I.
Hakekat Model Desain Pembelajaran
Menurut Saiful Sagala (2005) Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.
Sementara itu menurut Joyce dan Weil
(2000:13), model
pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran,perleng kapan belajar,buku-buku, pelajaran,program multimedia,dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu pebelajar (peserta
didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar
pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran,perleng kapan belajar,buku-buku, pelajaran,program multimedia,dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu pebelajar (peserta
didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar
Jadi, Model Pembelajaran adalah
suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola
pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-
peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan
yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam pola
pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau
tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik yang dikenal dengan istilah
sintaks. Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat
karakteristik lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan
antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang
lainnya.
pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-
peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan
yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam pola
pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau
tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik yang dikenal dengan istilah
sintaks. Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat
karakteristik lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan
antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang
lainnya.
Desain Pembelajaran (Instructional
Design), merupakan perwujudan yang lebih konkrit dari Teknologi Pembelajaran.
Terdapat sejumlah istilah lain yang setara diantaranya istilah Desain Sistem
Pembelajaran (Instructional System Design). Demikian juga dengan istilah
Pengembangan Sistem Pembelajaran (Instructional System Development)
Asumsi dasar yang melandasi perlunya
desain pembelajaran:
1.
Diarahkan untuk membantu proses belajar secara
individual
2.
Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek
dan jangka panjang
3.
Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara
maksimal
4.
Didasarkan pada pengetahuan tentang cara belajar
manusia
5.
Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem (System
Approach)
II.Model-model
Desain Pembelajaran
1. Model
Gagne and Briggs
Pengembangan desain intruksional model Briggs ini
berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai
perancang atau desainer kegiatan intruksional maupun tim pengembang
intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi,
ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional.
Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya.
Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya.
Gagne dan Briggs (1974: 212-213) mengemukakan 12
langkah dalam pengembangan desain intruksional, langkah pengembangan dimaksud
dirumuskan sebagai berikut :
1.
Analisis dan identifikasi kebutuhan
2.
Penetapan tujuan umum dan khusus
3.
Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan
4.
Merancang komponen dari sistem
5.
Analisis (a) sumber-sumber yang diperlukan (b)
sumber-sumber yang tersedia (c) kendala-kendala.
6.
Kegiatan untuk mengatasi kendala
7.
Memilih atau mengembangkan materi pelajaran
8.
Merancang prosedur penelitian murid
9.
Uji coba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan
guru.
10. Penyesuaian,
revisi dan evaluasi lanjut
11. Evaluasi
sumatif
12. Pelaksanaan
operasional
Model tersebut di atas merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan
bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari awal
sampai akhir. Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu program
pendidikan yang relatif baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup mulai
dari simposium dan pengembangan kurikulum yang dilakukan mulai dari tingkat
sekolah (KTSP). Kemudian guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan standar
kompetensi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang dituangkan secara eksplisit
dalam silabus dan RPP
2. Model
Banathy
Model
pengembangan sistem pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pengembangan sistem pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan.
Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan sistem (system approach), yang
mencakup keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam sistem.
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan (formulate objectives);
2. Mengembangkan tes (develop test);
3. Menganalisis kegiatan belajar (analyzing learning task);
4. Mendesain sistem instruksional (design system);
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output);
6. Mengadakan perbaikan (change to improve);
Pengembangan desain pembelajaran dilakukan melalui 6 langkah pengembangan sebagai berikut :
Langkah 1 : Merumuskan tujuan
Pada langkah ini pengembang merumuskan tujuan pembelajaran, yang merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diharapkan untuk dikerjakan, diketahui, dirasakan, dan sebagainya oleh peserta didik atau siswa sebagai hasil pengalaman belajarnya.
Langkah 2 : Mengembangkan tes
Pada langkah ini dikembangkan suatu tes sebagai alat evaluasi, yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar, atau ketercapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik/siswa. Penyusunan tes berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya.
Langkah 3 : Menganalisis kegiatan belajar
Pada langkah ini dirumuskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik/siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, yakni perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pada langkah ini, perilaku awal peserta didik/siswa perlu dinilai dan dianalisis. Berdasarkan gambar tentang perilaku awal tersebut dapat dirancang materi pelajaran dan tugas-tugas belajar yang sesuai, sehingga mereka tidak perlu mempelajari hal-hal yang telah diketahui atau telah dikuasai sebelumnya.
Langkah 4 : Mendesain sistem instruksional
Pada langkah ini dikembangkan berbagai alternatif dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang harus dilakukan oleh siswa/peserta didik maupun kegiatan-kegiatan guru/tenaga pengajar. Langkah ini dikembangkan sedemikian rupa yang menjamin agar peserta didik melaksanakan dan menguasai tugas-tugas yang telah dianalisis pada langkah 3. Desain sistem juga meliputi penentuan siswa yang mempunyai potensi paling baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan oleh karena perlu disediakan alternatif kegiatan tertentu yang cocok. Selain dari itu, dalam desain sistem supaya ditentukan waktu dan tempat melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran.
Langkah 5 : Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil
Sistem yang sudah di desain selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk uji coba di lapangan (sekolah) dan di tes hasilnya. Hal-hal yang telah dilaksanakan dan dicapai oleh peserta didik merupakan output dari implementasi sistem, yang harus dinilai supaya dapat diketahui hingga mereka dapat mempertunjukan atau menguasai tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran
Langkah 6 : Mengadakan perbaikan
Pada langkah ini ditentukan, bahwa hasil –hasil yang diperoleh dari evaluasi digunakan sebagai umpan balik bagi sistem keseluruhan dan bagi kompinen-komponen sistem, yang pada gilirannya menjadi dasar untuk mengadakan perubahan untuk perbaikan sistem pembelajaran.
Kendatipun 6 komponen tersebut tampaknya sangat sederhana, namun untuk mengembangkan rancangan sistem pembelajaran model ini memerlukan kemampuan akademik yang cukup tinggi serta pengalaman yang memadai serta wawasan yang luas. Selain dari itu, proses pengemabnagan suatu sistem menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah, administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan dalam sistem sekolah
3. Model
Kemp, Morrison & Ross
Kemp merupakan model yang
membentuk siklus.Model system instruksional yang dikembangkan Kemp ini tidak
ditentukan dari komponen mana seharusnya guru memulai proses pengembangan.
Komponen –komponen dalam suatu desain instuksional menurut Kemp adalah :
a. Hasil yang
ingin dicapai
b. analisis tes
mata pelajaran
c. tujuan khusus
belajar
d. aktivitas belajar
e. sumber belajar
f. layanan
pendukung
g. tes awal
h. karekteristik belajar
Berorientasi
pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di
bidang industry, serta ahli media yang akan bekerja sebagai perancang
pembelajaran. Menurut
Miarso dan Soekamto, model pembelajaran Kemp dapat digunakan di semua tingkat
pendidikan, mulai dari Sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ada 4 unsur yang
merupakan dasar dalam membuat model Kemp:
·
Untuk siapa
program itu dirancang? (ciri pebelajar)
·
Apa yang
harus dipelajari? (tujuan yang akan dicapai)
·
Bagaimana
isi bidang studi dapat dipelajari dengan baik? (metode/strategi pembelajaran)
·
Bagaimana
mengetahui bahwa proses belajar telah berlangsung? (evaluasi)
Model
Kemp oleh Kemp, J.E, Morrison, G.R, dan Ross, S.M (1994 ), menurut Kemp
rancangan pengembangan perangkat pembelajaran merupakan suatu lingkaran yang
kontinum. Rancangan pengembangan perangkat pembelajaran model ini terdiri dari
sembilan komponen tahapan dan tidak mempunyai titik awal tertentu.
Tiap-tiap langkah dalam rancangan pengembangan berhubungan secara langsung dengan aktivitas revisi, sehingga memungkinkan sejumlah perubahan dari segi isi atau perlakuan terhadap semua unsur tersebut selama program berlangsung. Pada model Kemp ini, seorang pengembang perangkat dapat memulai proses pengembangan dari komponen yang manapun dalam siklus yang berbentuk bulat telur tersebut. Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional berorientasi kepada tujuan pembelajaran (komptensi dasar dan tujuan pembelajaran khusus), maka proses pengembangan perangkat seyogyanya dimulai dari tujuan pembelajaran.
Kesembilan komponen tahapan model Kemp tersebut adalah Instructional Problems (masalah pengajaran), Learner Characteristics (karakteristik siswa), Task Analysis (analisis tugas), Instructional Objectives (tujuan pengajaran), Content Sequencing (urutan materi), Instructional Strategies (strategi pengajaran), Instructional Delivery (cara penyampaian pengajaran), Evalution Instrumens (instrumen evaluasi), dan Instructional Resources (sumber pengajaran).
Berdasarkan uraian dari ketiga model rancangan pengembangan perangkat pembelajaran di atas, pada dasarnya komponen-komponen dari ketiga model tersebut subtansinya sama, kalaupun ada perbedaan, maka perbedaan itu tidak terlalu prinsip. Ketiga model itu bertujuan agar perangkat pembelajaran yang dikembangkan benar-benar handal dan berfungsi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
Secara umum rancangan pengembangan perangkat pembelajaran model Kemp, J.E, Morrison, G.R, dan Ross, S.M (1994: 9) digambarkan seperti pada Gambar 2.
Tahap-tahap dalam mengembangkan perangkat pembelajaran menurut model Kemp, (1994: 9) dijelaskan sebagai berikut:
1.
Instructional
Problems (Masalah Pembelajaran)
Pada tahapan ini dilakukan analisis
tujuan berdasarkan masalah pembelajaran yang terdapat di dalam kurikulum yang
berlaku untuk bahan kajian yang akan dikembangkan perangkatnya.
2. Leaner Characteristics
(Karakteristik Siswa)
Pada
tahap ini dilakukan analisis karakteristik siswa yang akan menjadi tempat
implementasi perangkat. Karakteristik yang dimaksud meliputi ciri, kemampuan,
dan pengalaman baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Sumber untuk
memperoleh karakteristik siswa antara lain guru, kepala sekolah atau dokumen
yang relevan. Ciri pribadi misalnya umur, sikap, dan ketekunan terhadap
pelajaran.
3. Task Analysis (Analisis Tugas)
Analisis tugas merupakan perincian
isi mata ajar dalam bentuk garis besar untuk menguasai isi bahan kajian atau
mempelajari keterampilan yang mencakup keterampilan kognitif, keterampilan
psikomotor, dan keterampilan sosial. Analisis tugas ini meliputi analisis
struktur isi, analisis prosedural, analisis konsep, dan pemrosesan informasi.
Analisis struktur isi dilakukan dengan mencermati kurikulum sedangkan analisis
prosedural adalah analisis tugas yang dilakukan dengan mengidentifikasi
tahap-tahap penyelesaian tugas sehingga diperoleh peta tugas. Analisis konsep
dilakukann dengan mengidenfikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan dan
menyusunnya secara sistematis sesuai urutan penyajian dan merinci konsep-konsep
yang relevan. Hasil analisis ini akan diperoleh peta konsep. Analisis pemrosesan
informasi dilakukan untuk mengelompokkan tugas-tugas yang akan dilaksanakan
oleh siswa selama pembelajaran berlangsung dengan mempertimbangkan alokasi
waktu. Analisis pemrosesan informasi ini akan menghasilkan cakupan konsep atau
tugas yang akan diajarkan dalam pembelajaran yang tertuang dalam satu rencana
pembelajaran.
4. Instructional Objectives
(Merumuskan Tujuan Pembelajaran)
Rumusan tujuan pembelajaran adalah
tujuan pembelajaran khusus (indikator hasil belajar) yang diperoleh dari hasil
analisis tujuan yang dilakukan pada tahap masalah pembelajaran.
5. Content Squencing (Urutan Materi
Pembelajaran)
Pada tahap ini isi pokok bahasan
yang akan diajarkan diurutkan terlebih dahulu. Menurut Posner dan Strike (Kemp,
1994: 104) ada lima aspek yang perlu diperhatikan dalam mengurutkan pokok
bahasan yaitu pengetahuan prasyarat, familiaritas, kesukaran, minat, dan
perkembangan siswa. Setelah isi pokok bahasan diurutkan, langkah selanjutnya
adalah menentukan strategi awal pembelajaran.
6. Instructional Strategies (Strategi
Pembelajaran)
Strategi pembelajaran yang
digunakan menggambarkan urutan dan metode pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
7. Instructional Delivery (Cara
Penyampaian Pembelajaran)
Metode penyampaian ditentukan
berdasarkan tujuan dan lingkungan pembelajaran, yang dapat bersifat klasikal,
kelompok, atau individual.
8. Evaluation Instrumens (Instrumen
Penilaian)
Instrumen penilaian (tes hasil
belajar) disusun berdasarkan tujuan pembelajaran khusus yang telah dirumuskan.
Kriteria penilaian yang dilakukan adalah penilaian acuan patokan sehingga tes
hasil belajar yang dikembangkan harus dapat mengukur tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran khusus.
9. Instructional Resources (Sumber
Pembelajaran)
Faktor-faktor yang diperhatikan
dalam membuat media pembelajaran yang akan dipergunakan yaitu ketersediaan
secara komersial, biaya pengadaan, waktu untuk menyediakannya dan menyenangkan
bagi siswa.
10. Revision (Revisi Perangkat)
Revisi perangkat pembelajaran
dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki perangkat pembelajaran yang
dikembangkan. Revisi perangkat dilakukan melalui tahap telaah oleh para pakar,
hasil simulasi pembelajaran, hasil uji coba I maupun hasil uji coba II.
11. Formative Evaluation (Penilaian
Formatif)
Penilaian formatif adalah penilaian
yang dilakukan setiap selesai satu unit proses pembelajaran. Penilaian ini
berguna untuk menemukan kelemahan dalam perencanaan pembelajaran sehingga
berbagai kekurangan ini dapat dihindari sebelum program dipakai secara luas.
12. Planning (Perencanaan) dan Project
Management (Manajemen Proyek)
Aspek teknis perencanaan sangat
mempengaruhi keberhasilan rancangan pengembangan. Merencanakan pembelajaran
merupakan suatu proses yang rumit sehingga menuntut pengembang perangkat untuk
selalu memperhatikan tiap-tiap unsur dan secara terus menerus menilai kembali
hubungan setiap bagian rencana itu dengan tata keseluruhannya, karena setiap
unsur dapat mempengaruhi perkembangan unsur yang lain.
13. Summative Evaluation (Penilaian
Sumatif)
Penilaian sumatif diarahkan pada
pengukuran seberapa jauh hasil belajar utama dicapai pada akhir seluruh
pembelajaran, dapat juga berupa kegiatan menindaklanjuti siswa setelah ia
menyelesaikan suatu program pembelajaran untuk menentukan apakah dan bagaimana
ia menggunakan dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dipelajarinya dalam program pembelajaran.
14. Support Services (Pelayanan
Pendukung)
Pelayanan pendukung meliputi ketersediaan anggaran, fasilitas, bahan, perlengkapan, kemampuan staf, pengajar, perancang pembelajaran, pakar, dan lain sebagainya
Pelayanan pendukung meliputi ketersediaan anggaran, fasilitas, bahan, perlengkapan, kemampuan staf, pengajar, perancang pembelajaran, pakar, dan lain sebagainya
4. Model
Dick, Carey & Carey
Menurut model ini, desainer merumuskan tujuan khusus
yakni ferpormance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan
kemampuan awal siswa terlebih dahulu. Langkah akhir dari desain adalah melakukan
evaluasi yakni evaluasi formatife dan evaluasi summative. Berrdasarkan hasil
evaluasi inilah selanjutnya dilakukan umpan balik dalam merevisi program
pembelajaran.
Tahapan model pengembangan sistem pembelajaran menurut
Dick and Carey (1937 : 1) dibagi menjadi 10 tahapan yaitu:
1.
Menganalisis Tujuan Pembelajaran.
2.
Melakukan Analisis Pembelajaran.
3.
Menganalisis siswa dan konteks.
4.
Merumuskan tujuan khusus.
5.
Mengembangkan instrumen penilaian.
6.
Mengembangkan strategi pembelajaran.
7.
Mengembangkan materi pembelajaran.
8.
Merancang & Mengembangkan Evaluasi Formatif.
9.
Merevisi Pembelajaran.
10.
Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Summatif
5. Model
Rothwell & Kazanas
Model yang
mengedepankan pendekatan sistem dalam pelaksanaannya, tersusun secara
sistematis dimana model ini harus dilakukan dalam tahapan demi tahapan dan
harus dilakukan pula secara berurutan.
Model
Rothwell & Kazanas (1994) merupakan salah satu model yang berorientasi
sistem. Dalam model in, Rothwell & Kazanas menempatkan desain pembelajaran
sebagai suprasistem yang terdiri atas sitem-sistem bukan sebagai subsistem.
Model ini mempunyai komponen sebagai berikut :
·
Melaksanakan analisis kebutuhan
·
menelusuri karakteristik peserta didik
·
menganalisis lingkungan bekerja
·
melaksanakan analisis pekerjaan dan materi
·
merumuskan tujuan kinerja (pembelajaran)
·
mengembangkan pengukuran kinerja
·
menyusun urutan tujuan kinerja
·
menentukan strategi pembelajaran
·
mendesain materi (bahan) pembelajaran
·
mengevaluasi pembelajaran
Setiap
komponen dalam model ini, terintergrasi menjadi kesatuan yang sinergis dan
terangkai secara sistematis. Pembelajaran dalam sitem ini dapat dilihat dalam
berbagai sudut pandang, jadi pembelajaran tidak hanya kegiatan dalam kelas atau
proses belajar semata.
Langkah-langkah
atau tahapan-tahapan model Rothwell & Kazanas dalam desain pembelajaran,
sebagai berikut:
1.
analisis kebutuhan kepada lingkungan sekitar, melihat
dan mencari apa yang menjadi tuntutan masyarakat.
2.
melakukan pendekatan kepada peserta didik, mengenali
karakteristik, latar belakang peserta didik.
3.
menganalisis lingkungan yang menjadi tempat
pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan mengkondisikan tempat tersebut sesuai
dengan situasi dan kondisi yang menunjang proses pembelajaran.
4.
pengkajian atas pekerjaan atau materi yang berdasarkan
sumber belajar yang digunakan.
5.
setelah materi tersebut dikaji, kemudian menyusun
tujuan kinerja. Dengan demikian peserta dapat mencapai kompetensi yang
diinginkan.
6.
Tujuan telah ditetapkan, namun tujuan tersebut harus
disertakan dengan cara pengukuran tingkat keberhasilan. Agar dapat mengontrol
setiap proses belajar yang terjadi.
7.
Penyusunan tujuan pembelajaran yang disusun sedemikian
rupa dengan maksud peserta didik dapat memiliki kompentensi secara bertahap.
Jadi peserta tidak merasa kesulitan dalam melakukan tahapan-tahapan tersebut.
8.
Menentukan strategi pembelajaran baik dalam penentuan
metode, media, maupun alternatif penyampaian bahan ajar ke peserta didik.
9.
Merancang bahan ajar yang disesuaikan dengan media,
metode, dan peserta didik. Agar bahan ajar menjadi lebih efektif, atrakti, dan
disampaikan secara optimal.
10.
Evaluasi pembelajaran dengan disertakan perbaikan atas
perbaikan atas kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Kelebihan
model ini :
- Komponen tersusun secara rinci dan sistematis dengan memperhatikan detail-detail dalam setiap komponennya.
- Analisis akan kebutuhan menjadi suatu nilai tambah, dimana model ini akan memperhatikan tuntutan yang ada dimasyarakat.
- Terdapat pemisahan antara penilaian proses belajar dengan penilaian terhadap program pembelajaran.
Kelemahannya
model ini:
- model ini memerlukan waktu yang cukup lama dalam perumusan tahapan demi tahapannya.
- sangat kompleks dan penuh detail-detail yang membuat model ini kurang diminati pendidik pada umumnya, namun sangat tepat digunakan oleh para ahli pembelajaran.
- memerlukan ketelitian dan tingkat analisis yang baik, agar terhindar dari kesalahan-kesalahan fatal yang mungkin terjadi.
model ini
sangat tepat digunakan untuk program pelatihan di suatu organisasi. Karena pada
model ini, program yang dirancang akan benar-benar mengupayakan proses belajar
yang optimal, efektif, dan efisien
thanks ya...sangat membantu utk tugas merangkum...
BalasHapusanda baik sekali
sieeppp....tp bsok gantian yaa....hehehe
BalasHapusada gak ya perbedaan model J.E Kemp sama Briggs?
BalasHapusPertamax lah Gan, thanks infonya.
BalasHapus