juga untuk
waktu-waktu yang akan datang figur tenaga kependidikan, termasuk para guru,
kepala sekolah, dosen, dan pimpinan perguruan tinggi merupakan komponen yang
sangat penting dalam sistem pendidikan meskipun konsep yang dianut sekarang
adalah pendidikan berpusat pada peserta didik. Fakta menunjukkan bahwa
meskipun raw input berkualitas tetapi jika ada masalah pada
tenaga kependidikan, baik secara kuantitas maupun kualitas akan menyebabkan
rendahnya kualitas output .
Kenyataan sebagaimana tersebut di
atas juga dipertegas dengan adanya fakta bahwa untuk menilai tingkat kelayakan
atau kualitas institusi pendidikan salah satu komponen penting yang dijadikan
sasaran adalah komponen tenaga kependidikan baik dari segi kuantitas dan
terutama dari segi kualitas.
2. Tenaga kependidikan sebagai manajer pendidikan
Tenaga kependidikan, terutama
kepala sekolah atau pimpinan institusi pendidikan merupakan manajer-manajer
pendidikan. Sebagai manajer pendidikan tugas utama mereka adalah mengupayakan
agar kegiatan pendidikan dapat menghasilkan tujuan-tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien, melalui proses yaitu manajemen pendidikan.
Menurut Terry (Ngalim Purwanto,
2006: 7), manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan
dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan
sumber daya lainnya. Jika proses tersebut dilakukan dalam bidang pendidikan dan
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan maka disebut sebagai manajemen pendidikan.
Manajemen merupakan inti dari
administrasi (Ngalim Purwanto, 2006: 8). Sedangkan administrasi pendidikan
adalah proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personil,
spiritual, maupun matrial, yang bersangkuta paut dengan pencapaian tujuan
pendidikan (Ngalim Purwanto, 2006: 3). Dengan demikian setiap tenaga
kependidikan berperanan sebagai administrator. Dan sebagai administrator
dirinya harus mampu berperan sebagai manajer pendidikan.
Dari perspektif manajemen
pendidikan, masalah-masalah pendidikan dapat terjadi jika tenaga kependidikan
tidak mampu menjalankan perannya dengan baik sebagai manajer
pendidikan. Sebagai manajer pendidikan setiap tenaga kependidikan terlebih
lagi untuk setiap pemimpin institusi pendidikan harus mengembangkan kemahiran
dasar yang oleh Rex F. Harlow (Sarwoto, 1998: 47) dibedakan menjadi tiga, yaitu
:
a. Kemahiran teknis (technical
skill) yang cukup untuk melakukan upaya dari tugas khusus yang menjadi
tanggung jawabnya.
b. Kemahiran yang bercorak
kemanusiaan (human skill), yang diperlukan untuk bekerja dengan
sesamanya guna menciptakan keserasian kelompok yang efektif dan yang mampu
menumbuhkan kerja sama diantara anggota-anggota bawahan yang dia pimpin.
c. Kemahiran menganalisis situasi
dan permasalahan dengan konsep-konsep ilmiah yang relevan (conceptual skill),
yang dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan dan bertindak secara
tetap.
3. Masalah pendidikan dan kualitas manajemen
pendidikan
Dari perspektif manajemen
pendidikan, masalah pendidikan dapat terjadi jika kepala sekolah dan juga para
guru tidak mampu menjadi manajer-manajer pendidikan yang baik. Masalah tersebut
bisa saja terjadi karena : a) dirinya
tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai konsep-konsep manajemen
pendidikan, b) dirinya kurang memahami konsep-konsep dasar pendidikan, dan
c) dirinya tidak atau kurang memiliki kemampuan dan karakteristik sebagai
manajer pendidikan, sehingga tidak mampu menjalankan peran sesuai dengan
statusnya. Masalah kualitas manajer pendidikan seperti itu bisa terjadi
karena kesalahan dalam penempatan. Seorang yang sebenarnya belum atau tidak
siap untuk menjadi pemimpin karena faktor tertentu dia diangkat menjadi kepala
sekolah.
Masalah-masalah pendidikan juga
dapat terjadi jika para pemimpin institusi pendidikan lebih banyak menempatkan
dirinya sebagai kepala dan bukan sebagai pemimpin. Sebagai kepala mereka
bertindak sebagai penguasa, hanya bertanggung jawab pada pihak atasan, dan
melakukan tugas-tugas karena perimintaan atasan. Jika kepala sekolah lebih
banyak bertindak sebagai kepala maka dirinya akan kesulitan memberdayakan semua
personal yang ada agar tujuan pendidikan tercapai.
4. Solusi terhadap masalah pendidikan dengan
manajemen kinerja guru
Jika masalah-masalah pendidikan
disebabkan oleh faktor manajemen maka upaya yang paling tepat untuk mencegah
dan mengatasi adalah dengan meningkatkan kualitas manajemen pendidikan.
Kualitas manajemen dapat meningkat jika para manajer-manajer pendidikan
berusaha untuk meningkatkan kemampuannya.
Seringkali terlontar pernyataan
bahwa kualitas pendidikan sulit untuk ditingkatkan karena kurangnya dukungan
dana. Namun ada fakta yang menunjukkan bahwa dana yang cukup bahkan lebih
ternyata tidak berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Hal
demikian dapat terjadi karena kepala sekolah tidak atau kurang mampu
memberdayakan semua sumber yang ada, khusunya sumber daya manusia. Demikian
juga halnya dengan peranan guru di sekolah sebagai manajer pendidikan, hambatan
yang terjadi adalah kurangnya kemampuan untuk memberdayakan semua sumber
belajar yang ada agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Untuk mengatasi masalah di atas
salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui peningkatan manajemen
kinerja kepala sekolah dan guru. Dalam perspektif manajemen, agar
kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan mencapai standar tertentu, maka
dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance management) yang
baik
BAB
III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Keluarga sebagai lingkungan awal pertumbuhan anak
harus diisi dengan hal-hal yang bersifat positif sehingga menjadi star yang
baik bagi pertumbuhannya. Pengalaman sukses bagi anak di awal pertumbuhannya
terus diusahakan, sebab pengalaman seperti itu akan membuka peluang demi
kemajuan yang lebih tinggi lagi. Akan tetapi sebaliknya, pengalaman gagal di
awal pertumbuhannya bisa mengakibatkan penghambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak pada fase berikutnya.
Pendidikan dalam Keluarga dapat memberikan pengaruh besar kepada
karakter orang. Sebab itu kunci utama untuk menjadikan Manusia Indonesia tidak
manja dan hidup energik terletak dalam pendidikan dalam keluarga. Kalau kita membaca
pernyataan berbagai pemimpin besar dunia, maka banyak di antara mereka
memberikan nilai penting kepada pendidikan dalam keluarga.
Usaha mengembangkan kualitas sumber daya manusia
menjadi semakin penting bagi setiap bangsa dalam menghadapi era persaingan
global. Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, suatu bangsa pasti akan
tertinggal dari bangsa lain dalam percaturan dan persaingan kehidupan dunia
internasional yang semakin kompetitif.
Masalah
relevansi pendidikan berhubungan dengan : tuntutan satuan pendidikan yang lebih
atas yang terus meningkat dalam upaya mencapai pendidikan yang lebih
berkualitas, aspirasi dan tuntutan masyarakat yang terus meningkat dalam upaya
mencapai kehidupan yang berkualitas, ketersediaan lapangan pekerjaan di
masyarakat. Kesenjangan terjadi jika komponen-komponen sistem pendidikan yang
telah disebutkan di atas tidak mampu memenuhi tuntutan dan aspiranya yang ada.
3.2 Saran
Berdasarkan
penjelasan tentang permasalahan yang ditulis dalam makalah ini, maka hendaknya amat perlu diadakan
seruan, ajakan dan pemberian tauladan kepada para orang tua untuk memperhatikan
pendidikan yang harus mereka lakukan dalam keluarga.
Mungkin sekali banyak di antara para orang tua merasa kurang mengetahui apa
yang harus mereka lakukan. Maka sangat penting Pemerintah atau organisasi lain
mengeluarkan Buku Pedoman yang dapat menjadi pegangan
bagi para orang tua dalam melaksanakan pendidikan dalam keluarga. Akhirnya memang tergantung
pada para orang tua sendiri apakah pedoman itu dilaksanakan atau tidak. Akan tetapi
karena secara alamiah orang tua ingin anaknya baik dan sukses, maka besar
kemungkinan mayoritas orang tua akan berusaha menerapkan pedoman itu dalam
hidup mereka.
Sampai sekarang dan juga untuk waktu-waktu yang akan
datang figur tenaga kependidikan, termasuk para guru, kepala sekolah, dosen,
dan pimpinan perguruan tinggi merupakan komponen yang sangat penting dalam
sistem pendidikan meskipun konsep yang dianut sekarang adalah pendidikan
berpusat pada peserta didik. Fakta menunjukkan bahwa meskipun raw input berkualitas
tetapi jika ada masalah pada tenaga kependidikan, baik secara kuantitas maupun
kualitas akan menyebabkan rendahnya kualitas output.
Jika masalah-masalah pendidikan
disebabkan oleh faktor manajemen maka upaya yang paling tepat untuk mencegah
dan mengatasi adalah dengan meningkatkan kualitas manajemen pendidikan.
Kualitas manajemen dapat meningkat jika para manajer-manajer pendidikan
berusaha untuk meningkatkan kemampuannya.
Seringkali terlontar pernyataan
bahwa kualitas pendidikan sulit untuk ditingkatkan karena kurangnya dukungan
dana. Namun ada fakta yang menunjukkan bahwa dana yang cukup bahkan lebih ternyata
tidak berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Hal demikian dapat
terjadi karena kepala sekolah tidak atau kurang mampu memberdayakan semua
sumber yang ada, khusunya sumber daya manusia. Demikian juga halnya dengan
peranan guru di sekolah sebagai manajer pendidikan, hambatan yang terjadi
adalah kurangnya kemampuan untuk memberdayakan semua sumber belajar yang ada
agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Untuk
mengatasi masalah di atas salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui
peningkatan manajemen kinerja kepala sekolah dan guru. Dalam perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan
mencapai standar tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance
management) yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Sagala,Syaiful (2010) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung.
CV.Alfabeta
Depdiknas. “Rencana
Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005- 2009”. Tersedia pada :
http://www. ktsp.diknas.co.id/ktsp sd/ppt3.
Joni, T. Raka.
(2005) Resureksi Pendidikan Profesional Guru. Malang: LP3
UM-Cakrawala Indonesia.
Mulyasa. (2002) Kurikulum
Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto.
(2006) Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Redja Mudyahardjo.
(2001) Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal tentang
Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta :
Raja Grafindo Perkasa.
assalamu'alaikum..
BalasHapusbapak, saya ingin bertanya.. dalam pembahasan di atas, Anda menjelaskan tentang lingkungan keluarga fisik dan non fisik.. hal tersebut terdapat di dalam buku apa yaa? saya ingin mencari buku tersebut..
terima kasih..
-anna-
assalamu'alaikum..
BalasHapusbapak, saya ingin bertanya.. dalam pembahasan di atas, Anda menjelaskan tentang lingkungan keluarga fisik dan non fisik.. hal tersebut terdapat di dalam buku apa yaa? saya ingin mencari buku tersebut..
terima kasih..
-anna-
trimkasih sdh brkunjung d blog saya,,sy mengambil dr beberapa sumber,slain buku2 psikologi pendidikan dan juga sy baca bbrp artikel d net jg...buku psikologi pendidikan yg sy baca karangan Sri Esti Wuryani Djiwandono
BalasHapusdan coba baca d beberap buku yg sy masukkan d daftar pustaka...
BalasHapus